Liputan6.com, Jakarta - Kreativitas dapat mengubah hal sederhana menjadi sesuatu yang bernilai tinggi. Hal tersebut ditunjukkan oleh seorang tukang cukur yang menciptakan wajah tokoh terkenal dari sisa potongan rambut. Bermodalkan bahan gratis, karya seni ini berhasil memukau banyak orang dan dihargai hingga Rp5 juta.
Rendy Tatalede, tukang cukur sekaligus pemilik barbar_Art yang berasal dari Minahasa, Sulawesi Utara berhasil menarik perhatian warganet dengan karyanya yang unik. Ia mengaku menyukasi seni sejak duduk di bangku sekolah dasar. Selama sekitar 25 tahun, ia belajar seni secara mandiri dan terus mengasah keterampilannya hingga mencapai kemahiran yang memukau.
Baca Juga
"Jadi, biasanya selesai mencukur, saya langsung menggambar sketsa wajah pelanggan di kertas dengan pensil sebagai hadiah. Tapi karena bahannya (kertas/pensil) tidak gratis, saya berusaha bagaimana caranya menghibur pelanggan dengan seni, tapi bahannya gratis," kata Rendy kepada Lifestyle Liputan6.com saat wawancara online pada Kamis, 28 November 2024.
Advertisement
"Nah, saat saya sedang menyapu sambil berpikir, akhirnya saya menemukan ide untuk membuat potret dengan rambut pertama kali," tambahnya.
Hingga kini, ia telah berhasil menjual sepuluh karya seni potret yang terbuat dari potongan rambut sisa. Dari seluruh karyanya, empat di antaranya masih disimpan di tempat tinggalnya.
"Harga karya ini bervariasi, mulai dari Rp350 ribu untuk satu kali potret (dalam bentuk file foto atau video), hingga mencapai Rp700 ribu sampai Rp5 juta untuk karya yang lebih besar ukurannya," ia menjelaskan.
Hasilkan Detail Lewat Peralatan Sederhana
Rendy menjelaskan, dalam menciptakan potret dari rambut sisa, ia membagi rambut yang terkumpul menjadi tiga jenis: rambut panjang tebal, rambut sedang, dan rambut paling halus. Proses tersebut harus dilakukan dengan teliti.
"Dimulai dengan rambut halus untuk menggambar sketsa awal. Kemudian, rambut sedang digunakan untuk menciptakan gradasi gelap-terang. Terakhir, rambut panjang dimanfaatkan untuk menambahkan detail akhir, menjadikan setiap karya memiliki tekstur dan dimensi yang unik," kata Rendy.
"Untuk waktu pengerjaan, bergantung pada kondisi fisik dan jumlah pelanggan setiap harinya. Untuk potret sederhana, prosesnya bisa selesai dalam 1-2 jam. Namun, karya yang lebih rumit dapat memakan waktu hingga lebih dari tiga jam," sambungnya.
Ia juga menjelaskan meski hasilnya terlihat rumit dan presisi, peralatan yang digunakannya sederhana. Ia memanfaatkan ponsel dan kartu dengan ketebalan khusus, digunakan untuk memastikan potret yang dihasilkan tidak hanya unik tetapi juga bernilai seni tinggi.
"Karya seni ini tersedia dalam berbagai ukuran, mulai dari yang terkecil, yaitu A4, hingga ukuran terbesar 40x60 cm. Salah satu karya terbesar yang pernah dibuat bahkan menggunakan papan whiteboard sebagai medianya," sebut Rendy.
Advertisement
Butuh Kesabaran dan Ketelatenan
Rendy mengungkapkan bahwa reaksi pelanggan terhadap karya seni potret dari rambut sisa menunjukkan kebanggaan yang tak terhingga. "Saya bisa melihatnya dari ekspresi wajah mereka," ujarnya.
Dia juga bercerita mengenai proses yang paling unik dalam pembuatan karya seni, yaitu saat menggunakan rambut halus atau rambut uban. "Menurut saya, rambut uban merupakan bahan yang paling sulit didapat. Saya harus memilih satu per satu dari lantai dan mengumpulkannya," kata Rendy, menambahkan bahwa proses ini memerlukan kesabaran.
Dukungan keluarga menjadi penyemangat utama bagi Rendy dalam perjalanan seninya untuk selalu berkembang. Ia juga mengungkapkan bahwa banyak tokoh terkenal dan selebritas yang memberikan komentar positif tentang karya seni yang ia buat dari sisa potongan rambut.
"Saya belum pernah mengikuti pameran, dan pengakuan ini sangat berarti bagi saya, karena banyak orang dari berbagai negara yang terinspirasi dan bahkan meniru karya saya," ungkap Rendy dengan bangga.
Rencana Masa Depan Rendy di Dunia Seni Potret Rambut Sisa
Rendy berencana untuk mengembangkan karyanya agar lebih profesional. Ia mengungkapkan, "Jika ada kesempatan, saya tidak akan melewatkannya, dan saya berharap bisa membuka galeri atau bahkan berkolaborasi dengan seniman lain."
Karya seni Rendy juga mengandung pesan yang dalam dan tentunya semakin meningkatkan daya tarik. Ketika membuat potret di lantai, ia mengungkapkan filosofi hidupnya. "Pesannya adalah bahwa kekayaan dan ketenaran tidak bisa dibawa pulang,"sebut Rendy.
Dengan menciptakan potret di lantai, ia ingin mengingatkan bahwa dalam hidup, ada hal-hal yang tak bisa dibawa serta, seperti halnya kepemilikan materi. Pelanggan pun selalu merasa puas dengan karya seninya.
Rendy tak hanya ingin terus berkembang sendiri, tetapi juga berencana untuk mengajarkannya kepada orang lain. "Tentu saja saya berencana membangun komunitas, saya ingin mengajarkan dan berbagi pengetahuan tentang seni ini."
Ia berharap suatu saat dapat memamerkan karyanya di pameran hingga di tingkat nasional. Jika ada kesempatan, ia akan melakukannya dengan senang hati.
Advertisement