Sukses

Tasya Kamila Kaget Putranya Bisa Berhitung di Usia 3 Tahun Berkat Hobi Koleksi Kipas Angin

Putra Tasya Kamila, Arrasya Bachtiar, kini sudah berusia lima tahun dan duduk di TK B. Ia tetap menekuni hobinya mengoleksi kipas.

Liputan6.com, Jakarta - Tasya Kamila punya cara unik mengajari anaknya soal matematika dengan cara menyenangkan. Di hadapan para guru dari berbagai sekolah di Jakarta, ibu dua anak itu mengungkapkan bahwa ia menggunakan hobi sang anak untuk mengenalkan anak soal konsep berhitung secara menyenangkan.

"Bahwa ternyata untuk belajar matematika itu bisa banget dimulai dari usia dini. Dari mulai enggak harus ngafalin simbol-simbol kaya 1, 2, 3, 4, tapi dari logika sehari-hari aja," ujarnya saat menjadi salah satu pembicara di peringatan Hari Guru Nasional di Gedung A Lt. 3 Kompleks Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Selasa, 3 Desember 2024.

Sudah banyak yang familiar bahwa si sulung, Arrasya Bachtiar, sangat hobi mengoleksi kipas angin. Awalnya, ia hanya mengajak Arrasya menghitung kipas angin yang masih muat di sepuluh jari. Makin lama, jumlah kipas angin sudah tak bisa dihitung jari sehingga ia beralih ke metode tally.

Itu adalah metode berhitung dengan membuat garis-garis dan dimiringkan bila genap lima. Lewat cara itu, nalar putranya untuk bisa membedakan konsep sedikit dan banyak diasah. Tak disangka, putranya sudah mulai bisa menghitung dengan konsep matematika dasar.

"Aku cukup kaget juga. Waktu itu, anak aku umur tiga tahun... Waktu itu dia bilang, 'Mama, aku mau kipas angin aku lima, tapi mama baru kasih aku tiga. Aku mau dua lagi.' Wah, bisa menghitung nih anak segitu, padahal umur tiga tahun," celotehnya.

 

2 dari 4 halaman

Memperkenalkan Konsep Finansial

Lewat hobi sang anak, ia juga memperkenalkan konsep finansial yang simpel. Ia menjelaskan bahwa kipas angin yang dimiliki putranya itu bisa diperoleh dengan belanja dan belanja itu memerlukan uang. Ia juga menjelaskan bahwa uang bisa dihasilkan bila seseorang bekerja.

Tasya juga menjelaskan konsep mahal dan murah lewat koleksi kipas anaknya. Perlahan-lahan, anaknya menyadari bahwa tidak semua barang yang diinginkan bisa diperoleh saat itu juga. Belanja untuk kebutuhan hobinya pun perlu dianggarkan agar keuangan keluarga tetap aman.

"Dia tahu misalnya harganya sekian, oh ini kategorinya kipas yang mahal. 'Oke, berarti aku tiga kali kerja, aku nabung dulu, baru bisa beli kipas yang itu'. Jadi sebenarnya, pengaplikasikan matematika di kehidupan sehari-hari, kalau kita bisa menciptakan lingkungan yang menyenangkan untuk belajar, hopefully juga ya nanti di sekolah dia juga bisa mengaplikasikan itu ketika menghadapi pelajaran gitu," tuturnya.

Selain praktik keseharian, Tasya terkadang menggunakan teknologi untuk membantunya mengajari putranya matematika. "Kalau aku sendiri pastinya di-mix ya, karena aku tahu kan screen time-nya juga masih terbatas gitu," imbuhnya. Kini, Arrasya sudah berusia 5 tahun dan duduk di kelas TK B.

3 dari 4 halaman

Ajari Anak Pilah Sampah

Selain disibukkan mengajar matematika, Tasya juga mulai mengajarkan anak-anaknya peduli lingkungan. Terlebih, istri Randi Bachtiar itu berpengalaman sebagai Duta Lingkungan Cilik sejak SMP. "Jadi sampai sekarang masih menjadi Duta Lingkungan salah satunya pengelolaan sampah dan bagaimana kita bijak plastik sejak dini," katanya di Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu, dikutip dari kanal Showbiz Liputan6.com.

Perlahan Tasya memberi pemahaman pada anak pertamanya bahwa tiap manusia menghasilkan sampah. Maka itu, setiap manusia bertanggung jawab mengelola sampah yang dihasilkannya.

Tasya juga mengingatkan, sampah tak bisa dianggap sepele. Membuang sampah pada tempatnya saja masih bisa mencermari lingkungan. Apalagi, jika buang sampah sembarangan. Karenanya, ia mendukung 100 persen program Bijak Plastik Sejak Dini.

Ia menerangkan bahwa menyebut sampah yang tak dipilah akan tercampur lalu mengurangi value saat didaur ulang. Ini akan memantik masalah baru. Kesadaran mengelola sampah harus dimulai sejak dini dari rumah.

"Di rumahku sendiri sampah dipilah. Ada sampah organik dan anorganik. Nanti, sampah anorganik dipilah lagi berdasar jenisnya. Anak saya membantu memilah sampah di rumah. Sampah anorganik seperti botol, plastik, dan kemasan kita pisahkan," jelasnya.

 

4 dari 4 halaman

Buku Saku Bijak Sampah

Ia mengajarkan anaknya tidak menghasilkan banyak sampah. "Kalau makan jangan mubazir, mesti dihabiskan agar tidak menghasilkan sampah," imbuhnya.

Ia pun menyambut hangat buku saku program Bijak Sampah Sejak Dini untuk anak SD.  Dalam kesempatan itu, President Director Mondelez Indonesia, Parveen Dalal, menjelaskan, inisiatif Bijak Plastik Sejak Dini bagian dari komitmen perusahaan terhadap pengendalian sampah plastik, sekaligus wujud nyata kontribusi untuk kelestarian lingkungan Indonesia.

"Bijak Plastik Sejak Dini berfokus pada upaya menumbuhkan kesadaran lingkungan dan menginspirasi anak agar bijak mengelola sampah plastik sejak dini. Semoga ke depan inisiatif ini bisa diperluas, sehingga menjangkau lebih banyak pihak," beri tahu Parveen Dalal.

Inisiatif Bijak Plastik Sejak Dini kini memasuki tahun keempat dengan jadi mitra Gerakan Sekolah Sehat dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI. Tahun ini, pihaknya merilis buku saku dan video animasi edukasi yang didukung tim Indonesia Environmental Scientists Association (IESA). Sekretaris Jenderal IESA, Dr. Lina Trimugi Astuti menyebut, buku ini mengedepankan pentingnya peran keluarga, sekolah, dan masyarakat.

"Materi dikemas dalam bentuk tantangan 30 hari menjadi Bijak Plastik Sejak Dini. Buku saku dan video pengantar ini untuk dua kelompok usia, yakni kelas 1-3 dan 4-6 serta dilengkapi kolom monitoring yang melibatkan partisipasi guru, orangtua, dan masyarakat," ulasnya.

 

Video Terkini