Liputan6.com, Jakarta - Direktorat Pengolahan Arsip Deputi Bidang Penyelamatan, Pelestarian, dan Perlindungan Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), merilis Guide Tematis Arsip Statis Penanganan Stunting. Panduan untuk menangani stunting ini baru pertama kali dibuat ANRI, setelah pada masa pandemi kemarin juga sempat merilis panduan terkait dengan penanganan Covid-19.
Dari penelusuran ANRI tentang stunting ditemukan hanya ada tiga arsip yang mengungkap langsung keterkaitannya dengan program Makan Siang Gratis Presiden Prabowo. Plt Direktur Pengolahan Arsip ANRI, Wiwi Diana Sari menyebut bahwa koleksi arsip tersebut terjadi pada masa Hindia Belanda, di mana ada sekolah kejuruan yang siswanya tidak bisa mengikuti ujian karena sakit dan kurang gizi sehingga diadakan semacam program makan gratis.
Baca Juga
Tiket Pesawat Turun di Libur Nataru, Benarkah Sulit Mencari di Online Travel Agent karena Sudah Banyak Terjual?
Museum Nasional Rayakan Hari Disabilitas Internasional, Gelar Pekan Inklusivitas dengan Kuota Peserta Terbatas
Mantan Model Victoria’s Secret Diculik dan Disekap di Ruangan Penuh Ular, Begini Kronologinya
"Program pemerintah yang sekarang, Makan Siang Gratis salah satu program yang merupakan diseminasi (penyebarluasan ide) penanganan," ungkap Wiwi saat Expose Guide Arsip Tematik Stunting di kawasan Jakarta Selatan, Rabu, 20 November 2024.
Advertisement
Lebih lanjut, Wiwi mengatakan bahwa terkait dengan kearsipan makan siang gratis, pihaknya pun melakukan penelusuran tentang dampak langsung dan tidak langsungnya untuk penanganan stunting. Artinya, kearsipan mengenai penanganan stunting tersebut juga secara luas terkait dengan kondisi kemiskinan, kesehatan, dan sanitasi masyarakat.
"ANRI menyajikan arsip sebagai data atau informasi untuk bahan riset dalam rangka membuat policy (aturan atau kebijakan)," sambung Wiwi, sambil menambahkan bahwa arsip tersebut bisa diakses oleh masyarakat luas melalui website resmi ANRI dan aplikasi.
Stunting Isu yang Terus Jadi Perhatian
Stunting merupakan isu nasional yang menjadi perhatian khusus Pemerintah Republik Indonesia. Komitmen dan inisiatif pemerintah untuk mencegah stunting diawali bergabungnya Indonesia ke dalam gerakan Global Scaling Up Nutrition (SUN) Movement pada tahun 2011 yang kemudian percepatan penurunan Stunting diinisiasi dengan diluncurkannya Peraturan Presiden Nomor 42 tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi yang ditetapkan melalui prioritas.
Setelah itu, diterbitkanlah Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2021. Dalam peraturan tersebut, dijelaskan pengertian stunting yakni gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang maupun tinggi badannya berada di bawah standar yang ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.
Adapun stunting selalu terkait dengan kekurangan gizi kronis pada anak. Kondisi ini tak hanya dilihat saat bayi lahir tapi juga saat masih berada di kandungan. Dampak stunting baru terlihat setelah anak mencapai usia 2 tahun.
Advertisement
Dampak Stunting Terlihat Setelah Usia 2 Tahun
Fokus stunting adalah kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak. Kekurangan gizi pada ibu dan anak dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak. Hal ini menjadi permasalahan global. Diperkirakan sekitar 165 juta anak di bawah usia lima tahun mengalami stunting sehingga menjadi prioritas utama dalam kesehatan masyarakat.
Target yang ambisius telah ditetapkan untuk mengurangi prevalensi stunting sebesar 40 persen antara tahun 2010 dan 2025. Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) pada 2021 menunjukkan bahwaprevalensi stunting saat ini mencapai 5,33 juta balita atau 24,4 persen dari total balita di Indonesia. Pemerintah menargetkan penurunan prevalensi stunting hingga mencapai 14 persen pada tahun 2024.
Disebutkan bahwa stunting tidak hanya menghambat pertumbuhan secara fisik, tetapi juga berpengaruh terhadap kondisi kesehatan yang rentan penyakit, menurunkan kecerdasan, danproduktivitas anak. Permasalahan stunting disebabkan banyak faktor seperti kurangnya nutrisiyang memadai, kurangnya pelayanan kesehatan, kurangnya pendapatan keluarga, terbatasnyaakses air bersih, sanitasi yang buruk, dan pendidikan keluarga.
Isi Arsip Penanganan Stunting
Arsip penanganan stunting berisi materi arsip yang berkaitan dengan penanganan stunting yang dilakukan baik oleh unsur pemerintah. Arsip ini merupakan arsip yang diciptakan dari masa republik hingga reformasi. Namun, dikarenakan istilah stunting merupakan istilah yang baru populer pada masa kini, sehingga tidak ditemukan arsip yang memuat kata“stunting”.
Namun, salah satu penanganan stunting adalah kesehatan ibu dan anak sertaperbaikan gizi, sehingga dalam melakukan identifikasi arsip menggunakan kata kunci lainseperti “gizi” dan “makanan”. Arsip penanganan stunting terdiri dari beberapa media arsip seperti arsip foto,tekstual/kertas dan rekaman video.
Arsip-arsip tersebut terdapat dalam khazanah asip yang telah diolah seperti Sekretariat Negara, Sekretariat Wakil Presiden, Sekretariat Kabinet, Departemen Pertanian, Departemen Agama, Kementerian Penerangan, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional RepublikIndonesia (KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS RI), PPFN, dan lainnya.
Guide Tematis Arsip Penanganan Stunting ini merupakan sarana bantu penemuankembali arsip statis mengenai penanganan stunting yang berasal dari berbagai pencipta arsip. Untuk itu, pengguna cukup menuliskan nomor folder dalam peminjamannya, lalu pengguna bisa melakukan penelusuran secara mandiri untuk menemukan item arsip yang berada di dalam folder.
Advertisement