Sukses

Bandara Heathrow di London Mulai Uji Coba Sistem Kecerdasan Buatan untuk Kontrol Lalu Lintas Udara

Bandara Heathrow di London memulai uji coba sistem kecerdasan buatan. Teknologi ini, yang dikenal sebagai Amy, diharapkan bisa meningkatkan efisiensi dan keselamatan di salah satu bandara tersibuk di dunia.

Liputan6.com, Jakarta - Bandara Heathrow, yang dikenal sebagai salah satu bandara tersibuk di dunia, kini tengah menguji coba sistem kecerdasan buatan (AI) terbaru untuk membantu pengendalian lalu lintas udara. Sistem ini, yang dinamai Amy, dirancang untuk memberikan dukungan kepada pengendali lalu lintas udara dalam mengelola wilayah udara terpadat di Inggris.

Mengutip dari laman Euro News, Jumat, 29 November 2024, setiap tahunnya, Bandara Heathrow menangani hampir setengah juta penerbangan, dengan rata-rata 90 penerbangan per jam pada siang hari. Operasi yang padat ini menuntut koordinasi yang sangat efisien untuk memastikan keselamatan dan meminimalkan penundaan.

Sebagai upaya untuk meningkatkan efisiensi ini, sistem AI Amy menggabungkan data radar dan video untuk melacak pesawat di seluruh lapangan terbang, menciptakan visualisasi holistik dari posisi pesawat. NATS, organisasi yang bertanggung jawab atas pengendalian lalu lintas udara di Inggris, mengungkapkan bahwa teknologi ini memungkinkan pengendali untuk memantau pesawat bahkan saat tidak terlihat, berkat penggunaan kamera 4K dan radar canggih.

Andy Taylor, Kepala Bagian Solusi di NATS, menjelaskan bahwa sistem ini menggantikan tampilan analog tradisional dengan tampilan digital yang lebih canggih. Hal ini memungkinkan informasi diproses oleh mesin AI.

Sistem ini menyediakan detail penting untuk setiap pesawat, seperti nomor penerbangan, jenis pesawat, dan status penerbangan masuk atau keluar. Dengan menyediakan data waktu nyata, Amy membantu pengendali membuat keputusan yang lebih cepat dan tepat, yang telah diuji pada lebih dari 40.000 penerbangan.

 

2 dari 4 halaman

Menara Kontingensi Digital Beroperasi 2027

NATS juga mengumumkan rencana untuk menyiapkan menara kontingensi digital yang beroperasi penuh pada 2027. Menara ini akan berfungsi sebagai sistem cadangan dalam situasi darurat atau gangguan, tanpa memerlukan pandangan visual ke landasan pacu.

Namun, meskipun potensi manfaatnya besar, para ahli memperingatkan bahwa sistem AI ini memiliki keterbatasan. Colin Rigby, seorang pembaca dan direktur perusahaan di Universitas Keele, menggarisbawahi bahwa AI mungkin belum sepenuhnya mengembangkan pemahaman kontekstual yang diperlukan untuk menangani situasi non-rutin.

Rigby menekankan pentingnya kolaborasi antara AI dan manusia untuk menghasilkan hasil yang optimal. Sementara itu, bandara lain di dunia seperti Singapura, New York, dan Hong Kong sedang mempertimbangkan untuk menerapkan solusi digital serupa, mengindikasikan potensi transformasi global dalam pengelolaan lalu lintas udara.

Dengan demikian, penggunaan AI di Bandara Heathrow ini merupakan langkah awal yang signifikan dalam memanfaatkan teknologi canggih untuk meningkatkan efisiensi dan keselamatan dalam industri penerbangan. Meskipun tantangan tetap ada, integrasi AI dengan operasi manusia diharapkan dapat membawa perubahan positif bagi semua pihak yang terlibat.

 

3 dari 4 halaman

AS Kekurangan Pengatur Lalu Lintas Udara

Sebelumnya sempat diberitakan para eksekutif maskapai penerbangan di Amerika Serikat mengeluhkan kekurangan petugas pengatur lalu lintas udara yang diramalkan bakal terus menyebabkan gangguan perjalanan setidaknya lima tahun ke depan. Sebelumnya, Menteri Transportasi Amerika Serikat, Pete Buttigieg pada awal 2023 sempat mengatakan sistem penerbangan saat ini kekurangan 3.000 orang pengatur lalu lintas udara.

"Diperlukan waktu lima hingga tujuh tahun perekrutan untuk memenuhi kekosongan (posisi petugas pengatur lalu lintas udara) jika semuanya berjalan dengan baik," kata Kepala Airlines for America Nick Calio pada Global Aerospace Summit yang diadakan oleh Kamar Dagang AS di Washington, DC seperti dilansir dari CNN, Rabu, 13 September 2023. 

Ia menyambung, "Apakah kita memerlukan gangguan lebih lanjut selama lima hingga tujuh tahun setiap hari? Saya kira tidak demikian."

Calio yang organisasinya mewakili maskapai penerbangan besar, mengatakan meskipun Administrasi Penerbangan Federal (FAA) mempekerjakan petugas dalam jumlah maksimum melalui akademi sertifikasinya, hal itu tidak bakal cukup cepat memulihkan situasi. Ia mengusulkan supaya kampus yang memiliki program pengatur lalu lintas udara bisa menyelenggarakan kursus sertifikasi, seperti yang dilakukan negara-negara lain.

4 dari 4 halaman

Mencari Solusi

Dia mengatakan maskapai-maskapai besar AS juga akan mendorong Badan Penerbangan Federal (FAA) untuk menurunkan tingkat penerbangan di bandara-bandara besar di wilayah New York. Kota itu menjadi wilayah FAA paling kekurangan staf, terlebih pada musim panas mendatang.    

Pada musim semi, FAA meminta maskapai penerbangan untuk mengurangi penerbangan musim panas sebesar 10 persen di bandara seperti Newark, John F. Kennedy, dan LaGuardia. Bulan lalu, FAA memperpanjang kebijakan tersebut hingga Oktober 2023.

CEO JetBlue Robin Hayes mengatakan bahwa peringatan lebih awal mengenai rencana FAA akan membantu maskapai tersebut mengalihkan sumber dayanya untuk beroperasi di bandara lain. Ia juga mengatakan pengurangan 10 persen mungkin tidak cukup.

Peter Ingram, CEO Hawaiian Airlines, mengatakan teknologi yang lebih baik akan meningkatkan layanan pengontrol lalu lintas udara. Dengan syarat, lembaga tersebut harus "memiliki staf yang sesuai dengan teknologi yang kita miliki saat ini."

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Video Terkini