Liputan6.com, Jakarta Marah merupakan salah satu emosi yang alami dan normal dialami oleh manusia. Waktu merasa ada hal yang mengecewakan, diabaikan, atau dibohongi, wajar jika seseorang merasa marah. Namun, banyak yang menganggap kalau emosi yang satu ini cenderung negatif, sehingga tidak jarang banyak orang memilih untuk memendamnya.
Padahal, nggak selamanya marah itu bersifat negatif, lho. Dilansir dari Alodokter, memendam kemarahan justru bisa mempengaruhi kondisi tubuh. Saat seseorang merasakan emosi ini, berbagai reaksi biologis muncul seperti detak jantung, tekanan darah, suhu tubuh hingga pernapasan meningkat. Kalau nggak diatasi dengan baik bisa memicu penyakit seperti tekanan darah tinggi, stroke, penyakit jantung, gangguan pernapasan hingga depresi.
Baca Juga
Namun, meluapkan kemarahan juga nggak bisa dilakukan dengan semena-mena. Berikut ini beberapa cara sehat untuk mengekspresikan kemarahan yang bisa dilakukan dengan tepat.
Advertisement
1. Menjauh dan Beri Waktu untuk Berpikir dan Tenangkan Diri
Dilansir dari situs Talkspace, saat seseorang merasa marah, penting untuk menjauh dari situasi yang memicu emosi tersebut. Memberikan jarak antara diri dan sumber kemarahan adalah langkah pertama untuk mencegah reaksi impulsif yang nantinya bisa disesali.
Cobalah berjalan-jalan, melakukan peregangan, atau duduk di tempat yang tenang. Penelitian menunjukkan bahwa memberi waktu untuk menenangkan diri dapat membantu otak berpikir lebih rasional. Selain itu, saat kamu menjauh, detak jantung dan tingkat stres perlahan-lahan menurun, memungkinkan kamu memproses emosi dengan lebih baik.
Advertisement
2. Pahami dan Terima Penyebab Kemarahan
Terkadang, seseorang bisa merasa marah tanpa benar-benar tahu apa penyebabnya. Kondisi ini bisa dipicu oleh hal-hal kecil atau bahkan akumulasi dari perasaan yang terpendam. Untuk mengatasinya, luangkan waktu untuk mengeksplorasi apa yang sebenarnya membuatmu marah.
Misalnya, jika kamu marah karena pasangan lupa mencuci piring, bisa jadi itu bukan hanya tentang piring, tetapi perasaan diabaikan atau tidak dihargai. Dengan memahami akar penyebabnya, kamu dapat mulai menerima perasaan tersebut dan mencari solusi yang lebih efektif. Ini bukan soal menyalahkan diri sendiri atau orang lain, tetapi soal mengenali emosi sebagai bagian dari dirimu.
3. Hindari Berbicara Saat Emosi Sedang Meluap
Menyampaikan perasaan saat sedang marah besar biasanya akan memperburuk keadaan. Kamu mungkin mengucapkan kata-kata yang menyakitkan atau sulit ditarik kembali. Oleh karena itu, hindarilah berbicara langsung saat emosimu masih panas.
Alihkan perhatian terlebih dahulu. Misalnya, coba tarik napas dalam-dalam beberapa kali atau hitung mundur dari 10. Hal sederhana ini membantu tubuh kembali ke mode tenang. Saat kamu sudah merasa lebih stabil, bicarakan apa yang perlu disampaikan dengan nada yang lebih terkendali. Ingat, tujuan utamanya adalah menyelesaikan masalah, bukan memenangkan argumen.
Advertisement
4. Ekspresikan Kemarahan dengan Tenang
Setelah menenangkan diri, sampaikan apa yang kamu rasakan dengan cara yang jelas, namun tetap tenang. Gunakan kalimat “aku merasa” daripada “kamu selalu” untuk menghindari nada menyalahkan. Misalnya, katakan, “Aku merasa kesal ketika kamu tidak mendengarkan saat aku bicara.”
Berbicara dengan nada yang netral lebih efektif dalam menyelesaikan konflik dibandingkan dengan menyalahkan atau menyerang. Dengan cara ini, kamu memberikan ruang bagi orang lain untuk memahami sudut pandangmu tanpa merasa diserang. Hal ini sekaligus membuka peluang untuk komunikasi yang lebih baik.
5. Journaling: Catat dan Analisa Kemarahanmu
Menulis tentang apa yang membuatmu marah bisa menjadi cara efektif untuk memproses emosi tersebut. Cobalah mencatat apa yang terjadi, siapa yang terlibat, bagaimana perasaanmu, dan bagaimana situasi tersebut diselesaikan. Journaling ini bukan hanya membantu meredakan stres, tetapi juga menjadi alat untuk mempelajari pola kemarahanmu.
Misalnya, jika kamu menyadari bahwa kamu sering marah di pagi hari, mungkin kamu perlu mengatur rutinitas harian agar lebih santai. Dengan menganalisis catatan ini, kamu bisa membuat strategi untuk menghadapi situasi serupa di masa depan. Journaling juga memberi waktu untuk merefleksikan apakah kemarahanmu sepadan dengan masalah yang ada.
Jika bisa mengekspresikan kemarahan dengan cara sehat, kamu bisa lebih tenang dan lega karena apa yang mengganjal bisa terselesaikan. Melepaskan kemarahan dengan cara sehat juga langkah penting untuk menjaga mental tetap sehat. Yuk, mulai terapkan!
Advertisement