Liputan6.com, Jakarta - Kopi tak bisa dilepaskan dari sejarah bangsa Indonesia. Komoditas yang satu ini menjadi salah satu favorit penghasil cuan sejak zaman penjajahan Belanda. Kopi-kopi Nusantara pun melanglangbuana ke berbagai penjuru dunia, terutama varietas kopi Jawa alias Java Coffee.
Merayakan budaya kopi Indonesia, Jakarta Intenational Coffee Conference (JICC) 2024 pun digelar di Gedung AA Maramis yang terletak di Jalan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, pada 22--24 Oktober 2024. Berdasarkan keterangan di laman resmi Kementerian Sekretaris Negara, gedung itu awalnya digunakan sebagai istana Gubernur Jenderal Hindia Belanda William Daendels.
Gedung yang berada di kompleks Kantor Kementerian Keuangan itu kemudian diubah menjadi Department van Financien yang mengelola keuangan sehari-hari. Gedung yang juga dikenal sebagai Gedung Daendels tersebut sempat rusak parah sebelum berhasil dipugar dan selesai pada Desember 2022.
Advertisement
Menempati berbagai sudut gedung, pengunjung terlihat antusias menjelajahi 47 tenant, sementara para penjual terlihat ramah melayani sambil menjelaskan keunikan setiap jenis kopi yang dibawa. Interaksi hangat antara penjual dan pengunjung menciptakan rasa kebersamaan.
Mereka yang datang beragam, dari remaja hingga dewasa. Mereka datang silih berganti mencicipi atau bertanya soal kopi. Tidak hanya dari Indonesia, kopi yang dijajakan juga berasal dari negara luar, seperti Kolombia, Vietnam, dan Spanyol.
"Jika kita bicara tentang budaya minum kopi, itu sudah ada dari zaman dulu sekali. Bahkan, di Indonesia, secara sejarah, kopi sudah ada sejak zaman Belanda," kata Ahmad Romero Comacho, Komite JICC 2024 dan Komunitas Ekonomi Kreatif Industri Kopi Jakarta, dalam jumpa pers di Jakarta pada Kamis, 24 Oktober 2024.
Tidak Hanya Jualan Kopi
Romero menyatakan pihaknya tidak hanya ingin menjadikan platform tersebut untuk mengenalkan kopi lewat transaksi jual beli. Ada misi edukasi yang hendak dikedepankan di sela penyelenggaraan.
"Kami ingin menciptakan keunikan yang menjadi salah satu nilai jual utama. Di dunia perkopian, kami bukan satu-satunya, tetapi kami adalah yang mengedepankan edukasi dan konferensi," kata Romero.
"Kami berharap dapat menciptakan suasana dan ambience yang lebih internasional. Contohnya, hari ini kami berada di gedung Maramis, sebuah bangunan bersejarah yang sudah lama tidak berfungsi. Kami ingin memperkenalkan gedung ini kepada dunia," tambah Romero.
Romero juga menyampaikan bahwa gedung AA Maramis sudah menjadi ikon, sehingga tahun depan JICC akan dilaksanakan lagi di tempat yang sama. Baginya, momen menikmati kopi semakin syahdu karena pengunjung diajak meresapi perjalanan panjang kopi di Indonesia, dari masa lalu hingga kini.
"Kami akan mengadakan acara ini kembali dengan lebih meriah dan lebih besar. Kami berencana untuk melibatkan lebih banyak pihak dan menyatukan semua pelaku industri kopi yang ada di Indonesia," ujarnya.
Advertisement
Menarik Gen Z untuk Menyelami Kopi
Romero menekankan bahwa edukasi akan terus berjalan dan regenerasi penting dilakukan agar menciptakan budaya kopi berkelanjutan, terutama di kalangan Gen Z. Regenerasi mencakup semua aspek: dari sisi industri, pelaku, hingga penikmat kopi.
"Kami fokus pada edukasi dan berencana untuk mendokumentasikan semua informasi komunitas kopi di JICC dalam bentuk arsip yang dapat diakses kapan saja. Rencananya, kami juga akan mengunggah semua materi ini ke YouTube agar bisa diakses untuk kepentingan bersama," kata Romero.
Romero juga menyampaikan bahwa berbagai sajian kopi saat ini menarik minat Gen Z. Pihaknya bertanggung jawab mengkurasi para tenant yang berpartisipasi agar pesan tentang budaya kopi Indonesia bisa tergambarkan dan tersampaikan dengan baik.
"Kami memperhatikan beberapa aspek dari setiap submission yang masuk. Pertama, kami menilai konsep bisnis yang mereka bawa, termasuk storytelling yang mereka sampaikan. Kami juga mengevaluasi konsep booth yang akan mereka buat. Harapannya, para komunitas dapat menciptakan aktivitas yang menarik, sehingga acara ini tidak hanya sekadar tempat untuk menjual produk, tetapi juga budaya kopi dapat dikenal oleh generasi sekarang," kata Romero.
Tantangan Industri Kopi di Indonesia
Romero menyampaikan bahwa industri kopi di Indonesia kini menghadapi tantangan. Yang paling utama adalah harga kopi yang sangat tinggi. Lewat konferensi yang digelar di sepanjang acara, ia berharap semua pemangku kepentingan bisa mendapat solusi terbaik.
"Kami berharap konferensi ini bisa menjadi tempat berkumpul bagi praktisi, pemerintah, pelaku industri, dan petani untuk bersama-sama mencari solusi," kata Romero.
Di sisi lain, pihaknya terus mempererat kerja sama dengan berbagai komunitas di Jakarta untuk terus membantu menjual dan mengelola kopi, serta mengajak keterlibatan petani dalam membudidayakannya. Kolaborasi penting karena itu kunci untuk memecahkan masalah bersama.
"Bahkan kami juga menerima komunitas tuli. Jadi meskipun mereka mempunyai keterbatasan fisik, tapi mereka punya cara untuk mempromosikan kopi. Kami selalu menerima berbagai kolaborasi, karena kami berharap pengembangan industri kopi Indonesia dapat membaik hingga kancah global," Yusouf M Aziz, Komite JICC 2024 dan Komunitas Ekonomi Kreatif Industri Kopi Jakarta, menambahkan.
Advertisement