Sukses

6 Fakta Menarik Gunung Mandalawangi di Bandung yang Terkenal dengan Legenda Raja Mandala

Gunung Mandalawangi yang berketinggian 1.650 mdpl, merupakan gunung yang masuk ke dalam daftar Seven Summits Bandung.

Liputan6.com, Jakarta - Gunung Mandalawangi yang berketinggian 1.650 mdpl, merupakan gunung yang masuk ke dalam daftar Seven Summits Bandung. Gunung ini berada di Kecamatan Nagreg dan Kecamatan Kadungora menjadi batas alami antara Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut.

Mengutip dari laman Bandung Bergerak, Jumat, 11 Oktober 2024, lereng dan kaki gunungnya sebelah utara berada di Desa Mandalawangi dan Desa Bojong, Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung. Sementara itu, lereng dan kaki sebelah selatan cenderung masuk wilayah Desa Karangtengah, Desa Karangmulya dan Desa Mandalasari, Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut.

Nama Gunung Mandalawangi memang tidak begitu dikenal, dibanding Gunung Papandayan maupun Gunung Guntur. Saat mendaki ke salah satu puncak Gunung Mandalawangi, kita akan menemukan sebuah tugu dengan lambang Batalyon Kujang 1. Puncak ini pun dikenal dengan nama Puncak Kujang.

Masih banyak hal mengenai Gunung Mandalawangi selain lokasi maupun ketinggiannya. Berikut enam fakta menarik Gunung Mandalawangi yang dirangkum Tim Lifetsyle Liputan6.com dari berbagai sumber. 

1. Rute Menuju Gunung Mandalawangi

Untuk menuju lokasi Gunung ini, kita bisa menempuh perjalanan dari tugu lingkaran Cibiru, sebagai batas Kota Bandung, menuju ke arah timur. Di Jalan Raya Nagreg sisi sebelah selatan, Anda akan menemukan Jalan Citaman yang berbelok menuju kaki Gunung Mandalawangi, tepatnya di Kampung Cibisoro, Desa Bojong. Patokannya berbelok dari jalan raya adalah Markas Batalyon Yonif Linud atau Para Raider 333 Cicalengka.

2 dari 4 halaman

2. Asal-usul Nama Gunung Mandalawangi

Tidak seperti gunung lainnya di Bandung Raya, seperti Gunung Tangkubanparahu, Gunung Burangrang, Gunung Malabar, Gunung Patuha, Gunung Manglayang. Bahkan, jika menyebut nama Mandalawangi, para pendaki lebih mengenal Mandalawangi sebagai sebuah lembah yang ada di puncak Gunung Pangrango.

Salah satu versi mengungkap nama Mandalawangi terkait dengan cerita legenda daerah Majalaya yang ada hubungannya juga dengan daerah Rajamandala. Rajamandala berada di perbatasan Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Cianjur.

Menurut cerita, dalu ada sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja bernama Raja Mandala. Raja Mandala mempunyai sembilan orang anak laki-laki. Yang paling besar bernama Mandalawangi, kemudian berturut-turut bernama Mandalagiri, Mandalacipta, Mandalarasa, Mandalajati, Mandalabraja, Mandalaseta, Mandaladenta, Mandalaraga, serta satu-satunya anak perempuan sebagai bungsunya (anak kesepuluh) yang diberi nama Putri Mandalasari.

Saat masih bayi, terpaksa Putri Mandalasari harus dibuang ke tengah hutan agar rakyat di kerajaan yang sedang terkena wabah penyakit bisa sembuh. Putri Selasih tumbuh dewasa dan cantik, ia bertemu pemuda pemuda bernama Mandalawangi, yang ternyata kakak kandungnya.

Singkat cerita, mereka tak jadi menikah dan berubah jadi gunung. Putri Selasih menjadi Gunung Selasih, sementara kakaknya menjadi Gunung Mandalawangi. Letak Gunung Selasih tidak terlalu jauh dari Gunung Mandalawangi, tepatnya di arah barat daya yang mengarah ke daerah Majalaya.

 

3 dari 4 halaman

3. Punya 25 Puncakan

Gunung Mandalawangi memang masih menyimpan banyak misteri. Termasuk soal berapa puncakan yang ada di gunung ini. Bila dilihat sekilas dari arah Jalan Raya Nagreg, gunung ini terlihat seperti memiliki lima puncakan, tetapi kalau dilihat dari daerah Kadungora, Garut, akan berbeda lagi jumlah puncaknya.

Menurut masyarakat setempat, gunung ini bahkan memiliki 25 puncakan. Sebagian puncakannya dipercaya tidak kasat mata alias hanya bisa dilihat dan ditemukan oleh orang-orang yang mampu saja, dan oleh orang biasa jika kawenehan atau kebetulan.

4. Mitos di Gunung Mandalawangi

Selain tentang jumlah puncaknya, ada juga mitos seorang nenek yang terkadang menampakkan diri di hutan Gunung Mandalawangi. Pernah ada cerita masyarakat lokal yang tersesat, lalu ditunjukkan arah kembali pulang oleh seorang nenek misterius.

Tak kalah bikin penasaran, mitos penunggang kuda tanpa kepala yang ada di gunung ini. Menurut cerita penunggang kuda tanpa kepala ini terdapat juga di gunung tetangganya, yaitu Gunung Kaledong.

Selain itu, ada juga mitos petilasan Nini Ranteng di mana petilasannya dipercaya ada di dua tempat, yaitu di puncak utama dan di sebelah barat daya Puncak Kujang. Mitos lainnya yang beredar di penduduk sekitar mengenai gunung ini yaitu jangan keseringan menanyakan arah atau jalan saat berada di hutannya.

 

4 dari 4 halaman

5. Jalur Pendakian

Titik awal pendakian sebaiknya melalui titik awal di Kampung Cibisoro, nantinya kita akan bertemu dengan sungai kecil yang jernih. Sungai-sungai kecil ini membentuk beberapa curug atau air terjun kecil yang menarik.

Di musim kemarau, sungai kecil ini hanya tampak seperti alur bebatuan yang berserakan. Kendaraan bisa dititipkan di rumah warga. Jadi tidak perlu khawatir kalau mau mendaki seharian pulang-pergi, atau mendaki sambil berkemah.

Sangat penting untuk melapor atau meminta izin kepada masyarakat setempat sebelum memulai pendakian. Dari ujung Kampung Cibisoro, yang namanya berasal dari sebuah pohon yang bernama Bisoro (Ficus hispida), pendakian dimulai dengan menyusuri perkebunan warga dan rumpun-rumpun bambu yang sangat menawan. Setelah itu kita akan berjalan di tepian sungai kecil nan jernih, yang dapat dinikmati hanya di musim hujan.

6. Alternatif Jalur Pendakian

Selain jalur Kampung Cibisoro, sekarang ada jalur Cijapati. Jalur ini sudah tertata lebih baik. Ada juga basecamp untuk memulai pendakiannya. Letaknya di Kampung Pabrik, Desa Mandalasari, Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut.

Berbeda dengan jalur Kampung Cibisoro, pendakian melalui jalur Cijapati ini lebih menarik jika dilakukan justru bukan pada saat musim penghujan. Lantaran puncakan yang dilalui lebih terbuka, pemandangan sekitar gunung bisa lebih dinikmati dari jalur ini, dan tanjakannya yang relatif curam lebih mudah dilalui jika kondisi jalur tidak licin atau basah. 

Adapun alternatif jalur pendakian lainnya bisa ditempuh melalui jalur Gunung Buleud. Lokasinya ada di sebelah barat Gunung Mandalawangi.