Liputan6.com, Jakarta - Tim Nasional Kebaya (Timnas Kebaya) Indonesia terus memperjuangkan kebaya sebagai Warisan Budaya Tak Benda ke Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO). Ketua Timnas Kebaya Indonesia Lana T Koentjoro menjelaskan inisiatif tersebut lahir dari semangat komunitas yang kemudian didukung oleh pemerintah melalui surat rekomendasi dari kementerian terkait, secara khusus saat itu Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek).
"Pengajuan ke UNESCO harus berasal dari komunitas, bukan langsung dari pemerintah. Komunitas inilah yang mendorong pemerintah untuk mengambil langkah lebih lanjut," kata Lana saat temu media di kawasan Jakarta Selatan, Sabtu, 30 November 2024, dikutip dari Antara.
Baca Juga
Agenda utama Timnas Kebaya meliputi empat poin penting, yaitu mengajukan penetapan Hari Kebaya Nasional, mendaftarkan kebaya ke UNESCO, melestarikan kebaya sebagai warisan budaya, dan memperkenalkannya ke dunia internasional melalui diplomasi budaya. Usai penetapan Hari Kebaya Nasional, tinggal selangkah lagi menunggu keputusan UNESCO terkait pengakuan kebaya yang akan diumumkan pada hari ini, Senin (2/11/2024), di Paraguay.
Advertisement
Untuk menyosialisasikan kebaya Indonesia, Timnas Kebaya telah menggelar sejumlah kegiatan, seperti Parade Kebaya Nusantara yang di berbagai daerah, termasuk Solo, Kalimantan, sampai Sumatera. Timnas Kebaya juga berkolaborasi dengan desainer muda untuk menciptakan kebaya modern yang menarik minat generasi muda tanpa meninggalkan nilai tradisionalnya.
Salah satu fokus utama Timnas adalah mendokumentasikan perjalanan kebaya melalui literasi dan publikasi. Berbagai buku khusus tentang kebaya disiapkan untuk menjadi referensi penting bagi generasi mendatang.
"Kita ingin gaung kebaya bukan hanya terdengar di dalam negeri, tetapi juga di tingkat internasional. Apresiasi besar kami tujukan kepada seluruh komunitas dan masyarakat yang mendukung gerakan ini," terang Lana.
Kebaya Join Nomination dengan 4 Negara
Â
Dengan langkah-langkah konkret yang sudah diambil, kebaya sebagai simbol budaya Indonesia diharapkan segera mendapatkan pengakuan dunia melalui UNESCO, sekaligus memperkuat posisinya sebagai salah satu warisan kebanggaan bangsa.
Sebelumnya, Indonesia memutuskan mendaftarkan kebaya sebagai Warisan Budaya Tak Benda UNESCO, bersama empat negara lain, yaitu Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam dan Thailand. Indonesia juga mengajukan kebaya labuh dan kebaya kerancang dalam single nomination.
Hal itu dimungkinkan lantaran kebaya labuh dan kebaya kerancang telah bersertifikat Warisan Budaya Tak Benda Indonesia yang dikeluarkan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) sejak 2021. Kini, pengajuan kebaya labuh dan kebaya kerancang ke UNESCO masih menunggu antrean karena masih ada beberapa warisan budaya tak benda lain.
Jika kebaya menunggu pengesahan, rendang baru akan diajukan ke UNESCO. Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon mengungkapkan pentingnya mendaftarkan masakan rendang ke UNESCO tujuannya untuk mendapatkan pengakuan global sebagai warisan budaya dunia.
"Rendang kan termasuk salah satu kuliner kita yang sudah dikenal dunia, bahkan Gordon Ramsay pun datang ke Sumatera Barat untuk belajar rendang," kata Fadli Zon di Jakarta, 25 November 2024.
Advertisement
Pengajuan Rendang ke UNESCO
Fadli mengatakan upaya untuk mendaftarkan rendang ke UNESCO ini memiliki urgensi yang besar untuk memberikan pengakuan global terhadap kekayaan kuliner Indonesia, terutama rendang yang merupakan masakan tradisional dari Minangkabau. Menurut dia, rendang bukan sekadar hidangan lezat, tetapi juga bernilai budaya yang tinggi dan menjadi simbol identitas kuliner Indonesia.
Dengan pendaftaran rendang ke UNESCO, ia berharap masakan ini dapat terlindungi dan dilestarikan, sekaligus memperkenalkan kekayaan kuliner Indonesia ke panggung internasional. Lebih jauh, Menbud Fadli melihat pendaftaran rendang sebagai warisan budaya dunia sebagai langkah strategis untuk mendorong sektor pariwisata dan ekonomi Indonesia.
Peningkatan minat terhadap budaya lokal, termasuk kuliner tradisional, diyakini dapat meningkatkan kunjungan wisatawan dan memperkenalkan produk-produk lokal yang mendukung perekonomian Indonesia. "Pengakuan UNESCO terhadap rendang juga akan memperkuat posisi Indonesia di kancah internasional, sebagai negara dengan warisan budaya yang kaya dan beragam," ucapnya.
Pendaftaran kuliner yang beberapa kali terpilih sebagai makanan terenak di dunia ini diharapkan dapat berdampak positif yang lebih besar, tidak hanya bagi pelestarian budaya, tetapi juga bagi pengembangan sektor-sektor lain yang terkait dengan budaya dan pariwisata Indonesia.
13 Elemen Budaya Indonesia di UNESCO
Meski begitu, Fadli belum memastikan apakah rendang akan didaftarkan khusus kepada UNESCO, atau bersama-sama dengan pengajuan warisan budaya lainnya. Sebelumnya, Indonesia lebih dulu mendaftarkan tiga kebudayaan tradisional, yaitu Reog Ponorogo, kebaya, dan kolintang dari Sulawesi Utara, ke UNESCO pada Desember 2024.
"Program ini berfokus pada konservasi situs warisan budaya, pengakuan UNESCO, dan advokasi internasional. Memang kita ingin meningkatkan pengakuan UNESCO atau registrasi di UNESCO lebih banyak lagi," kata Fadli di Jakarta, Kamis, 7 November 2024.
Menurut Menbud, Indonesia diketahui memiliki kekayaan budaya luar biasa, dengan sekitar dua ribu elemen budaya yang telah diidentifikasi di tingkat nasional sebagai warisan budaya takbenda. Saat ini, Indonesia baru memiliki 13 elemen budaya yang terdaftar di UNESCO sebagai warisan budaya dunia takbenda.
Menurut dia, potensi budaya Indonesia sangat besar dan harus dioptimalkan agar lebih banyak warisan budaya lokal mendapat pengakuan internasional. Selain pengakuan UNESCO, Menteri Fadli menegaskan komitmen pemerintah dalam melestarikan tradisi dan mendorong keterlibatan komunitas lokal dalam konservasi kebudayaan.
Advertisement