Liputan6.com, Jakarta - Batik, warisan budaya Indonesia yang diakui dunia, sering kehilangan makna dalam penggunaannya sehari-hari. Banyak orang mengenakan batik tanpa memahami filosofi di balik motifnya. Bagaimana menghidupkan kembali penggunaan batik yang tepat?Â
Novita Yunus, pendiri sekaligus Direktur Kreatif PT Wastra Nusantara, menyatakan bahwa motif batik tidak ada yang jelek. Menurutnya, yang terkadang membuatnya kurang enak dilihat adalah cara memadupadankannya. "Menurut saya, batik itu indah, dan setiap orang bisa memakainya dengan cara yang sesuai," kata Novita dalam jumpa pers di Jakarta pada Sabtu, 23 November 2024.
Baca Juga
Kesalahan utamanya adalah kurangnya pengetahuan dari si pemakai tentang batik yang dipakainya, Padahal, motif batik biasanya memiliki sejarah panjang dan filosofi yang kaya. "Jika kita tidak menjaga dan mengenalinya dengan baik, kita bisa kehilangan identitas budaya kita," tambahnya.
Advertisement
Itu pula yang jadi pegangannya saat akan mendesain koleksi anyar Batik Chic. Ia biasa mengundang ahli untuk menjelaskan asal-usul, ideologi, dan filosofi dari motif yang akan dipakainya sebelum dikombinasikannya dengan desain yang lebih kontemporer.
"Sebelum koleksi ditampilkan, saya mengundang ahli untuk menjelaskan ideologi, asal-usul, dan filosofi motif batik peranakan. Ini memberi mereka wawasan sehingga mereka lebih menghargai dan bangga mengenakan batik," tambahnya.
Novita mengaku ia merasa ikut bertanggung jawab untuk mengedukasi publik tentang batik. Terlebih, ia terpilih sebagai penerima UNESCO Award untuk kawasan Asia Tenggara untuk kiprahnya mengembangkan Batik Chic.
Aura Batik
Penghargaan yang diterimanya pada 204 itu membuatnya semakin bangga terhadap batik Indonesia. Ia diundang ke Paris untuk menerima penghargaan tersebut dan tak menyangka melihat banyak orang dari berbagai negara mengenakan batik versinya masing-masing.
"Ada orang dari Afrika mengenakan batik Afrika, orang China mengenakan batik China, dan orang Amerika Latin juga mengenakan batik. Ternyata, batik bukan hanya milik Indonesia, tetapi Indonesia adalah yang paling cantik," ungkapnya dengan penuh kebanggaan.
Bagi Novita, momen tersebut menegaskan bahwa batik adalah warisan Indonesia yang sangat bernilai, dan hanya Indonesia yang memilikinya. Ia menekankan, penggunaan batik yang tepat sangatlah penting karena hal itu akan menonjolkan penampilan pemakainya.
"Orang yang mengenakan batik ini akan memiliki kesan berbeda, ia langsung terlihat lebih menawan. Itu karena aura yang diberikan oleh batik Indonesia yang luar biasa," ujar Novita.
Â
Advertisement
Beradaptasi dengan Selera Anak Muda
Di sisi lain, Novita merasa senang karena generasi muda menaruh minat pada busana batik. Tidak hanya dikenakan di acara formal, mereka juga memakainya sebagai busana sehari-hari dengan sentuhan yang lebih trendi, hits, dan up-to-date. Ia menjelaskan koleksinya yang terus menjadi incaran para generasi muda.
"Ada koleksi Batik Chic dengan desain Pasar Malam, yang terinspirasi dari petiran dan gulali. Ini mengangkat budaya Jakarta. Selanjutnya terdapat koleksi Flamboyan, yang juga masih diminati sampai sekarang dengan menggambarkan bunga khas Jakarta, merupakan salah satu koleksi yang selalu diminta kembali," kata Novita.
Ia juga menggunakan platform Jakarta Fashion Week untuk mempromosikan karyanya ke kalangan pecinta mode. Pada tahun ini, ia membawa koleksi bertajuk Toko Merah yang terinspirasi dari bangunan-bangunan di Jakarta.Â
Dengan perkembangan media sosial, batik Indonesia juga menjangkau pasar yang lebih luas, termasuk di pasar internasional. Beragam koleksinya telah dipasarkan ke luar negeri, dengan setiap desain yang dirancang secara serius.Â
Merilis Buku Perjalanan Batik Chic
Merangkum perjalanannya mendesain batik, Novita pun merilis buku berjudul  "Melukis Negeri dengan Benang : 15 Tahun karya Novita Yunus" di Jakarta pada Sabtu, 23 November 2024. Dalam buku itu, ia menuangkan pengalaman sebagai desainer World's Ride Indonesia, yang telah berkarya selama 15 tahun membuat Batik Chic.
Keberhasilannya mendirikan berbagai brand seperti NY by Novita Yunus, BC Home, Warung Mbak Mar, dan Tiraz Modest Wear melukiskan perjuangan luar biasa untuknya. Setiap brand menggambarkan makna berbeda-beda, dari fesyen modern hingga interior rumah, semuanya melambangkan kebudayaan Indonesia.
"Buku ini sebagian besar berasal dari perjalanan Batik Shic. Awalnya, karena kami berdagang secara online, banyak foto-foto yang kami simpan, kami tuangkan," kata Novita.
"Selain itu, banyak juga pengalaman yang saya dapatkan saat ikut berbagai kementerian, terutama Bank Indonesia, yang meminta saya berbicara mengenai bagaimana cara mengangkat kelas usaha kecil dan menengah (UKM) di Indonesia. Dari situ, saya berpikir, jika saya membuat buku, karya-karya saya bisa dilihat dan mungkin bisa menginspirasi UKM lain untuk naik kelas," tambahnya.
Advertisement