Sukses

Bos AirAsia Lempar Kode Turunkan Harga Tiket Pesawat

Kendati harga tiket pesawat mungkin turun, bukan berarti penumpang AirAsia akan secara otomatis membayar tarif lebih murah. Kok bisa?

Liputan6.com, Jakarta - Peleburan bisnis penerbangan berbiaya rendah Capital A Bhd dengan sister company-nya, AirAsia X Bhd, diharapkan dapat mencapai pengurangan biaya operasional sebesar 15 persen. Dengan kata lain, harga tiket pesawat juga berpotensi turun.

Menurut The Edge, dikutip dari Says, Jumat, 18 Oktober 2024, Kepala Eksekutif Capital A Tan Sri Tony Fernandes mengatakan penggabungan tersebut, yang akan menyatukan operasi maskapai jarak pendek dan jarak menengah hingga jauh AirAsia di bawah satu grup, juga diharapkan menghasilkan lebih banyak koneksi dan rute baru.

Kondisi ini, menurut dia, bisa meningkatkan pilihan dan frekuensi penerbangan. Fernandes menambahkan, hal ini juga kemungkinan akan menghasilkan harga tiket pesawat lebih rendah bagi konsumen.

"Tarif (tiket pesawat) telah naik-turun, karena kapasitas. Jadi, dengan penggabungan ini, tujuan nomor satu adalah lebih banyak penerbangan dengan harga lebih rendah," kata Fernandes pada wartawan saat konferensi pers pada Selasa, 15 Oktober, bersamaan dengan rapat umum luar biasa (RUPSLB) perusahaan untuk membahas peleburan bisnis tersebut.

Kesepakatan ini diharapkan akan selesai pada akhir tahun ini, dengan pemegang saham AirAsia X telah menyetujui akuisisi tersebut selama RUPSLB, Rabu, 16 Oktober 2024. Menurut Malay Mail, AirAsia X mengatakan bahwa 99,08 persen pemegang sahamnya memberi suara mendukung akuisisi seluruh saham Capital A dalam bisnis penerbangan, yaitu AirAsia Aviation Group Ltd, dan AirAsia Bhd.

"Keputusan penting ini membuka jalan bagi akuisisi transformatif AAX yang diharapkan akan selesai pada akhir tahun sebagai grup penerbangan yang diperluas, tergantung pada persetujuan pengadilan dan peraturan akhir," kata perusahaan tersebut.

 

 

2 dari 4 halaman

Harga Tiket Pesawat Mungkin Turun, tapi ...

Ketua AirAsia X Datuk Fam Lee Ee mengatakan, akuisisi tersebut memberi AirAsia X akses ke lebih dari 200 pesawat yang ada dan 361 buku pesanan pesawat mendatang dari portofolio Capital A. Ini akan menggabungkan pesawat berbadan sempit dan berbadan lebar jadi satu kelompok terpadu.

Kendati harga tiket pesawat mungkin turun, bukan berarti penumpang akan secara otomatis membayar tarif lebih murah. Pasalnya, AirAsia Bhd sebelumnya mengumumkan bahwa mereka akan menerapkan biaya karbon wajib pada semua penerbangan di seluruh jaringannya mulai Januari 2025.

Maskapai penerbangan multinasional Malaysia tersebut saat ini tengah mencari persetujuan dari otoritas di semua pasar operasinya, termasuk Thailand, Indonesia, Filipina, dan Kamboja, lapor The Edge. "Kami akan melakukannya pada Januari tahun depan karena saya tidak ingin melakukannya hanya di Malaysia," sebut Fernandes.

"Kami sedang berusaha mendapatkan persetujuan dari pemerintah ASEAN (untuk mengenakan biaya karbon)," kata Fernandes dalam konferensi pers pada Kamis, 26 September 2024.

3 dari 4 halaman

Biaya Karbon yang Dibebakan pada Penumpang

Biaya karbon, yang ditambahkan ke harga tiket, diklaim bertujuan mendukung upaya pemerintah di kawasan ini dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dari sektor penerbangan. Sementara Malaysia Airlines telah menjadikan pungutan karbonnya opsional, AirAsia berencana membuatnya jadi wajib.

"Kami memiliki opsi (bagi penumpang untuk membayar biaya karbon secara sukarela), tapi kami tidak akan menjadikannya opsional. Jika Anda menjadikannya opsional, tidak ada yang akan melakukannya," Fernandes menyebut.

Awal tahun ini, Komisi Penerbangan Malaysia (MAVCOM) menyatakan bahwa maskapai penerbangan yang beroperasi di dalam dan luar negeri akan memiliki keleluasaan memutuskan penerapan biaya karbon untuk perjalanan udara.

"MAVCOM tidak memberik peraturan mengikat tentang cara melakukannya, karena ini merupakan persyaratan negara. Jadi, terserah maskapai penerbangan untuk memutuskan seberapa banyak dan kapan mereka akan mengenakan biaya karbon," direktur urusan konsumen dan publik MAVCOM Pushpalatha Subramaniam menegaskan kembali kebijakan tersebut bulan ini.

Menurut Menteri Transportasi Malaysia Anthony Loke, biaya karbon tidak dipungut pemerintah, tapi maskapai penerbangan untuk mengimbangi emisi karbon. "Kebijakan kami berbeda dengan Singapura. Kami menjadikannya opsional. Tergantung pada maskapai penerbangan, apakah akan mengenakan (biaya karbon)," katanya.

 

4 dari 4 halaman

Mengurangi Emisi Karbon di ASEAN

Sementara itu, Fernandes menekankan pentingnya mendidik masyarakat tentang perlunya biaya ini, yang dimaksudkan untuk mendanai proyek-proyek yang bertujuan mengurangi emisi karbon di seluruh ASEAN.

"Hal terpenting yang dapat kita lakukan adalah mengedukasi masyarakat. Kita semua perlu melakukan sesuatu. Jadi, kita ingin mengedukasi masyarakat (tentang biaya karbon), dan kita ingin memastikan bahwa uang yang kita kumpulkan digunakan untuk investasi yang akan mengurangi karbon di ASEAN," imbuhnya.

sementara dari dalam negeri, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno mengungkap kajian mengenai upaya menurunkan harga tiket pesawat domestik sudah memasuki tahap akhir. "Jadi ada tiga identifikasi penurunan harga tiket yang bisa kita lakukan, pertama adalah penurunan pajak untuk spare part pesawat, lalu penundaan bea dari bea yang masuk dari komponen-komponen pesawat itu bisa menurunkan secara signifikan harga tiket pesawat, dan ketiga mengenai avtur," kata Menparekraf dalam The Weekly Brief with Sandi Uno di kantor Kemenparekraf, Jakarta Pusat, Selasa, 17 September 2024.

Salah satu komponen yang sedang dibahas adalah pengurangan pajak pada harga tiket pesawat. Jika itu terwujud, Sandiaga Uno mentargetkan harga tiket pesawat domestik akan turun sekitar 10 persen pada akhir Oktober 2024.

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence