Sukses

Hangatkan Badan dengan Semangkuk Jumbo Bakso Halal di Bakso Formosa Taiwan

Tak banyak tempat makan di Taoyuan, Taiwan, yang bersertifikat halal. Bakso Formosa menjadi salah satu hidden gem yang harus didatangi saat ingin mengisi perut yang lapar.

Liputan6.com, Jakarta - Hujan habis turun seharian di Taoyuan, Taiwan, pada Kamis malam, 22 November 2024. Angin cukup kencang berhembus membuat badan menggigil karena saya hanya mengenakan kaus long john panjang dan jaket tipis. Saat dicek, suhu saat itu menyentuh 18 derajat celcius.

Bersama rombongan undangan Tiket.com dan Starlux, saya mempercepat langkah menuju tempat makanan Indonesia yang jarang ditemukan di kota pinggiran Taipei. Plang nama Bakso Formosa terpampang dari seberang jalan, cukup menarik perhatian di antara deretan toko baju di kiri kanannya.

Kehangatan langsung menyambut saya dan rombongan sejak di pintu masuk kedai. Seorang karyawan mengarahkan kami ke meja yang kosong. Saat itu tak banyak pelanggan yang makan di tempat, hanya sekitar tiga meja yang terisi. Dari parasnya, saya menduga sebagian adalah warga lokal.

Suasana khas Indonesia coba dibangun dengan menggantung pajangan wastra Indonesia di dinding dan alunan lagu-lagu Indonesia, seperti Sheila on 7. Di dinding dekat meja kasir terpampang logo halal yang dikeluarkan Asosiasi Muslim China setempat.

Karena sudah lapar dan dingin, kami segera mendekati meja kasir untuk meminta rekomendasi menu. "Ayam geprek krispi di sini favoritnya," ujar lelaki itu. "Kalau bakso, bakso iga spesial yang paling laku," imbuhnya.

Menu dan harga restoran dicantumkan secara transparan di dinding restoran. Semangkuk bakso iga spesial dihargai 225 NT atau sekitar Rp100 ribu semangkuk. Saya pribadi mencoba bakso iga buntel yang iganya bukan dibalut daging biasa tetapi adonan bakso. Harganya sedikit lebih murah, 215 NT.

2 dari 4 halaman

Baru Pindah ke Lokasi Baru

Porsi semangkuk bakso di kedai tersebut terbilang jumbo. Dengan perut yang lapar saja, saya kesulitan menghabiskannya, apalagi bila datang tidak terlalu keroncongan. Menurut saya, ukurannya sekitar dua tiga kali lipat porsi rata-rata semangkuk bakso gerobak di Indonesia.

Kuah beningnya ringan tapi kaya rasa. Saya tidak merasa terlalu eneg sebagai tanda penyedap rasa yang digunakan sudah dimoderasi. Jenis mi yang digunakan adalah bihun dengan banyak tauge dan sawi hijau sebagai penyeimbang olahan daging-dagingan.

"Kita sebenarnya punya tempat sebelumnya itu enggak di sini, di seberang jalan sana, tapi tempatnya kecil. Jadi, kita pindah ke tempat ini karena tempatnya lebih besar dan ada tempat parkirnya," ujar Vicky, supervisor operasional kedai Bakso Formosa yang ditemui seusai menyantap bakso.

Di lokasi lama, menurut Vicky, hanya bisa menampung sekitar empat meja saja untuk makan di tempat. Bila satu meja maksimal empat orang, berarti kapasitas maksimalnya hanya 24 orang sekali waktu. Tapi di tempat yang baru yang berlokasi di kawasan Zhongli, mereka bisa melayani sekitar 60 orang dalam sekali waktu.

3 dari 4 halaman

Dirintis Pasangan Suami Istri Beda Kewarganegaraan

"Kebetulan karena mayoritas di sini kan banyak industri, jadi banyak pekerja, TKI, yang banyak ke sini. Ada beberapa dari mahasiswa, cuma memang dominannya yang Indonesia, mungkin 75:25. 75-nya Indonesia, 25-nya orang Taiwan," imbuhnya. Ia sendiri hanya pekerja magang di kedai itu karena masih kuliah di kampus lokal.

Vicky menyebutkan bisnis bakso itu dirintis pasangan suami istri beda kewarganegaraan sejak 2000an. Sang istri, Ella, berasal dari Tulungagung, Jawa Timur, sedangkan suaminya Ali asli Taiwan. 

"Dulu itu keliling Pak Ali, terus akhirnya buka kedai di seberang sana," tuturnya.

Dengan semakin banyak pelanggan, tempat lama dianggap tak layak menampung. Pemilik mencari tempat baru yang bisa gampang dijangkau pembeli. Lokasi yang kini dipilih dianggap tepat karena tak jauh dari stasiun dan masjid. Di samping kiri kanannya juga berjejer toko baju yang banyak didatangi pembeli.

"Jadi, banyak yang lewat sini, sekalian makan. Kan halal di sini agak susah ya. Mungkin warung Indo banyak, cuma yang bersertifikat (halal), setahu kami ya di sini. Kebanyakan orang Muslim juga yang dari Pakistan tuh nyarinya kebetulan di tempat kita," sambung dia.

4 dari 4 halaman

Kreasi Menu Kedai Bakso Formosa

Vicky menjelaskan bakso sejak awal jadi menu andalan. Tapi seiring waktu, banyak pelanggan meminta menu Indonesia lainnya sehingga ada penambahan menu ayam ala Indonesia di Bakso Formosa. 

Bakso diproduksi sendiri di pabrik kecil. Daging sapi halal sebagai bahan baku utama dengan mudah diperoleh di pasar setempat. Kemudian, bakso dikemas sesuai porsi dan dibekukan sebagai stok. Dalam sehari rata-rata 75 mangkuk bakso terjual. 

Selain itu, mereka juga menjual bakso beku. Variannya hampir 10 macam, seperti bakso keju, mercon, granat, beranak, pentol kecil dan pentol besar. "Kita jual yang frozen itu 1 jin, 1 jin itu 600 gram, sekitar 370 NTD (untuk pentol kecil)," ujarnya.

Kedai itu buka setiap hari mulai pukul 10 pagi hingga 9 malam. Ia mengaku Sabtu dan Minggu menjadi waktu tersibuknya. "Bisa enggak dapat tempat, sampai ngantre," katanya.

Semua pekerja adalah orang Indonesia yang rata-rata adalah mahasiswa. Mereka bekerja sebagai part-time dengan maksimal waktu kerja 20 jam per minggu. "Mahasiswa boleh asalkan punya surat work permit," ucapnya.

 

Video Terkini