Sukses

Maskapai Lufthansa Didenda Rp62 Miliar Usai Melarang 128 Penumpang Yahudi Terbang

Keputusan maskapai Lufthansa melarang raturan penumpang Yahudi terbang dinilai sebagai tindakan anti-semit.

Liputan6.com, Jakarta - Maskapai penerbangan Jerman, Lufthansa, didenda sebesar 4 juta dolar AS (sekitar Rp62 miliar) oleh Departemen Transportasi Amerika Serikat (AS) pada Selasa, 15 Oktober 2024. Denda ini dikenakan karena pihaknya melarang 128 penumpang Yahudi terbang di salah satu jadwal penerbangan.

Saat itu, melansir NY Post, Rabu (16/10/2024), seorang staf maskapai dilaporkan marah karena "setiap orang harus menanggung kerugian" atas kesalahan beberapa orang. Lufthansa diduga mendiskriminasi sekelompok penumpang Yahudi Ortodoks, yang mengenakan pakaian hitam tradisional.

Insiden terjadi ketika kelompok itu transit di Frankfurt dalam perjalanan dari Bandara JFK New York ke Budapest, Hungaria, pada Mei 2022. Beberapa penumpang diduga melanggar kebijakan maskapai mengenai masker.

Itu menyebabkan seorang staf maskapai Lufthansa berteriak bahwa "setiap orang Yahudi yang datang dari JFK" akan dilarang naik penerbangan lanjutan, menurut video viral saat itu. Ia juga dilaporkan mengatakan pada para penumpang bahwa "orang-orang Yahudilah yang membuat kekacauan, yang menciptakan masalah."

Meski banyak penumpang yang tidak saling kenal atau tidak bepergian bersama, mereka yang dianggap Yahudi, karena mengenakan yarmulke atau manata rambut dalam payot, dilarang naik ke penerbangan lanjutan, lapor media Jerman.

"Tidak seorang pun boleh menghadapi diskriminasi saat bepergian, dan tindakan ini mengirimkan pesan yang jelas pada industri penerbangan bahwa kami siap menyelidiki dan mengambil tindakan setiap kali hak-hak sipil penumpang dilanggar," kata Menteri Transportasi AS, Pete Buttigieg, dalam sebuah pernyataan.

 

2 dari 4 halaman

Diskriminasi dalam Industri Penerbangan

Insiden tersebut bahkan menyebabkan Duta Besar Deborah Lipstadt, utusan khusus pemerintahan Biden-Harris untuk melawan antisemitisme, mengutuk maskapai penerbangan tersebut karena "antisemitisme klasik." "(Saat) saya pertama kali mendengarnya, saya berkata, 'Oh, ini pasti salah. Seseorang pasti salah melaporkan ini,'" kata Lipstadt saat itu.

"Sayangnya, ternyata itu benar, dan lebih buruk dari yang kita duga," imbuhnya. "Jika ada maskapai penerbangan yang melakukannya, itu tindakan keterlaluan. Namun, ironi mengerikan dari maskapai nasional Jerman itu keterlaluan."

Kelompok Yahudi Ortodoks itu disebut sedang mengambil bagian dalam ziarah ke makam tokoh-tokoh rabi terkemuka di Eropa Timur. Berdasarkan kesepakatan, Lufthansa diminta membayar 2 juta dolar AS (sekitar Rp31 miliar).

Departemen Transportasi AS juga akan mengkredit maskapai dengan jumlah yang sama, 2 juta dolar AS, yang telah mereka bayarkan sebagai kompensasi pada para penumpang. Maskapai penerbangan tersebut segera mengeluarkan permintaan maaf tidak lama setelah insiden itu jadi sorotan. 

3 dari 4 halaman

Kompensasi dan Tindakan Maskapai, Lufthansa Diminta Bertanggung Jawab

 

"Kami menyesalkan penolakan untuk naik pesawat bagi rombongan besar, alih-alih membatasi penumpang yang tidak patuh," kata Lufthansa. "Kami tidak menoleransi rasisme, antisemitisme, dan diskriminasi dalam bentuk apa pun."

Komisioner antisemitisme negara bagian Hesse mengecam keras kejadian itu. Uwe Becker mengatakan bahwa tampaknya seluruh kelompok disalahkan hanya karena keyakinan mereka, padahal masalah ini sebenarnya hanya melibatkan beberapa pelancong individu.

"Ini adalah tindakan diskriminatif, bukan masalah sepele. Itulah sebabnya manajemen perusahaan harus merasa bertanggung jawab secara pribadi untuk meminta maaf atas insiden ini dan mengambil sikap yang jelas dan tegas," kata Becker.

Rabbi Yehuda Teichtal, seorang rabi di Berlin sekaligus kepala komunitas Chabad setempat, mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan Jerman seharusnya lebih peka terhadap potensi antisemitisme, mengingat sejarah Nazi di negara tersebut. Di sisi lain, Teichtal mengapresiasi langkah kepala eksekutif Lufthansa, Carsten Spohr, yang telah meneleponnya secara langsung untuk menyampaikan permintaan maaf.

4 dari 4 halaman

Penerbangan Tanpa Masker, Menimbang Risiko dan Keamanan Penumpang

Meski penerbangan Amerika tidak lagi mewajibkan masker, hukum Jerman saat itu tetap mengharuskannya dalam perjalanan. Kendati, aturan tersebut tidak menjamin bahwa kelompok yang tidak mengenakan masker pada penerbangan AS bersedia melakukannya untuk penerbangan Lufthansa.

Beberapa anggota kelompok yang mengenakan masker mulai keberatan dikelompokkan bersama pada penerbangan berikutnya. Seorang staf Lufthansa akhirnya diduga mengakui bahwa mereka semua dihukum atas tindakan orang-orang yang sebelumnya tidak mengenakan masker.

"Mereka secara tegas mengatakan bahwa tidak seorang pun yang berpakaian sama di pesawat (JFK) akan menaiki pesawat Lufthansa ke Budapest," ujar Nachman Kahana, anggota kelompok tersebut.

Kahana menyampaikan bahwa hanya "satu atau dua" orang yang tidak mengenakan masker pada penerbangan sebelumnya. Sementara. salah seorang Yahudi Ortodoks dalam kelompok itu menginterogasi seorang staf maskapai tentang pengucilan massal dalam sebuah video menegangkan yang diunggah di X, dulunya Twitter. 

"Apakah ini keputusan Lufthansa bahwa semua orang Yahudi dalam penerbangan itu tidak boleh naik penerbangan lain hari ini?" tanya pria itu tidak percaya. "Karena ini tahun 2022, dan ini negara Barat. Jadi ini harus dilaporkan ke manajemen atas karena ini adalah (tindakan anti-Semit)." 

"Kami menganggap klaim anti-Semitisme tidak berdasar dan tidak beralasan," kata Lufthansa membantah tuduhan itu

 

Video Terkini