Liputan6.com, Jakarta - Media sosial tengah dihebohkan dengan razia rumah makan Padang oleh Perhimpunan Rumah Rumah Makan Padang Cirebon (PRMPC). Ormas PRMPC menghapus label masakan Padang pada rumah makan tersebut karena menjual dagangannya dengan harga murah.
Ketua PRMPC Erianto melalui akun Facebook miliknya menyebut tidak melarang masyarakat non-Minang menjual Nasi Padang, tapi ia meminta kerja sama pemilik rumah makan agar label 'murah" dan 'harga Rp10.000' tidak dijadikan sebagai alat promosi.
"Kalau yang bersangkutan menolak, ya kita tentu sebagai komunitas Minang keberatan wajar merasa keberatan," katanya dalam unggahan yang dibagikan pada 29 Oktober 2024, dikutip Rabu (30/10/2024).
Advertisement
Dalam unggahan berbahasa Minang, ia mengatakan bahwa selama ini sudah ada 20 rumah makan Padang di Cirebon dengan harga murah. Tapi warung tersebut dimiliki oleh orang non-Minang yaitu warga dari Yogyakarta. Secara gamblang, PRMPC menentang penjualan menu dengan harga yang murah, karena dinilai dapat merendahkan citra kuliner asal Minang itu sendiri.
"Jika kita tidak bersatu dalam kuliner masakan Padang, apa yang bisa kita dapatkan untuk saudara-saudara kita yang ada di sini?" tandasnya.
Mengutip Antara, rumah makan Padang memang tak hanya bisa dijumpai di daerah asalnya, tetapi mudah ditemui rumah makan berlabel masakan Padang di berbagai daerah di Indonesia. Popularitasnya menyaingi warteg alias Warung Tegal yang juga ada di mana-mana.
Rumah makan padang dikenal sebagai tempat yang menjual “nasi padang”, makanan khas daerah Minangkabau, Sumatera Barat. Menu ini juga menjadi favorit bagi banyak orang.
Sejarah Rumah Makan Padang Menurut Sejarawan
Nasi Padang acap kali menjadi alternatif hidangan untuk menikmati sajian khas Indonesia yang kaya rasa. Hidangan ini terkenal dengan kandungan rempah serta ditambah santan yang memberikan cita rasa yang gurih.
Istilah "Rumah Makan Padang" adalah sebutan yang mulai dikenal sekitar akhir 1960-an. Bermula saat bergolaknya peristiwa pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Sumatera Barat yang berhasil ditumpas. Hal itu disampaikan pakar sejarah minangkabau Gusti Asnan, mengutip dari laman Indonesia.go.id.
Peristiwa pemberontakan PRRI ini telah menyebabkan terjadinya eksodus besar-besaran warga keluar dari Sumatera Barat dan bermigrasi ke Pulau Jawa. Hal ini membuat tak sedikit orang Minangkabau di perantauan berupaya mengganti identitas, termasuk asal etnik dari Minangkabau menjadi Padang.
Perubahan itu juga terjadi dengan menamai kedai sebagai rumah makan padang, yang dipertahankan hingga kini. Sebelumnya, tempat penjualan makanan khas Minangkabau akrab disebut lapaunasi, los lambung, atau karan.
Advertisement
Sejak Abad ke-19
Sejarah rumah makan padang atau lapau itu sudah konon sejak akhir abad 19. Saat itu, Padang menjadi ibu kota dari pusat pemerintahan Hindia Belanda di Sumatra bagian barat, Gouvernement van Sumatra's Westkust.
Saat itu, kedainya begitu sederhana terbuat dari susunan beberapa batang bambu sehingga membentuk rumah-rumahan dengan atap rumbia. Hidangan lauk ditempatkan pada wadah-wadah tembikar besar, pada beberapa bagiannya diberi tirai kain untuk menutupi dari matahari.
Melansir dari laman Jalur Rempah Kemdikbud, nasi padang terkenal dengan kandungan santan dan sambal pedasnya. Masakan Minang terdiri dari tiga unsur utama, yakni gulai, lado (cabai), dan bareh (nasi).
Masakan Minangkabau dan sebagian besar masakan Sumatera terpengaruh dari India dan Timur Tengah, dengan hidangan yang menggunakan saus gulai santan dan beragam penggunaan campuran rempah-rempah. Sementara, nasi padang merupakan makanan yang meliputi nasi, lauk pauk, kuah kental, dan sayuran.
Ciri Khas Nasi Padang
Ciri khas menu nasi padang ini terdapat gulai, nangka muda, dan dilengkapi dengan berbagai lauk khas padang. Gulai berwarna kuning yang diolah dengan cita rasa sedikit asam. Sejumlah lauk yang ada dalam nasi padang, seperti rendang, ayam goreng, telur dadar padang, ayam pop, ayam bakar, dendeng, cincang, paru goreng, tunjang (kikil), ikan kembung, ikan kakap, serta sejumlah menu lainnya.
Kemudian, menu akan dilengkapi dengan sambal lado mudo atau sambal cabai ijo. Rata-rata rumah makan membanderol harga sepaket nasi padang mulai dari Rp18 ribu hingga Rp20 ribu, tetapi ada juga yang menjual paket Rp10 ribu atau Rp12 ribu.
Anda sudah bisa mendapatkan nasi dan sepotong lauk dengan beragam pilihan mulai dari rendang, ayam, sampai ikan dengan campuran sayur berupa daun ubi, serta sejumput sambal hijau. Tetapi tentunya, harga tersebut bisa berbeda-beda tergantung dari jenis rumah makan padang dan lauknya yang dipilih.
Advertisement