Liputan6.com, Jakarta - Tren ramah lingkungan dan sustainability (berkelanjutan) semakin menjadi perhatian utama di berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam industri perhotelan. Banyak wisatawan saat ini lebih sadar akan dampak lingkungan dari perjalanan mereka dan berusaha untuk memilih hotel yang berkomitmen terhadap praktik ramah lingkungan.
Hotel ramah lingkungan bukan sekadar empat menginap, tetapi juga sebuah cara untuk mendukung keberlanjutan planet ini. Menurut Aryenda Atma, Founder & CEO Pable Indonesia, sebuah perusahaan yang bergerak dalam pengelolaan limbah tekstil yang berpusat di Surabaya, setiap hotel punya kebijakan dan standar terkait hospitality dalam menerapkan pola ramah lingkungan yang belakangan ini makin diminati.
Baca Juga
"Kita sangat menyambut baik hasil dari beberapa lembaga survei yang menunjukkan sebagian besar pengunjung cenderung memilih hotel yang menerapkan pola ramah lingkungan. Ini bisa jadi langkah kecil tapi nyata bagi pengelola maupun tamu hotel untuk ikut mendukung gaya hidup ramah lingkungan," terang Aryenda di sela acara Leaders Summit Artotel Groip di Artotel Mangkuluhur, Jakarta, Kamis, 5 Desember 2024.
Advertisement
Aryenda yang kerap menginap di hotel terutama untuk keperluan pekerjaannya mengatakan salah satu ciri hotel yang menerapkan pola ramah lingkungan adalah menyediakan botol minuman kaca untuk menggantikan botol plastik yang selama ini kerap dijumpai di kamar-kamar hotel.
"Memang belum banyak yang mengganti dengan botol kaca tapi beberapa hotel sudah mulai banyak yang menggunakan botol kaca termasuk di grup Artotel juga. Ini sangat membantu buat mengurangi sampah plastik dan mudah-mudahan diikuti lebih banyak hotel lagi," kata Aryenda.
Lalu, bagaimana kita bisa tahu apakah sebuah hotel menerapkan pola ramah lingkungan atau tidak kalau kita belum pernah menginap di hotel tersebut? Menurut Aryenda, caranya bisa dilihat dari laman resminya yang biasanya memginformasikan apakah mereka menerapkan pola ramah lingkungan dengan berbagai penjelasan dan alasannya.
Bijak Gunakan Air dan Handuk
"Biasanya ada penjelasan soal green hotel di keterangan atau profil hotel yang bersangkutan. Bahkan sekarang sudah cukup banyak hotel yang di situs resminya punya kanal khusus Sustainability yang berarti mereka termasuk hotel ramah lingkungan lengkap dengan penjelasannya," jelasnya.
Ciri lainnya adalah pihak hotel biasanya memasang tulisan himbauan di tiap kamar agar para tamu menggunakan air dengan bijak. Hemat air memang sangat dianjurkan buat yang menerapkan gaya hidup berkelanjutan.
Selain inisiatif dari pihak hotel, kita sebagai tamu juga bisa berinisiatif menerapkan gaya hidup ramah lingkungan. Contohnya dengan meminta agar pihak hotel tidak perlu mengganti handuk karena biasanya mereka mengganti handuk setiap hari terutana bagi tamu yang menginap lebih dari sehari.
"Kita tahu untuk mencuci satu handuk itu butuh banyak air kan. Jadi saya selalu kasih notes bahwa handuk saya jangan diganti.Saya tidak masalah handuk itu dipakai dua sampai tiga hari asalkan memang cuma kita sendiri yang pakai. Kalau basah ya tinggal dijemur aja kan," tuturnya.
Dia juga mengajak para tamu hotel untuk mulai dari langkah kecil lebih dulu, jika memang belum sampai di tahap melakukan daur ulang. Misalnya, jika hotel tempat kita menginap menyediakan minuman dalam botol plastik disarankan untuk tidak membukanya. Kita bisa membawa botol atau tumbler sendiri dan mengambil air mineral yang biasanya tersedia di lobi hotel.
Advertisement
Seprei dan Selimut
"Saya selalu melakukan kebiasaan itu kalau kebetulan menginap di hotel yang menyediakan botol plastik di dalam kamar. Jadi saya ambil air pakai tumbler di lobi atau di restoran hotel. Ya memang agak repot tapi saya sudah terbiasa melakukan itu,” ujarnya.
"Hal-hal seperti itu memang cuma langkah kecil tapi dampaknya akan sangat besar buat lingkungan dan bumi kita kalau banyak yang melakukannya secara konsisten," sambungnya.
Ciri khas lainnya dari hotel ramah lingkungan tapi munngkin sulit diketahui para tamu adalah tidak mengganti seprei maupun selimutl dalam waktu cepat karena dianggap sudah tidak memenuhi standar. Hotel yang ramah lingkungan, menurut Aryenda, memilih menggunakan bahan sprei yang lebih tahan lama meski secara harga sedikit lebih mahal tapi biasanya lebih awet pemakaiannya.
Aryenda mengakui pengelolaan sampah tekstil atau sampah di sektor hospitality seperti seprei masih sangat jarang dilakukan dan infrastrukturnya yang belum memadai. Sejauh ini yang sudah banyak dilakukan adalah pengelolaan sampah makanan dan plastik.
"Kebijakan untuk sampah plastik dan makanan sudah ada ya dan mendapat insentif juga. Nah, kalau di sektor tekstil ini kami masih menunggu arahannya nanti dari pemerintah seperti apa," ujarnya.
Sampah Tekstil
Beberapa waktu lalu, Aryenda Atma mengungkapkan bahwa peningkatan kesadaran masyarakat terkait produk tekstil yang menghasilkan sisa (residu) ketika didaur ulang adalah tantangan yang dihadapi program penukaran limbah (drop box) pakaian bekas bagi pemangku ekonomi berkelanjutan.
Atma dalam Forum Diskusi Denpasar 12, pada 17 Juli 2024, mengatakan tantangan itu didapat berdasarkan pengalamannya sejak mengaplikasikan "drop box" pada berbagai kota di Indonesia seperti Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, dan Malang dari September 2022 hingga April 2024.
"Masyarakat kita itu memang betul tidak pernah membaca, walaupun sudah kami tampilkan jenis-jenis pakaian yang bisa diterima dan yang tidak, hasilnya tetap kami dapatkan di drop box itu ada residu seperti kotak pensil, tas sekolah, sajadah, mukena, bahkan bantal dan variatif pakaian seperti baju dengan payet, baju dengan aksesoris metal," katanya, dilansir dari Antara.
Aryenda mengatakan besaran residu bahkan mencapai 7 persen dari total pakaian bekas yang telah dikumpulkan. Jika diambil parameternya pengolahan sekitar 10 ton pakaian bekas dalam durasi dua tahun, artinya residu yang tidak bisa dikelola lagi (karena sulit mendaur ulangnya) mencapai 700 kilogram. Dalam forum diskusi tersebut, disimpulkan bahwa "pekerjaan-pekerjaan di sektor lingkungan" (green jobs) menjadi layak diperjuangkan.
Advertisement