Sukses

Kakek Palestina yang Pernah Viral karena Cucunya Terbunuh, Tewas dalam Serangan Israel di Gaza

Kakek bernama Khaled Nabhan pernah menjadi berita utama media internasional saat memeluk tubuh cucunya yang tak bernyawa di Gaza Palestina.

Liputan6.com, Jakarta - Kabar duka tak henti-hentinya datang dari Palestina. Yang terbaru, seorang kakek di Palestina, yang berduka atas kematian cucunya yang berusia tiga tahun dalam serangan udara Israel tahun lalu, kehilangan nyawanya dalam serangan lain di Gaza tengah pada Senin 16 Desember 2024.

Pria bernama Khaled Nabhan itu menarik perhatian internasional atas deskripsinya yang memilukan tentang cucunya, Reem, dengan menyebutnya sebagai "jiwa dari jiwaku Pada November 20203, Reem, dan saudara laki-lakinya yang berusia lima tahun, Tariq, tewas dalam serangan di kamp pengungsi Nuseirat di Gaza tengah.

"Aku biasanya mencium pipinya, hidungnya dan kemudian ia akan tertawa," kenang Khaled pada CNN di tahun lalu. Menurut CNN, Senin, 16 November 2-24, Khaled Nabhan terbunuh pada Senin dalam serangan Israel di kamp Nuseirat

Pengalamannya menjadi simbol atas kehilangan yang dialami warga Palestina di Gaza dan ketangguhan yang terus mereka tunjukkan. Gambaran Nabhan menjadi berita utama media internasional saat memeluk tubuh cucunya yang tak bernyawa. Ia mengucapkan selamat tinggal kepada sang cucu sambil mencium matanya dan membelai rambut dan wajahnya, menyebutnya sebagai "jiwa dari jiwaku".

Kisahnya yang menyayat hati menjadi viral di seluruh dunia dan mendominasi media dunia sebagai salah satu dari banyak nyawa tak berdosa yang hilang dalam genosida Israel di wilayah kantong Palestina.

"Reem, dia sayangku. Hatiku hancur. Aku tidur dan bangun dan mataku berlinang air mata. Kami tinggal di rumah yang sama dengan Reem,” kata Khaled.

 

2 dari 4 halaman

Kegiatan Amal Khaled di Gaza

"Aku biasa bermain-main dengannya setiap hari. Aku tidak akan begitu saja panggil dia 'sayang'. Aku akan memanggilnya 'hatiku, kedua mataku'. Saya sangat merindukannya," tambahnya saat itu.

Setelah cucu-cucunya meninggal, Nabhan beralih ke kegiatan amal dan bantuan untuk membantu warga Gaza yang tidak berdaya yang berjuang untuk hidup di bawah serangan Israel.

Ia mengajukan permohonan kepada otoritas Mesir agar mengizinkan anak-anak masuk ke negara itu untuk mendapatkan perawatan medis. Ia ikut mendistribusikan makanan di Gaza untuk warga Palestina yang berada di ambang kelaparan di wilayah yang diblokade tersebut.

Pada Juni lalu, Nabhan, yang dikenal sebagai Abu Diaa, muncul dalam sebuah video saat memberi makan kucing liar di daerah kantong tersebut. Peristiwa tewassnya Nabhan terjadi setelah serangan Israel merenggut sedikitnya 54 warga Palestina di Gaza pada hari Minggu, 15 Desember 2024, menurut laporan pejabat kesehatan.

Beberapa hari lalu, seorang dokter yang diyakini sebagai satu-satunya ahli bedah tulang yang tersisa di Gaza Utara tewas akibat tembakan tank Israel. Sayeed Joudeh menjemput ajal pada Kamis , 12 Desemnber 2024, ketika dalam perjalanan ke tempat kerjanya.

3 dari 4 halaman

Ahli Bedah Tulang Tewas di Gaza

Joudeh adalah seorang ahli bedah di Rumah Sakit Kamal Adwan dan al-Awda di Gaza Utara. Militer Israel mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui kejadian tersebut, namun sedang melakukan penyelidikan.

Joudeh, sebenarnya sudah pensiun, namun dia kembali bertugas untuk membantu semasa perang. Bulan lalu, saat konferensi pers di Rumah Sakit Kamal Adwan, dia mengangkat sebuah papan bertuliskan "Save US" (Selamatkan Kami).

"Di jalan menuju Rumah Sakit al-Awda untuk memeriksa pasien, salah satu tank menembak langsung ke arahnya," kata Direktur Rumah Sakit Kamal Adwan Hussam Abu Safiya seperti dilansir BBC, Sabtu, 14 Desember 2024, mengutip kanal Global Liputan6.com. "Dia tewas di tempat."

Namun, beberapa saksi mata mengatakan bahwa Joudeh ditembak oleh sebuah drone.Israel tidak memberikan akses bebas kepada jurnalis asing di Jalur Gaza. Merespons kematian Joudeh, Louise Wateridge dari Badan Bantuan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) menuturkan, "Ini sangat menghancurkan bagi keluarganya... bagi orang-orang di (Gaza) utara yang bergantung pada sangat sedikit dokter."

4 dari 4 halaman

Serangan Israel di Gaza Utara

"Rumah sakit di Jalur Gaza bukan lagi rumah sakit," kata Wateridge. "Tidak ada sanitasi. Hampir tidak ada dokter. Tidak ada peralatan medis. Pasien meninggal begitu saja."Wateridge menggambarkan situasi kemanusiaan di Jalur Gaza sebagai apokaliptik.

Selama lebih dari dua bulan terakhir, sebagian besar Gaza Utara telah dikepung dan dibombardir oleh Israel. Israel mengatakan mereka menargetkan anggota Hamas yang sedang berkumpul di sana.

Pada 7 Oktober 2023, Hamas melancarkan serangan ke Israel selatan yang diklaim Israel menewaskan 1.200 orang dan menyandera 251 orang. Sebagai pembalasan, Israel melancarkan operasi besar-besaran ke Jalur Gaza dengan tujuan menghilangkan Hamas, namun faktanya membunuh puluhan ribu warga sipil.

Hingga saat ini, menurut otoritas kesehatan Jalur Gaza, setidaknya 44.875 orang telah tewas dan lebih dari 100.000 terluka - sebagian besar adalah warga sipil. PBB menganggap angka-angka tersebut dapat dipercaya.

Terkait perkembangan lainnya, setidaknya 30 orang tewas dan 50 lainnya terluka dalam serangan Israel terhadap sebuah kantor pos yang diubah menjadi tempat penampungan orang yang mengungsi di Gaza tengah pada Kamis malam. Demikian penuturan staf medis setempat.

 

Video Terkini