Liputan6.com, Jakarta - Turis berulah jadi kasus di mana-mana. Kali ini, giliran seorang turis Amerika berusia 65 tahun yang ditangkap polisi usai diduga mengukir namanya di gerbang kayu kuil suci di Tokyo.
Baca Juga
Mengutip CNN, Minggu (17/11/2024), juru bicara Kepolisian Metropolitan Tokyo menyebut tersangka bernama Steve Lee Hayes ditangkap pada Rabu, 13 November 2024, dengan tuduhan merusak properti. Pria itu diduga merusak pilar gerbang Kuil Meiji di daerah Shibuya, Tokyo, pada Selasa, 12 November 2024.
Advertisement
"Dia mengukir alfabet dengan kuku jarinya," ujar juru bicara kepolisian. Menurut lembaga penyiaran publik NHK, lima huruf itu diyakini merupakan nama keluarga turis tersebut.
Polisi dilaporkan mengidentifikasi tersangka dengan meninjau rekaman kamera keamanan dan telah meluncurkan penyelidikan. Tersangka yang sedang mengunjungi Jepang bersama keluarganya terancam dihukum tiga tahun penjara atau denda hingga 300 ribu yen (hampir Rp31 juta).
Japan Today melaporkan bahwa staf Kedutaan Besar AS turun tangan untuk memberikan bantuan konsuler bagi turis iseng tersebut. Penangkapannya menambah daftar insiden terkait turis yang menjadi berita utama seiring dengan rekor jumlah pengunjung di Jepang.
Kuil Meiji pertama kali dibuka pada 1920 dan didedikasikan untuk Kaisar Meiji dan Permaisuri Shoken. Kuil itu terletak berdekatan dengan Taman Yoyogi yang luas di kota itu. Sempat hancur lebur selama Perang Dunia II, komplek tersebut dibangun kembali pada 1950an. Pintu masuk ke kuil memiliki gerbang kayu besar, yang dikenal sebagai torii, yang dimahkotai dengan balok melengkung yang khas.
Bukan Kasus Pertama
Kasus pengunjung merusak kuil Jepang juga sempat terjadi pada 2023. Seorang remaja Kanada berusia 17 tahun dibawa untuk diinterogasi karena diduga menggoreskan nama 'Julian' dengan paku ke pilar kayu di sebuah kuil yang terdaftar di UNESCO di kota bersejarah Nara, kata polisi setempat pada CNN saat itu.
"Anak laki-laki itu mengakui perbuatannya dan mengatakan tindakannya tidak bertujuan merusak budaya Jepang," kata seorang pejabat polisi, dikutip dari CNN, Kamis, 5 September 2024. "Dia bersama orangtuanya saat kejadian itu terjadi."
Ada pula tindakan tidak senonoh yang dilakukan seorang pria Austria berusia 61 tahun. Ia ditangkap polisi bulan lalu atas tuduhan tidak menghormati tempat ibadah. Ia tertangkap basah berhubungan seks di halaman sebuah kuil di Kesennuma, sebuah kota pesisir kecil yang berjarak sekitar 500 kilometer (310 mil) utara Tokyo, bersama seorang perempuan Jepang berusia 40 tahun-an.
Mengutip CNN, Kamis, 5 September 2024, pria itu ditangkap pada 22 Agustus 2024. Polisi mengatakan bahwa ia ditangkap karena khawatir melarikan diri. Namun, pasangannya tidak ditangkap setelah menyimpulkan bahwa wanita tersebut tidak berisiko kabur. Pria tersebut telah dibebaskan dari tahanan, namun polisi mengatakan mereka tidak dapat mengungkapkan rincian hukumannya dan tidak menjelaskan apakah dia seorang turis atau residen.
Advertisement
Larang Perayaan Tahun Baru di Shibuya
Distrik Shibuya di pusat kota Tokyo, Jepang, telah dikenal selama puluhan tahun sebagai tempat berpesta. Namun, suasananya tidak semeriah dulu, karena setelah melarang perayaan Halloween, otoritas setempat mengatakan tidak akan mengadakan acara khusus untuk Malam Tahun Baru 2025.
Melansir Japan Today, Sabtu, 16 November 2024, sejak 2016, persimpangan Shibuya Scramble di depan Stasiun Shibuya biasanya ditutup pada malam tanggal 31 Desember. Area itu kemudian diubah jadi tempat pesta jalanan resmi, dengan penampilan para selebritas dan gerai penjual dari perusahaan sponsor.
Pada 2018, tidak kurang dari 120 ribu orang berkumpul untuk merayakan tahun baru. Semua itu berakhir pada 2020, ketika Shibuya menangguhkan perayaan Malam Tahun Baru sebagai bagian dari langkah-langkah kesehatan masyarakat selama pandemi COVID-19. Meski protokol anti-infeksi tersebut tidak lagi dianggap perlu, Shibuya tidak mengadakan lagi pesta Malam Tahun Baru, dengan alasan bahwa pertemuan besar seperti itu kini jadi masalah keselamatan.
Semula, ada pembicaraan untuk memulai kembali perayaan tahun ini. Namun, sebuah komite eksekutif yang terdiri dari anggota parlemen Shibuya Ward dan perwakilan distrik perbelanjaan di dekat Shibuya Scramble mengatakan bahwa perayaan tersebut telah ditunda hingga 2025. Artinya, tidak akan ada pesta hitung mundur Malam Tahun Baru resmi di Shibuya, akhir tahun ini.
Larangan Tenggak Miras di Jalanan Shibuya
Seorang juru bicara distrik tersebut mengatakan bahwa dengan meningkatnya jumlah pengunjung Shibuya, termasuk wisatawan asing, mereka telah memutuskan untuk tidak mengadakan acara hitung mundur. Ini dilakukan guna memastikan keselamatan publik.
Seorang perwakilan distrik tersebut juga merujuk pada larangan minum di tempat umum sepanjang tahun di Shibuya, dengan mengatakan, "Karena saat ini kami sedang dalam proses mengurangi konsumsi alkohol di tempat umum, kami telah sampai pada keputusan bahwa ini bukan waktu yang tepat untuk mengadakan acara yang akan dihadiri banyak orang."
Dengan larangan minum di tempat umum sepanjang tahun di Shibuya, yang merupakan yang pertama di Tokyo, dan baru saja berlaku bulan lalu, mungkin ada harapan bahwa setelah setahun hasil positif, acara hitung mundur benar-benar akan diadakan lagi di Scramble pada 2025. Tapi, banyak juga yang pesimis pesta Malam Tahun Baru Shibuya akan kembali berlangsung.
Pengumuman serupa juga disiarkan tahun lalu. Distrik Shibuya di Tokyo sekali lagi membatalkan penghitungan mundur malam Tahun Baru 2024, menandai absennya event itu selama empat tahun berturut-turut. Keputusan ini diambil berdasarkan kekhawatiran atas "keselamatan dan keamanan acara tersebut," yang biasanya menarik sekitar 100 ribu pengunjung.
Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence
Advertisement