Sukses

Cara Mengatasi Rasa Takut Naik Pesawat, Salah Satunya Berbicara dengan Awak Kabin

Banyak orang takut terbang, tetapi ini bisa diatasi dengan berbicara kepada kru kabin. Kapten Steve menyarankan penumpang untuk bertanya tentang rute dan menyampaikan kekhawatiran.

Liputan6.com, Jakarta - Ada beberapa orang yang merasa takut naik pesawat terbang. Penyebabnya tentu bermacam-macam, tapi rasa takut ini dapat diatasi dengan pendekatan yang tepat di Pesawat. Persiapan sebelum terbang juga dapat membantu mengurangi kecemasan.

Dikutip dari NY Post, Minggu, 3 November 2024, sebagian penumpang pesawat lebih menyukai perjalanan yang mulus dan sempurna pada ketinggian 30.000 kaki (sekitar 9.144 meter) di udara. Namun, jika pesawat Airbus mengalami beberapa guncangan, seorang pilot mengatakan kiatnya akan membantu penumpang yang gelisah mengatasi rintangan tersebut. 

Para peneliti mengklaim gangguan yang berpotensi membahayakan saat penerbangan terjadi lebih sering akibat perubahan iklim. Sebuah studi pada 2023 menemukan bahwa di Atlantik Utara, yang merupakan salah satu rute penerbangan tersibuk, total durasi tahunan turbulensi parah meningkat sebesar 55 persen antara tahun 1979 sampai 2020. 

Seperti diketahui, turbelensi sedang meningkat sebesar 37 persen, dan turbulensi meningkat sebesar 17 persen. Tetapi angka-angka itu seharusnya tidak membuat orang mengurungkan niat untuk naik pesawat sama sekali. Menurut Kapten Steve, eorang pilot American Airlines, mengobrol atau berbicara sebelum penerbangan dengan kru atau awak kabin pesawat dapat menenangkan pikiran penumpang yang paling ketakutan sekalipun. 

"Sebelum lepas landas dan menaiki pesawat, tanyakan kepada pramugari apakah Anda bisa menemui pilot," sarannya. "Tanyakan kepada mereka tentang rute penerbangan, dan katakan bahwa Anda seorang penerbang yang gugup."

Pilot senior itu meyakini bahwa bila komunikasi terjadi, rekan-rekannya dengan senang hati akan memetakan rencana perjalanan mereka. Hal ini termasuk kendala apa pun yang mungkin terjadi, untuk meyakinkan mereka yang khawatir bahwa semuanya akan baik-baik saja. 

"Keyakinan itu akan membuat perbedaan besar saat Anda menerbangkan pesawat. Terbanglah dengan aman," ucapnya.

2 dari 4 halaman

Memahami Turbulensi dari Sudut Pandang Pilot

"Takut terbang?"tanya Kapten Steve kepada lebih dari 862.000 pengikutnya di TikTok. "Anda tidak sendirian. Banyak orang takut terbang, dan biasanya karena turbulensi."

Pemilik akun TikTok @aapilotsteveesional tersebut menjelaskan bahwa turbulensi adalah guncangan mendadak yang disebabkan oleh perubahan tekanan udara dan kecepatan aliran, "bukan masalah besar," dan mengibaratkan fenomena tersebut dengan arus sungai yang bergelombang. 

 "Kadang-kadang sangat tenang seperti danau, kadang-kadang sedikit lebih cepat saat air bertambah cepat. Terkadang alirannya lebih cepat seperti arung jeram. Hal yang sama terjadi di udara," katanya.

Steve mengatakam hal itu untuk membantu penumpang memahami bahwa guncangan dalam penerbangan bukanlah ancaman serius, tetapi hanya bagian dari dinamika alam Kendati demikian, terlepas dari kata-kata penghiburan dari Kapten Steve, turbulensi di udara, bagi banyak orang, sedikit lebih menakutkan daripada arus air yang deras.

Penerbangan AirCanada baru-baru ini dari Vancouver ke Singapura mengalami beberapa “benturan hebat” yang membuat penumpang terlempar ke sekeliling pesawat yang bergetar. Eden Garrity, 31, seorang pramugari di Inggris, mengalami patah kaki di tujuh tempat setelah pesawat yang ditumpanginya mengalami turbulensi hebat.

 

3 dari 4 halaman

Turbulensi Parah

Beberapa waktu lalu, penerbangan Singapore Airlines SQ321 alami turbulensi parah dalam penerbangan dari London (Heathrow) ke Singapura pada Senin, 20 Mei 2024. Pesawat Boeing 777-300ER itu akhirnya mendarat darurat di Bandara Internasional Suvarnabhumi, Bangkok, pada 21 Mei 2024, pukul 17.45 waktu setempat.

Mengutip dari laman Koreaboo, Selasa, 21 Mei 2024, telah terkonfirmasi korban luka dan satu korban jiwa di dalam pesawat Boeing 777-300ER tersebut. Total terdapat 211 penumpang pesawat dan 18 awak di dalamnya.

Penumpang yang memiliki pelatihan medis bergegas membantu pria yang akhirnya kehilangan nyawanya. Beberapa lainnya mengalami luka-luka setelah terlempar dari tempat duduknya, mengungsi di sepanjang lorong.

Andrew Davies adalah salah satu penumpang dalam penerbangan ini. Dia berbagi pengalaman mengerikan tentang apa yang terjadi di dalam pesawat, dengan mengatakan banyak orang terluka, termasuk pramugari.

Menurutnya, turbulensi terjadi secara tiba-tiba dengan 'sedikit peringatan' dan menyebabkan kekacauan di dalam kabin. Ia mengatakan, kejadian ini adalah yang terburuk dalam 30 tahun penerbangannya.

4 dari 4 halaman

Pentingnya Sabuk Pengaman

 

 

"Saya berada dalam penerbangan itu dan membantu sebanyak yang saya bisa. Mereka yang tidak terluka (termasuk saya) berada di ruang tunggu di bandara Bangkok," ungkap Davies.

"Penumpang lain berbaring di lorong jauh di belakang saya. Tidak yakin apa yang terjadi dengan mereka. Seandainya saya bisa membantu lebih banyak," kata Davis. Andrew pun menyimpulkan pelajaran berharga setelah insiden itu menimpanya, agar tetap mengenakan sabuk pengaman selama pesawat mengudara.

"Siapa pun yang terluka, tidak mengenakan sabuk pengaman. Orang yang menyimpannya (termasuk saya) tidak (sejauh yang saya tahu)," katanya. Maskapai penerbangan Singapura berjanji melakukan semua yang mereka bisa untuk membantu mereka yang terluka dalam penerbangan SQ321.

"Kami bekerja sama dengan pihak berwenang setempat di Thailand untuk memberikan bantuan medis yang diperlukan, dan mengirimkan tim ke Bangkok untuk memberikan bantuan tambahan yang diperlukan," kata pihak maskapai mengonfirmasi kejadian tersebut lewat unggahan di Facebook resmi mereka.

Pihak SQ menambahkan, "Prioritas kami adalah memberikan segala bantuan yang mungkin kepada semua penumpang dan awak pesawat".

 

 

Video Terkini