Sukses

Maskapai Kanada Kenakan Biaya untuk Bawaan yang Masuk Bagasi Kabin Pesawat

Beberapa maskapai akan mengenakan biaya tambahan untuk bagasi kabin dan fasilitas baru pada 2025. Termasuk biaya tas jinjing lebih besar, perubahan penggunaan miles, perbaikan interior kabin hingga fasilitas lounge eksklusif.

Liputan6.com, Jakarta - Beberapa maskapai melaporkan akan memberlakukan biaya untuk bagasi kabin yang masuk pesawat. Konsekuensinya, para penumpang diminta untuk menyiapkan biaya tambahan.

Dikutip dari NY Post pada Selasa, 10 Desember 2024, mulai Januari 2025, maskapai Air Canada akan menerapkan biaya ekstra untuk tas jinjing yang dibawa penumpang. Pelancong kelas ekonomi yang membawa bagasi jinjing lebih besar dari tas tangan atau ransel kecil akan bertanggung jawab membayar biaya tambahan. Biaya tersebut berlaku untuk penerbangan di wilayah Amerika, menurut Miami Herald.

Saat check-in, penumpang dikenakan biaya USD25 (setara dengan Rp397.000) untuk bagasi jinjing pertama mencakup tas apa pun dengan roda serta ransel besar yang sering digunakan di luar negeri. Mereka juga akan memberlakukan biaya tambahan USD36 (Rp 572.000) untuk bagasi kabin kedua. Sementara, mereka yang tidak mendaftarkan bagasi terdaftarnya saat check-in sebelum tiba di bandara akan dikenakan biaya tambahan sebesar USD46 (setara dengan Rp730.000) di bandara.

Maskapai ini juga akan membebankan biaya untuk penumpang kelas ekonomi dasar yang mengubah kursi yang telah ditetapkan secara otomatis sebelumnya saat check-in mulai 1 Januari 2025. Namun, besaran biayanya saat ini masih belum jelas.

Sementara, American Airlines memperbarui kebijakan mereka untuk anggota AAdvantage mulai 2025. Berharap bisa mempertahankan pelanggan setia mereka, CEO American Airlines Robert Isom mengungkapkan perubahan kebijakan itu berdasarkan hasil laporan pendapatan. Pengumuman yang direncanakan diumumkan pada Januari 2025, disampaikan lebih awal, menurut View From The Wing.

 

2 dari 4 halaman

Atasi Frustasi Penumpang Loyal

Demi mengatasi rasa frustrasi pelanggan yang tidak dapat menggunakan miles mereka untuk upgrade, Wakil Presiden Rekayasa Pendapatan American Airlines, Marcial Lapp menyampaikan bahwa mereka akan mengatasi masalah itu dengan memperlakukan miles seperti uang tunai. Hal ini memungkinkan pelanggan membeli upgrade dengan miles sebagaimana mereka akan mendapatkan layanan itu dengan harga lebih rendah.

"Kami akan meluncurkan penawaran peningkatan dengan miles Q1 tahun 2025. Jadi, hal itu akan terjadi dalam waktu dekat. Dan satu lagi manfaat besar dari miles Anda, jadi bagi pelanggan yang memiliki miles tersebut dan ingin menggunakannya, mereka akan dapat melakukannya. Jadi, lebih banyak kegunaan produk yang lebih baik," katanya, menurut View From The Wing.

Juru bicara American Airlines menyatakan ke situs tersebut, "Kami selalu mencari cara untuk memberikan kepastian lebih kepada pelanggan mengenai upgrade mereka, termasuk opsi untuk upgrade instan menggunakan miles sebagai bentuk pembayaran, yang ingin kami tawarkan pada awal tahun 2025."

3 dari 4 halaman

Delta Air Lines Perbarui Interior, Frontier Airlines Tawarkan Tempat Duduk Kelas Satu Bergaya

Sementara, Delta Air Lines memperbaui desain interior kabinnya mulai 2025. Desain lebih modern di Airbus A350 berbadan lebar di awal tahun baru akan menampilkan bahan tempat duduk yang segar, pencahayaan ditingkatkan, palet warna diperbarui, dan motif dekoratif baru serta merek khas, menurut Delta.

Perombakan berfokus pada estetika dan finishing, yang mencakup pelapisan kain pada kursi, pembaruan karpet dan lantai, serta penggantian penutup sekat pesawat dan interior toilet. Namun, tata letak kabin dan kursi fisik akan tetap sama.

Delta mengatakan transformasi tersebut termasuk bantalan busa memori pada jet berbadan lebar, bahan yang dapat menyerap keringat, dan pencahayaan untuk meningkatkan relaksasi. Perusahaan berdasarkan masukan dan penelitian dari pelanggan dan karyawan.

Frontier Airlines juga mengumumkan bahwa mereka akan mulai menawarkan tempat duduk bergaya kelas satu. Hal itu upaya menarik penumpang yang bersedia mengeluarkan uang lebih banyak, serta meningkatkan manfaat frequent flyer.

Maskapai bujet itu berharap dapat menawarkan tempat duduk kelas satu di semua penerbangan pada akhir 2025, kata CEO Frontier Barry Biffle. Namun, hal itu masih memerlukan persetujuan dari regulator. "Ada sejumlah pelanggan kami yang bersedia membayar lebih untuk kenyamanan," kata Biffle kepada Reuters. "Mereka adalah pelanggan kelas atas yang menginginkan kursi kelas satu."

4 dari 4 halaman

JetBlue Siapkan Lounge Eksklusif di New York, Spirit Airlines Hadapi Restrukturisasi Besar

Selanjutnya, JetBlue akan membuka ruang tunggu bandara pertamanya pada 2025, berlokasi di hub utamanya di New York dan Boston. Lounge "eksklusif" akan dimulai dengan lounge seluas 8.000 kaki persegi (setara dengan 743 meter persegi) di Bandara Internasional John F. Kennedy pada akhir 2025. Mereka juga membuka fasilitas seluas 11.000 kaki persegi (1.022 meter persegi) di Bandara Internasional Boston Logan.

Fasilitas akan terbuka bagi pemegang kartu kredit JetBlue, terdiri dari pelanggan kelas Mint pada penerbangan transatlantik, serta beberapa frequent flyer kelas atas lainnya. Pelanggan yang memenuhi syarat mungkin dapat membeli tiket masuk harian, tergantung pada ketersediaan ruang, dan semua pelanggan akan berkesempatan membeli tiket masuk tahunan. Namun, mereka tidak merinci harga tiket masuk tersebut.

Lounge akan memiliki bar koktail dan espresso, makanan dan minuman gratis, ruang untuk bekerja dengan stasiun pengisian daya, dan pelanggan setia tingkat tertinggi dapat membawa satu tamu gratis ke lounge.

Tapi, nasib buruk menimpa Spirit Airlines yang mengajukan kebangkrutan bulan lalu. Dalam surat terbuka kepada para penumpang, CEO Ted Christie mengklarifikasi bahwa pelanggan "dapat terus memesan dan terbang" dengan Spirit saat pesawat tersebut mengalami perubahan struktural.

Maskapai ini berencana menjalankan jadwalnya sesuai rencana. Namun, jadwalnya juga akan menyusut secara signifikan sebagai bagian dari restrukturisasi. Conor Cunningham, analis maskapai penerbangan di Melius Research, menulis dalam laporan yang dibagikan kepada Travel + Leisure bahwa Spirit diperkirakan akan mengurangi jadwalnya sebesar 30-35 persen lagi tahun depan.