Sukses

Bahasa Bunga Didiet Maulana dalam Puspa Senandika

Didiet Maulana mempersembahkan "Puspa Senandika" dalam 95 tampilan yang dipresentasikan melalui tiga sekuens.

Liputan6.com, Jakarta - Menandai 12 tahun perjalanan Svarna by IKAT Indonesia, Didiet Maulana mempersembahkan "Puspa Senandika" alias "Katakanlah dengan Bunga." Tajuk koleksi ini berarti monolog menggunakan perantara bunga.

"Kenapa bunga, karena bunga itu bagian yang tidak lepas dari hidupku," ungkap Didiet saat jumpa pers sebelum annual show-nya berlangsung di bilangan Jakarta Selatan, Jumat, 15 November 2024. "Ada banyak bunga di studioku. Di rumahku juga selalu ada bunga, entah melati atau sedap malam."

"Waktu kecil juga kebetulan selalu ada bunga melati di sebelah rumah. Jadi sebenarnya malam ini penuh memori, termasuk memori aku dengan nenekku yang selalu memakai bunga ke mana pun pergi," imbuhnya. Sang desainer juga berkata bahwa setiap kali melihat bunga, hatinya selalu "sejuk dan happy."

Ia menyambung, "(Koleksi yang dipresentasikan) malam ini juga terinspirasi bunga-bunga Indonesia. Ada kenanga, cempaka, anggrek, mawar, dan melati." Elemen bunga dapat ditemukan pada aplikasi, seperti embroidery, sequins, dan detail motif yang hadir dengan material yang lebih beragam, termasuk organza, silk, beludru, dan brokat.

Unsur bunga juga dihadirkan Didiet melalui wastra yang dikurasinya. "Ada beberapa kain dari hasil pelatihan PT Kupuk, yang mana mereka memang melakukan pelatihan pada UMKM, yaitu batik gedog," beber Didiet.

"Kemudian, ada kain dari Jawa Tengah, yang kebanyakan berupa batik sogan. Kebetulan perajinnya dulu membuatkan kain untuk mendiang nenekku," ia menambahkan. "Ada juga batik dari perajin Lasem yang sudah aku dampingi selama sekitar tujuh tahun."

2 dari 4 halaman

Macam-Macam Wastra

Selain itu, ada pula batik Cirebon, serta beberapa songket dari Jambi, Palembang, dan Padang. Presentasi koleksinya terdiri dari tiga sekuens yang dimulai dengan tampilan tradisional yang tidak semata tercitra dari busana.

"Makeup-nya juga terkonsep," ujar Didiet. "Riasan wajahnya itu seperti kalau kita sering berjemur atau melakukan aktivitas luar ruang. Jadi, itu terinspirasi perempuan dan laki-laki dari tahun 1920, yang kalau aku lihat. banyak sekali berkegiatan di luar ruang."

Visualnya termasuk dengan menata rambut sejumlah model dalam wet look. "Kemudian sekuens kedua, kami mau memperlihatkan bahwa perempuan dan pria di look sebelumnya itu beradaptasi. Jadi, banyak kebaya yang dipadukan dengan wide cut pants," ungkap sang desainer.

Hingga akhirnya pertunjukan ditutup dengan "tampilan-tampilan sakral." Didiet berbagi, "Kami menghadirkan busana yang selama ini jadi kekhasan Svarna, yaitu kebaya," seraya menambahkan bahwa ada 95 tampilan yang dipersembahkannya di landasan pacu.

3 dari 4 halaman

Tidak Semata Fashion Show

Koleksi ini hadir dengan tone warna Bumi nan hangat, serta beberapa palet pastel sebagai anggukan pada eksplorasi budaya yang dilakukan Svarna. Didiet menjelaskan, koleksi ini memuat desain siluet kebaya Kartini, kebaya kutu baru, baju kurung, dan baju bodo untuk perempuan, serta kemeja berkerah tinggi dan outer semi-beskap untuk pria.

Siluet modern juga hadir melalui potongan dress, outer, dan vest yang dikombinasikan dengan celana kulot dan rok yang tetap mempertahankan elemen busana khas Nusantara. Perpaduan detailnya dihadirkan untuk menggambarkan ekspresi kebebasan dalam kekayaan budaya.

Tidak berhenti di situ, lantaran spesial koleksi busana pengantin turut dihadirkan di presentai mode ini. Didiet mengatakan, pertunjukan "Puspa Senandika" tidak semata fashion show, namun sebuah persembahan cerita. "Maka itu, setiap sekuens dimulai dengan pembacaan narasi oleh Andien," ucap dia.

Menyelaraskan keseluruhan tampilan, dengan bunga sebagai DNA utama, Didiet mengatakan bahwa ia ikut terlibat dalam pemilihan latar musik. "Bunga-bunga juga ada di hiasan kepala," ia menambahkan.

4 dari 4 halaman

Elemen Kejutan

Menciptakan hampir 100 tampilan dalam kurun waktu sekitar tiga bulan tentu bukan hal mudah. Didiet mengungkap, koordinasi jadi tantangan tersulit dalam proses berkarya.

Ia berbagi, "Kalau ide, kami punya banyak banget, tapi secara teknis harus diatur. Bagaimana cara me-manage antara apa yang kita ingin secara sketsa kemudian dia menjadi indah secara nyata. Apa yang harus ditambah, apa yang harus dibuat sehingga look-nya kelihatan jadi lebih kuat."

 

Tahapan paling menantang, menurut dia, adalah saat membangun narasi. "Bagaimana koleksi ini bisa menceritakan sesuatu yang ingin kami hadirkan. Salah satunya tentang bunga yang kelopaknya itu seperti kehidupan manusia. Jadi setiap kelopak terbuka, memandai kita pun bertumbuh dari hari ke hari, berproses."

Menambah elemen kejutan dalam presentasi, Svarna menghadirkan tampilan spesial anak-anak berbusana serba bunga berpadu wastra lokal. "Semoga berbagai macam styling di fashion show ini bisa diterima," harap Didiet.

Video Terkini