Liputan6.com, Jakarta - Musim kemarau membuat Situ Patenggang di Rancabali, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, kembali mengering. Penampakannya tersebar di media sosial, termasuk akun Instagram @linimassaphotos yang mengabadikannya saat melakukan sesi foto prewedding.
"Iya surut (air Situ Patenggang)," kata salah satu agen perjalanan bernama Teny melalui pesan pada Lifestyle Liputan6.com, Jumat (1/11/2024). Fotografer Linimassaphoto, Dul, mengaminkan keterangan tersebut.
"Memang mengering," sebut dia, juga melalui pesan, Jumat. "Kami melakukan pemotretan Selasa, 22 Oktober 2024, dan kami sudah tahu Situ Patenggang telah mengering, karena kemarau juga melanda daerah kami di Bandung."
Advertisement
Ia mengatakan bahwa ini bukan pertama kali mereka melakukan pemotretan saat danau tersebut mengering. "Kami justru lebih suka ketika air surut karena bisa leluasa menyebrang ke daerah pinggir hutan tanpa menaiki perahu sampan. Surut atau tidak, Situ Patenggang tetap indah," menurut dia.
Dul mengaku, tidak ada tantangan yang signifikan saat memotret di kondisi Situ Patenggang mengering. "Hanya saja pemandangan matahari terbit yang biasa dicari di genangan air agak berkurang," ia menambahkan.
Ia bercerita bahwa surutnya Situ Patenggang tidak menyurutkan kehadiran pengunjung. "Ketika pemotretan, ada sekitar 3--4 tim fotografer dan kliennya masing-masing. Belum lagi pengunjung wisata lain," sebut Dul.
Menurut mereka, ia menambahkan, "oke oke saja," soal Situ Patenggang mengering karena banyak hal tidak biasa yang bisa dilihat. "Bisa ditapaki juga bebatuan yang berada di Situ Patenggang dan hamparan hutan lindung di sekitarnya bisa dilihat secara dekat," bebernya.
Mengenal Situ Patenggang
Situ Patenggang di wilayah Ciwidey terkenal akan pemandangannya yang indah, rangkum merdeka.com. Hamparan hutan di pinggiran danau menyiratkan bahwa kawasan tersebut masih asri dan menawarkan ketenangan.
Ada banyak hal yang bisa dilakukan di sekitar danau seluas 450 km persegi itu, seperti piknik, menikmati makanan bareng keluarga atau menaiki perahu untuk menjelajah keliling danau. Walau demikian, Situ Patenggang masih menyimpan kisah misteri yang sampai sekarang belum terpecahkan.
Terdapat puing rumah dan makam yang kabarnya peninggalan zaman kolonial Belanda. Mengutip kanal YouTube Jejak Siborik, di tengah hutan kawasan Situ Patenggang terdapat puing-puing bangunan yang diduga sebagai rumah peninggalan Belanda.
Secara tampilan, rumah ini hanya menyisakan tiang bagian bawahnya saja sebagai penumpu dinding. Keberadaan fisiknya secara utuh diperkirakan sudah hilang tidak tersisa. Dari kawasan parkir, pengunjung diharuskan menaiki perahu untuk memangkas perjalanan, lalu menembus hutan.Â
Rutenya bisa dilalui dengan berjalan kaki, dengan adanya beberapa penghalang, seperti pohon tumbang dan semak belukar. "Untuk menuju lokasi, kita harus menembus vegetasi hutan, di mana hutannya masih cukup rimbun," kata kreator video Jejak Siborik.
Advertisement
Situs Peninggalan di Situ Patenggang
Menurut warga sekitar, rumah tersebut posisinya menghadap ke arah Situ Patenggang. Dulunya, rumah ini konon ditinggali keluarga Lugten. Konstruksinya bergaya rumah panggung dan berbahan kayu, namun saat ini hanya tersisa pondasinya saja.
"Kalau dari sisa tiangnya ini jelas bentuk rumah panggung," kata kreator video.
Tidak begitu jauh, terdapat peninggalan lain berbentuk makam berbahan tumpukan batu. Sepintas, makam ini sudah sangat usang, menandakan usianya sudah bertahun-tahun.
Makam ini diduga persemayaman orang Belanda yang merupakan salah satu pegiat perkebunan kina di wilayah Kabupaten Bandung. Ini juga terkait kawasan hutan di dekat danau yang saat itu jadi perkebunan kina. "Biasanya juragan-juragan perkebunan yang mencintai tanah kebunnya akan minta dimakamkan di sana," tambah sang pembuat video.
Sampai sekarang, kisah tentang rumah dan makam lawas itu belum terpecahkan secara utuh. Di makam, misalnya, ada yang menduga bahwa makam tersebut adalah makam leluhur setempat, bukan makam orang Belanda.
Cuaca Panas di Indonesia
Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah memeringatkan masyarakat di sejumlah daerah terkait suhu panas maksimum harian yang dapat mencapai 37--38,4 derajat Celcius. Peringatan tersebut dibagikan pihak BMKG agar masyarakat, khususnya yang tinggal di daerah dengan suhu panas tersebut, dapat lebih waspada dan mengantisipasi dampak-dampak yang mungkin dialami.
Melansir Antara, berdasarkan analisis tim ahli meteorologi BMKG hingga Senin siang, 28 Oktober 2024, mencatat terpaan suhu panas tertinggi melanda wilayah Larantuka, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur yang mencapai 38,4 derajat celcius.
Ketua Tim Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca Fenomena Khusus BMKG Miming di Jakarta menyebutkan bahwa kondisi suhu panas maksimum 37--37,8 derajat Celcius juga terdeteksi menerpa sejumlah wilayah. Wilayah-wilayah tersebut di antaranya terdeteksi di daerah Majalengka di Jawa Barat, Semarang di Jawa Tengah, serta Bima di Nusa Tenggara Barat.
Tim meteorologi BMKG juga menganalisa suhu panas maksimum mencapai 35,4 - 36,4 derajat Celcius di Kota Lampung, Bulungan di Kalimantan Utara, Sikka di Nusa Tenggara Timur, Sidoarjo di Jawa Timur, Pekanbaru di Riau, dan Palembang di Sumatra Selatan.
Advertisement