Liputan6.com, Jakarta - Seorang guru SMA membagikan proses belajr mengajar di kelasnya yang memicu berbagai tanggapan dari warganet. Guru tersebut mengungkap siswa kelas 12 yang belum bisa menghitung perkalian dan pembagian dasar.
Dalam video yang diunggah akun @julaehaju di TikTok, para siswa laki-laki tampak berbaris kebelakang untuk bergantian menjawab pertanyaan guru. Di awal beberapa murid tampak bisa menjawab dengan mudah, namun semakin ke belakang jawaban murid salah semua.
"Mirisnya siswa-siswa tersebut justru tak bisa menjawab angka-angka pembagian yang disebutkan oleh gurunya," keterangan unggahan video yang dibagikan akun Instagram @mood.jakarta, Minggu, 3 November 2024.
Advertisement
Jika ditelaah lebih jauh, murid yang menjawab salah terlihat asal-asalan menjawab. Adapun dalam keterangannya di konten yang ia buat, sang guru menyebut bahwa pembagian tersebut merupakan jenis matematika dasar yang biasanya diajarkan di tingkat Sekolah Dasar.
Unggahan yang viral tersebut menuai banyak komentar warganet. "Matematika dasar itu penting banget, coba kalo Lo jualan, atau buka toko, itu harus ngitung harga modal biar ada untung buat dijual, itu berfungsi banget," tulis seorang warganet.
"Subhanallah..pdhal pelajaran kls 3SD..dan anak2 ini kls 12..ini salahnya dimana ya..,semoga ada solusi..😢," yang lain menimpali. "Trus selama ini mereka belajar apa😢😢😢," balas warganet lain.
"saya SMA kelas 1-2 saya sangat Bodoh di IPA terutama di fisika. dan MTK juga. namun di kelas 3 saya ntah kenapa bisa paham setiap Rumus bahkan hafal," sambung warganet lagi.
Guru BK Buat Konten Tak Mau Menasehati
Sebelumnya diberitakan seorang Guru Bimbingan Konseling atau Guru BK membuat video sarkasme sindiran tentang menasehati siswa. Ia menunjukkan video parodi saat lewat di tengah-tengah muridnya yang melanggar aturan sekolah, tapi tak menegur karena takut dilaporkan balik.
"Pov Guru BK nggak mau menasehati siswa dan siswinya karena takut di penjara," keterangan di video yang tertulis, diunggah ulang akun mood.jakarta dari video aslinya di TikTok @mutiauti42 pada Selasa, 30 Oktober 2024.
Tampak Guru BK tersebut berjalan di lorong sekolah dan melihat dua orang siswi saling menjambak tapi tak menegurnya. Kemudian ada siswa yang duduk dengan pakaian tidak rapi dan baju dikeluarkan, tapi juga enggan ditegurnya.
Berjalan selangkah lagi, Guru BK tersebut mendapati anak muridnya bertengkar tapi tak menggubrisnya. Lalu ada anak muridnya yang pacaran di sekolah, tapi juga tak dinasehati. Guru BK tersebut hanya melihat saja dan mengangguk-angguk, seolah hanya jadi penonton atas kenakalan siswa-siswi di sekolah.
Advertisement
Warganet Menanggapi
Konten viral ini pun menuai beragam tanggapan warganet. "Mantap mantap lanjutkan buk. orangtua di luar sana moga-moga sadar, jangan dikit-dikit lapor," tulis seorang warganet.
"Kalo udaj gini, harusnya bukan pejabatnya lagi yang diprotes, tapi para orangtua yang "mungkin" salah dalam pola asuh anak," tulis yang lain. "Malah enak ya bu kerjanya jd lbh ringan☺️," seloroh yang lain.
"Setuju bu guru… sejatinya pendidikan itu sinergi ortu-guru-siswa. Kalo ortu cuma mau terima beres… ya wassalam," komentar warganet.
Mengutip kanal News Liputan6.com, 30 Oktober 2024, Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian angkat bicara terkait maraknya guru yang dilaporkan orangtua murid. Kasus ini banyak pula yang berujung berurusan dengan polisi dan menjadi tersangka.
Menurut dia, kasus ini meningkat lantaran kurangnya penghargaan masyarakat terhadap profesi guru. Selain itu, Hetifah juga menyebut dari sisi siswa, permasalahan disiplin, Kesehatan mental, tekanan akademis dan sosial yang tak tertangani dengan baik juga menjadi masalahnya.
Kontroversi Siswa Laporkan Guru
"Apalagi dengan adanya pengaruh negatif dari sosial media dan teknologi yang sulit dikontrol menyebabkan siswa mudah terpicu untuk melaporkan guru atau melebih-lebihkan kejadian yang sebenarnya kepada orang tua," kata dia dalam keterangan yang diterima, Selasa, 29 Oktober 2024.
Politikus Golkar ini menegaskan, kasus kekerasan terhadap guru bukan hanya terjadi di Indonesia belakangan ini. Negara seperti Jepang, Amerika Serikat, Perancis pun mengalami hal yang nyaris sama bahkan lebih berbahaya.
Oleh karenanya, dia menuturkan agar menyelesaikan permasalahan kekerasan pada guru ini harus dilakukan secara komprehensif. Misalnya, ada beberapa yang dilakukan seperti pelatihan manajemen kelas dan resolusi konflik bagi guru.
"Implementasi sistem laporan dan penanganan insiden kekerasan di sekolah, program dukungan psikologis untuk para guru yang menjadi korban kekerasan, kampanye kesadaran masyarakat tentang pentingnya menghormati profesi guru, penerapan sanksi hukum yang tegas terhadap guru, dan kerja sama antara sekolah, orang tua, dan komunitas untuk menciptakan lingkungan yang aman," jelas Hetifah.
Menurutnya, hal ini sebenarnya tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 mengatur mengenai guru dan dosen, di mana guru memiliki jaminan pelindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.
Advertisement