Liputan6.com, Jakarta - Keluarga Kerajaan Inggris dilaporkan terpecah belah, termasuk memanasnya tensi di antara Pangeran William dan Ratu Camilla, akibat rencana pemakaman Raja Charles III dan suksesi monarki. Setelah raja didiagnosis menderita kanker, serangkaian rencana disusun untuk "apa yang akan terjadi saat ia meninggal."
Melansir Daily Record, Minggu, 20 Oktober 2024, komentator kerajaan untuk Daily Beast, Tom Sykes, mengatakan bahwa rencana ini telah menyebabkan banyak ketegangan di Istana Buckingham, dengan banyak yang mengkhawatirkan prospek "Raja William."
Baca Juga
Sykes menyatakan bahwa dinamika kekuasaan antara Charles dan William telah bergeser sejak diagnosis Raja, dengan laporan yang menunjukkan bahwa kekuasaan dan pengaruh eksekutif mulai berpihak pada Pangeran Wales. Ia juga menyoroti potensi masalah bagi Duke of Sussex.
Advertisement
Harry dikatakan "lebih mungkin membuat kesepakatan" dengan Raja Charles daripada William jika ia memutuskan ingin kembali jadi bangsawan bekerja. Seorang sumber kerajaan diduga memberi tahu Sykes bahwa Harry bisa memperbaiki hubungan yang tegang bila ayahnya berkuasa selama 20 tahun.
Sumber itu menyebut bahwa ia ragu suami Meghan Marke itu akan merilis bukunya yang eksplosif, "Spare," jika William dan Kate naik takhta. Pada April 2024, terungkap bahwa rencana pemakaman Raja Charles, dengan nama sandi Operasi Menai Bridge, telah ditinjau kembali oleh istana karena meningkatnya kekhawatiran tentang kesehatannya.
Kemungkinan Pangeran William dinobatkan sebagai raja lebih cepat dari perkiraan telah membuat semua orang panik. Daily Beast melaporkan bahwa landasan bagi peran masa depan Pangeran William sebagai Raja William V sedang diletakkan dengan rasa urgensi, bahkan saat Raja Charles tampaknya dalam keadaan sehat.
Ketegangan Seputar William Naik Takhta
Publikasi tersebut menunjukkan adanya ketegangan yang nyata seputar pemikiran William naik takhta, dengan "momen-momen tahun ini" yang menyebabkan gelombang kecemasan di antara para pejabat istana, keluarga, dan ajudan kerajaan.
Itu dilaporkan penuh dengan "kengerian dan keraguan tentang apa yang akan terjadi sekarang," karena kekhawatiran tentang kesejahteraan Charles, lapor Scottish Daily Express. Secara khusus, mereka yang bekerja erat dengan para bangsawan khawatir tentang posisi mereka pasca-suksessi.
Sementara itu, Pangeran Harry tampaknya semakin terisolasi dari keluarga kerajaan, dengan sedikit harapan untuk rekonsiliasi setelah saudaranya naik takhta. Artikel tersebut juga menyinggung posisi Ratu Camilla yang rapuh, yang dikatakan hanya "ditoleransi" Pangeran William dan tidak benar-benar disukai atau dicintai.
Raja Charles III sendiri telah memulai lawatan pertamanya ke Australia sebagai Raja Inggris, pekan lalu. Ia menghentikan pengobatannya untuk lawatan sembilan hari, yang juga meliputi pertemuan puncak Persemakmuran di Negara Kepulauan Pasifik Samoa.
Advertisement
Didampingi Dokter Kerajaan
Selama perjalanan pada 18--26 Oktober 2024 tersebut, Raja Charles didampingi dua dokter kerajaan. Mengutip People, Sabtu, 12 Oktober 2024, keputusan tersebut mengikuti saran tim dokternya, yang akan terus memantau kesehatan Raja selama tur kerajaan berlangsung.
Tur tersebut mencakup sejumlah penyesuaian untuk memastikan Charles tidak bekerja berlebihan, termasuk istirahat yang lebih banyak dan pembatasan acara malam hari. Di Australia, ia bertemu Profesor Georgina Long dan Profesor Richard Scolyer, dua pakar medis terkemuka dalam pengobatan melanoma.
Pertemuan ini mencerminkan komitmen Raja berusia 72 tahun tersebut terhadap isu kesehatan, terutama mengingat pengalamannya sendiri dengan diagnosis kanker. Keduanya dikenal atas kontribusi mereka dalam menyelamatkan nyawa pasien kanker kulit, salah satu penyakit paling umum di Australia.
Setelah kunjungan ke Australia, Raja Charles III akan berpartisipasi dalam Commonwealth Heads of Government Meeting (CHOGHM) 2024 di Samoa. Sebagai kepala Commonwealth, ia bakal menghadiri jamuan makan malam kenegaraan dan terlibat dalam diskusi dengan para pemimpin negara anggota.Â
Disesuaikan dengan Kondisi Charles
Raja tidak akan menghadiri pertemuan iklim COP29 di Azerbaijan pada November 2024. Tapi, ia dan Ratu Camilla dijadwalkan jadi tuan rumah kunjungan kenegaraan kedua mereka tahun ini di Istana Buckingham pada bulan berikutnya, menjamu Amir Qatar dan pendampingnya.
Kunjungan ini dirancang untuk merayakan hubungan erat antara Inggris dengan Australia dan Samoa, serta menyoroti tema-tema yang sejalan dengan pekerjaan Raja dan Ratu. Meski ada kekhawatiran soal kesehatannya, perjalanan ini diharapkan dapat memperkuat posisi Raja Charles sebagai pemimpin Persemakmuran yang berdedikasi.
Sebelumnya sempat diumumkan bahwa Raja Charles III akan menghentikan pengobatan kankernya selama lawatan kenegaraan ke Australia dan Samoa. Namun, tim medis kerajaan menyarankan hal berbeda.Â
Seorang juru bicara Istana Buckingham sebelumnya mengatakan, "Kami harus, seperti yang Anda lakukan dalam kunjungan apapun, memikirkan bagaimana Anda dapat memastikan energi Yang Mulia tetap terjaga dalam kondisi terbaiknya." Juru bicara itu juga mengungkapkan bahwa mereka tak bisa memenuhi harapan mengunjungi Selandia Baru, bersamaan dengan lawatan ke Australia dan Samoa bulan ini.
Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence
Advertisement