Sukses

Dr. Tompi Peringatkan Risiko Filler Payudara dan Bokong, Bisa Meninggal di Meja Operasi

Penyebab kematian pasien yang menjalani prosedur filler payudara dan bokong, menurut dr. Tompi, adalah risiko kerusakan jaringan di dalam tubuh.

Liputan6.com, Jakarta - Prosedur operasi plastik alias oplas belakangan makin mudah diakses. Selain di klinik kecantikan lokal, ada pula yang memilih oplas di luar negeri.

Dr. Tompi, penyanyi yang juga seorang dokter bedah plastik, memperingatkan risiko sejumlah tindakan bedah kosmetika. Sebagai selebritas yang kini fokus membuka klinik sendiri, ia mengedukasi publik tentang prosedur filler payudara dan bokong. 

"Yg saya hormati, temen-temen sejawat sekalian, terutama GP estetik di tanah air, TOLONG JANGAN MELAKUKAN TINDAKAN PENYUNTIKAN FILLER KE PAYUDARA-BOKONG (apapun nama jualannya) karen biasanya diakui bukan sebagai filler, atau katanya akan larut," tulisnya di akun Instagram pribadi, Rabu, 20 November 2024. 

Ia mengingatkan, prosedur tersebut sangat berbahaya dan bisa menyebabkan kematian di meja operasi. Penyebabnya adalah kerusakan jaringan di dalam tubuh yang mungkin terjadi.

Kejadian ini berdasarkan temuannya yang kesekian kali. Tompi bercerita, ia menangani pasien yang mengaku sudah disuntikkan cairan tersebut ke payudaranya. Pasien tersebut percaya karena yang mengerjakan prosedur tersebut adalah klinik estetik ternama.

"Memang reaksinya TIDAK SELALU, tapi tak terduga dan sulit diatasi karena sangat cepat bila berlansung," sambung pria bernama asli Teuku Adifitrian tersebut. "Hati2 ya… jgn terkecoh oleh pedagang filler tersebut yag meng-claim AMAN! Prosedur itu TDK DIPERBOLEHKAN secara medis," tandasnya.

Unggahan Dr. Tompi lantas ramai dikomentari warganet. Di antaranya, banyak yang berterima kasih dan mengaku akan berhati-hati.

2 dari 4 halaman

Tanggapan Warganet

"Dokter terbaik, selalu mengutamakan pasien, bukan cm duit aja yg di cari thanks dok👍sehat selalu ya dok," tulis seorang warganet. "Bener dok. Saya setujuuuu.. BAHAYA INI !!!!!! KOK HERAN SAMA DOKTER AESTHETIC YANG MASIH MAU NGELAKUIN INI. MIKIR NGGA KALO ITU TIH KAMUU ATAU ISTRI KAMU ATAU ADEK KAMU KALO ADA APA2 GIMANA. HADEHHH....," balas warganet.

"Nah yg begini.jd pencerahan bg masyrkt tuk edukasi jg.," balas warganet. "tjakep 🔥🔥 dokter tompi edukasinya selalu menyalaa ❤️❤️ sehat selalu dok," yang lain menimpali.

"dok sekarang filler ngk cumn di pd bkg aja tpi smpe ke miss v jga, dan itu jga mahal2 loh dok," kata yang lain. "Klo dokter satu ini inget sumpah dokter wktu kelulusan..tdk ny mikir cuan tpi mikir tgjwb diakherat..kerenn dr.tompi..sehat2 dok😍," yang lain menambahkan.

Kasus meninggal akibat operasi plastik sudah sering terdengar dalam pemberitaan. Mengutip kanal Global Liputan6.com, 12 November 2024, hal ini terjadi juga di China, di mana seorang wanita meninggal usai menjalani enam kali operasi plastik dalam kurun waktu 24 jam.

3 dari 4 halaman

Kasus Meninggal Usai Jalani 6 Operasi Plastik

Kejadian ini bermula saat wanita bermarga Liu dari daerah pedesaan di Guigang, Provinsi Guangxi, China selatan, mengunjungi sebuah klinik di Nanning. Ia mengambil pinjaman lebih dari 40 ribu yuan (Rp87,1 juta) untuk membiayai enam prosedur kosmetik.

Melansir SCMP, ia menjalani operasi kelopak mata ganda dan hidung yang memakan waktu lima jam. Setelah itu, ia menjalani prosedur sedot lemak di paha, kemudian lemak disuntikkan ke wajah dan payudaranya keesokan paginya, yang juga berlangsung selama lima jam.

Dilaporkan, tepat saat Liu keluar dari rumah sakit dan saat mencapai lift, wanita tersebut tiba-tiba pingsan di klinik.  Meski ada upaya darurat dari staf klinik, ia dibawa ke Rumah Sakit Rakyat Nanning Kedua, di mana dia dinyatakan meninggal pada sore harinya.

Laporan otopsi menunjukkan bahwa dia meninggal karena "gagal pernapasan akut akibat emboli paru setelah sedot lemak." Atas kejadian tersebut, keluarga Liu menggugat klinik tersebut di Pengadilan Rakyat Distrik Jiangnan di Kota Nanning, meminta kompensasi sebesar 1,18 juta yuan (Rp2,5 miliar).

4 dari 4 halaman

Keluarga Korban Menggugat Klinik

 

"Klinik tersebut menawarkan saya 200 ribu yuan sebagai kompensasi. Saya mengatakan bahwa setidaknya satu juta yuan harus diberikan untuk kematian seseorang. Bahkan. jika kita membagi tanggung jawab, itu tetap harus setidaknya 500 ribu yuan. Saya menolak penyelesaian pribadi mereka, dan saya mengatakan kita harus pergi ke pengadilan saja," kata suami Liu.

Penyelidikan mengungkap bahwa klinik tersebut memiliki dokumen hukum yang diperlukan untuk melakukan prosedur tersebut. Sementara. kedua dokter yang terlibat dalam prosedur Liu juga memiliki lisensi resmi.

Volume lemak yang diangkat pun mematuhi standar medis. Selama proses hukum, klinik tersebut bersikeras bahwa Liu memahami risiko terkait operasi kosmetik, dengan alasan bahwa laporan otopsi saja tidak mendukung klaim malapraktik.

Meski beberapa lembaga yang ditugaskan pengadilan meminta klinik untuk mengungkap standar perawatan mereka, klinik tersebut gagal mematuhinya. Awalnya, pengadilan memutuskan bahwa klinik tersebut sepenuhnya bertanggung jawab atas kematian Liu dan memerintahkan kompensasi lebih dari satu juta yuan (Rp2,1 miliar).

Namun, klinik tersebut mengajukan banding. Pada Agustus 2023, pengadilan merevisi kompensasi jadi 590 ribu yuan, hanya mengakui sebagian tanggung jawab klinik.

Video Terkini