Sukses

Vietjet Promosikan Penerbangan Ramah Lingkungan, Sebar Tiket Pesawat Mulai Rp0 Belum Termasuk Pajak

Sejauh ini, baru dua penerbangan internasional Vietjet yang menggunakan bahan bakar ramah lingkungan (SAF). Dengan menyebarkan promo tiket pesawat, apakah jumlah armada yang beralih ke SAF akan bertambah?

Liputan6.com, Jakarta - Maskapai penerbangan asal Vietnam, Vietjet, meluncurkan kampanye baru bertajuk Green Friday. Itu adalah promo tiket pesawat sekaligus mengumpulkan dukungan untuk inisiatif penerbangan ramah lingkungan.

Vietjet menawarkan hampir satu juta tiket pesawat eco dengan harga mulai dari Rp0, belum termasuk pajak dan biaya tambahan. Promo itu berlaku untuk semua rute Vietjet, termasuk penerbangan dari Jakarta dan Bali.

"Green Friday diluncurkan dengan tujuan untuk mendorong penumpang merasakan penerbangan ramah lingkungan sambil menginspirasi upaya kolektif dalam melindungi lingkungan serta mempromosikan pembangunan berkelanjutan di kalangan pelanggan Vietjet dan masyarakat luas," kata pihak Vietjet dalam penjelasan tertulis yang diterima Tim Lifestyle Liputan6.com, Senin, 25 November 2024.

Kampanye itu sejalan dengan komitmen Vietnam dan industri penerbangan global terkait target net-zero emissions pada 2050, yang diklaim diterapkan Vietjet secara aktif selama lebih dari satu dekade. Salah satunya dengan mengoptimalkan sumber daya, terutama penghematan bahan bakar dan pengurangan emisi lingkungan.

 

Vietjet mengoperasikan armada modern dan baru dengan kemampuan menghemat hingga 20 persen konsumsi bahan bakar dan mengurangi emisi CO2 hingga 50 persen dibandingkan generasi sebelumnya. Armada ini dioptimalkan dalam hal konfigurasi dan kapasitas tempat duduk serta menggunakan material ramah lingkungan, baik di dalam pesawat maupun di seluruh proses operasional dan pelayanan. Upaya ini memungkinkan Vietjet untuk secara efektif meminimalkan dampak lingkungan dan mengendalikannya dengan ketat.

 

2 dari 4 halaman

Mengendalikan Jumlah Emisi CO2

Sejak 2016, Vietjet bermitra dengan Safran Group dari Prancis untuk mengimplementasikan program SFCO2 yang mengoptimalkan konsumsi bahan bakar melalui solusi khusus, seperti panduan pilot untuk efisiensi pengoperasian mesin selama penerbangan. Dengan memantau berat penumpang dan kargo secara akurat, program ini meningkatkan efisiensi bahan bakar, meminimalkan limbah, dan meningkatkan kinerja armada. Emisi CO2 per penumpang Vietjet 38 persen lebih rendah dibandingkan rata-rata industri penerbangan.

Salah satu dari empat solusi IATA untuk Net Zero adalah penggunaan bahan bakar penerbangan berkelanjutan (SAF), yang menyumbang 65 persen dari kemajuan menuju target Net Zero. Untuk itu, Vietjet menandatangani perjanjian dengan SAF One, anak perusahaan Novus Aviation Capital, untuk mengembangkan dan menerapkan SAF di Vietnam, di sela KTT COP28 Dubai, tahun lalu.

 

Pada 17 Oktober 2024, Vietjet menerbangkan dua pesawat pertama yang menggunakan SAF di Vietnam. Pesawat berbahan bakar SAF pertama berhasil lepas landas dari Bandara Internasional Tan Son Nhat di Ho Chi Minh City menuju Melbourne, Australia. Sementara, pesawat kedua terbang menuju Bandara Incheon di Seoul, Korea Selatan. Bahan SAF untuk penerbangan tersebut disediakan oleh Petrolimex Aviation, sebuah perusahaan minyak asal Vietnam.

3 dari 4 halaman

Dukung Penerbangan Berkelanjutan

SAF diproduksi dari bahan baku seperti minyak jelantah, produk sampingan pertanian, biomassa kayu, dan limbah perkotaan. Bahan bakar penerbangan berkelanjutan itu diklaim dapat mengurangi tingkat emisi karbon hingga 80 persen dibandingkan bahan bakar fosil. Bahan bakar itu telah memenuhi standar penerbangan internasional yang ketat serta aman untuk digunakan dalam penerbangan komersial.

"Penerbangan Vietjet dengan pesawat yang menggunakan bahan bakar SAF hari ini memiliki arti yang mendalam dengan melambangkan konsep penerbangan yang berkelanjutan, menawarkan sebuah pengalaman yang luar biasa serta ramah lingkungan bagi para penumpang, terutama bagi mereka yang bepergian di rute internasional," kata Dinh Viet Phuong, CEO Vietjet, dalam keterangan tertulis yang diterima Tim Lifestyle Liputan6.com, Senin, 21 Oktober 2024.

"Keberhasilan ini merupakan kebanggaan bersama bagi seluruh industri kami, seiring dengan komitmen kami terhadap perlindungan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan, serta dalam menegaskan peran Vietnam sebagai anggota komunitas penerbangan global yang bertanggung jawab," imbuh Dinh Viet Thang, Direktur Jenderal Otoritas Penerbangan Sipil Vietnam.

4 dari 4 halaman

Kapan Giliran Maskapai Indonesia?

Sementara di Indonesia, maskapai plat merah Garuda Indonesia mulai menggunakan bahan bakar ramah lingkungan Pertamina Sustainable Aviation Fuel (SAF) atau bioavtur pada Jumat, 27 Oktober 2024. Pesawat tersebut terbang dari Bandara Soekarno-Hatta (Tangerang) menuju Bandara Adi Soemarmo (Surakarta) dan kembali ke Jakarta dengan bahan bakar aviasi ramah lingkungan.

Ceremonial Flight Sustainable Aviation Fuel tersebut dilakukan Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta, hari yang sama. Direktur Logistik dan Infrastruktur Pertamina Alfian Nasution mengatakan, Pertamina memiliki komitmen untuk mendukung tercapainya target NZE Pemerintah Indonesia dengan mengembangkan peta jalan aset dekarbonisasi dan pembangunan green business, termasuk SAF untuk sektor aviasi. 

"Penerbangan khusus ini akan menjadi tonggak sejarah di industri aviasi yang berkelanjutan. Masyarakat juga akan merasakan pengalaman baru, merasakan pemanfaatan energi terbarukan dan berkontribusi secara langsung pada penurunan emisi," ujar Alfian, dikutip dari kanal Bisnis Liputan6.com. 

Pertamina SAF dikembangkan oleh Research & Technology Innovation Pertamina, dengan melakukan riset pengembangan produk dan katalis sejak sejak 2010. Pada 2021, PT Kilang Pertamina Internasional berhasil memproduksi SAF J2.4 di Refinery Unit IV Cilacap dengan teknologi Co-Processing dari bahan baku Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil (RBDPKO), atau minyak inti sawit yang telah mengalami proses pengolahan pemucatan, penghilangan asam lemak bebas dan bau, dengan kapasitas 1.350 kilo liter (KL) per hari.