Liputan6.com, Jakarta - Keanekaragaman hayati berperan penting mendukung industri kecantikan berkelanjutan, terutama sebagai sumber bahan alami seperti tanaman dari hutan Indonesia. Dengan pemanfaatan bertanggung jawab, industri ini dapat menghasilkan produk ramah lingkungan sekaligus mendukung pelestarian ekosistem.
Forest Conservationist dan HAKA Chairperson, Farwiza Farhaan menghubungkan Conscious beauty adalah bagian dari gaya hidup sadar yang semakin populer dalam memilih dan mengolah produk. Kecantikan dan pelestarian hutan disebut memiliki kaitan yang erat.
Baca Juga
"Kekayaan keberagaman hayati hingga ratusan ribu spesies di hutan-hutan Indonesia, ada berbagai spesies tumbuhan, jamur, bakteri, dan virus, yang tidak semuanya berbahaya. Banyak di antaranya bermanfaat bagi kesehatan kita, baik untuk sistem pencernaan maupun untuk menjaga kesehatan kulit,"sebut Wiza dalam jumpa pers di Jakarta pada Jumat, 29 November 2024
Advertisement
"Mikroba yang ada dalam tubuh kita, yang dikenal dengan sebutan mikrobiota, sangat bergantung pada keberagaman hayati yang ada di sekitar kita," tambahnya.
Ia menekankan dengan semakin berkembangnya tren conscious beauty, bahan alami dan berkelanjutan menjadi penting. Langkah tersebut dapat diambil dengan pemilihan produk yang mendukung kelestarian alam sekaligus mendukung industri kecantikan yang lebih ramah lingkungan.
"Salah satu bahan penting dalam industri kecantikan yang berasal dari hutan-hutan Indonesia adalah Ilipe Butter, atau yang dikenal dengan nama tengkawang. Pohon itu hanya ditemukan di Kalimantan, dan tidak ada di tempat lain, pohon ini memiliki nilai harga dan kaya nutrisi," kata Wiza.
Lindungi Diri dan Alam dari Bahan Berbahaya
Wiza menambahkan terdapat pula bahan lainnya, seperti Dragon’s Blood dan Patchouli. Dragon’s Blood, resin (zat padat tanpa bentuk) warna merah dari pohon Daemonorops draco ditemukan di hutan Sumatera, bermanfaat untuk menyembuhkan luka dan digunakan dalam produk kecantikan. Sementara, patchouli, tanaman khas Indonesia, dikenal memiliki sifat anti-mikroba, anti-virus, serta digunakan sebagai bahan dasar parfum alami yang tahan lama.
Menurut Wiza, dengan bahan ramah lingkungan seperti itu, tidak hanya kecantikan yang terjaga, alam pun ikut terlindungi. Baginya, secanggih apa pun teknologi tetap sangat bergantung pada alam dan lingkungan sehat. "Manusia secantik apa pun, sepintar apa pun, dan sebanyak apa pun teknologi yang dimiliki, kita tetap bergantung pada lingkungan," ujarnya.
"Dari dulu, merkuri yang dahulu banyak digunakan dalam produk kecantikan untuk memutihkan kulit. Namun, penggunaan merkuri ternyata punya dampak buruk yang signifikan bagi kesehatan, seperti gangguan pada sistem endokrin dan reproduksi. Kerusakan yang ditimbulkan merkuri pada tubuh berdampak jangka panjang yang sangat sulit untuk diperbaiki," sebut Wiza.
Ia pun menekankan agar setiap orang lebih peduli terhadap bahan-bahan yang terkandung dalam produk kecantikan. Hal ini, menurutnya, memiliki efek yang lebih berat terutama bagi perempuan, karena dampaknya dapat melibatkan perubahan genetik yang bisa dirasakan hingga tiga generasi ke depan.
Advertisement
Pentingnya Berpikir Sebelum Membeli Produk
Praktisi keberlanjutan dan pendiri Lyfe With Less, Cynthia S Lestari, menyampaikan tantangan utama dalam konsumsi di era digital saat ini yaitu kemudahan dalam mengakses informasi dan produk. Semakin mudah kita mengakses suatu produk atau informasi, semakin sedikit perhatian yang kita berikan sebelum melakukannya.
"Kita berpacu dengan melodi, berpacu dengan cepatnya digitalisasi dan tren. Itu tantangan besar kita saat ini. Tantangan itu adalah bagaimana kita sebagai konsumen berusaha untuk menjadi sadar dan bijak dalam berkonsumsi," jelas Cinthia.
"Kita perlu mengubah beberapa pola pikir lama yang sudah sangat umum, seperti 'buy now, try later' atau berpikir dulu sebelum membeli," tambahnya.
Baginya, lebih baik tidak menyesal sama sekali dibandingkan dengan menyesal membeli atau tidak membeli sesuatu. Ia menekankan setiap konsumsi perlu dengan pertimbangan yang matang. Salah satu cara yang dapat dilakukan dengan melakukan riset terlebih dahulu, misalnya memeriksa informasi tentang produk atau membaca deskripsinya.
Edukasi Lingkungan untuk Generasi Muda
Environmental Content Creator, Jerhemy Owen melihat digitalisasi dan peran public figure menjadi kesempatan besar untuk mengedukasi generasi muda mengenai gaya hidup yang lebih peduli terhadap lingkungan dan kesehatan. Menurutnya, topik lingkungan dan keberlanjutan sering kali melibatkan kelompok orang yang sama, sehingga kesulitan untuk menarik generasi yang lebih luas.
“Langkah-langkah yang dapat kita tunjukkan dengan memperkenalkan hal-hal kecil yang bisa dilakukan sehari-hari, seperti membawa tumbler, mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, sampai menghabiskan makanan yang sudah dibeli,” sebut Owen.
"Karena menurut aku sendiri, untuk jadi ramah lingkungan itu susah dan berat, dan nggak mungkin bisa langsung dari nggak ramah lingkungan jadi ramah lingkungan. Jadi, step-by-step itu penting banget," lanjutnya.
Owen juga menekankan pentingnya memperkenalkan topik-topik lingkungan dengan bahasa yang lebih mudah dimengerti dan dekat dengan kehidupan sehari-hari. Dengan cara tersebut, diharapkan semakin banyak orang memahami bahwa langkah-langkah kecil, jika dilakukan secara konsisten, bisa berdampak besar bagi lingkungan.
Advertisement