Liputan6.com, Jakarta - Baru-baru ini publik dikejutkan dengan kabar meninggalnya Molly, gajah yang sering menghibur pengunjung di Bali Zoo. Molly mati setelah hanyut oleh arus sungai akibat hujan deras.
Disebutkan, proses pencarian gajah Molly melibatkan BKSDA Bali dan masyarakat setempat. Gajah Sumatra berjenis kelamin wanita berusia 45 tahun itu kembali ke rumahnya di Bali Zoo dan beristirahat untuk selama-lamanya.Â
Baca Juga
"Usai pencarian yang melelahkan selama 15 jam, Molly akhirnya ditemukan tak bernyawa pagi ini di Sungai Cengceng, Sukawati, Gianyar," ungkap akun resmi Instagram Bali Zoo @balizoo pada 18 Desember 2024.Â
Advertisement
Pesan perpisahan pun ditulis oleh pihak Bali Zoo untuk mengenangnya. "Molly lebih dari sekadar gajah di Kebun Binatang Bali, ia adalah anggota keluarga kami yang sangat kami sayangi, yang disayangi oleh semua orang yang mengenalnya," tulis Bali Zoo.
Diketahui Molly tiba di Bali Zoo pada 2013 dari BKSDA Jawa Tengah dan dengan cepat merebut hati semua orang yang ditemuinya. Sifatnya yang lembut, semangatnya yang suka bermain, dan kecintaannya pada air membawa kegembiraan yang tak berujung dan menciptakan kenangan yang tak terlupakan.
Momen-momen terindah Molly dihabiskan dengan bermain air, sumber kebahagiaan yang murni baginya. Tragisnya, air yang sama yang ia kagumi itulah yang menjadi sarana kami untuk mengucapkan selamat tinggal.
"Kepergiannya meninggalkan kekosongan yang mendalam di hati kami, tetapi curahan cinta dan dukungan dari mereka yang menghargainya mengingatkan kami akan kegembiraan dan momen-momen tak terlupakan yang ia berikan kepada kami. Beristirahatlah dengan tenang, Molly tersayang. Kamu akan selalu dicintai, dikenang, dan sangat dirindukan," pesan terakhir dari Bali Zoo.
Kronologi Meninggalnya Gajah Molly
Gajah Molly hanyut dan ditemukan mati pada Selasa pagi, 17 Desember 2024. Hewan itu ditemukan mati di Sungai Cengcengan, Desa Guwang, Kecamatan Sukawati Gianyar, Bali, lebih dari tiga kilometer dari lokasi awalnya.
Ia sedang dipandu mahout alias pawang gajah untuk kembali ke holding area setelah menyelesaikan kegiatan sosialisasi rutin pada Senin, 16Â Desember 2024, pukul 15.30 WITA. Aktivitas tersebut merupakan bagian dari perawatan harian Bali Zoo.
Di waktu tersebut, gajah diberi waktu bermain, menjelajahi lingkungan, serta mendapat stimulasi mental dan fisik untuk menjaga kesejahteraan mereka. Rute perjalanan menuju holding area melewati sungai yang biasanya memiliki arus tenang.
Namun kemarin, hujan deras menyebabkan debit air sungai meningkat secara tiba-tiba dan menciptakan arus yang sangat deras. Di situasi ini, Molly kehilangan keseimbangan dan terseret arus.
Setelahnya, tim Bali Zoo bergerak cepat melakukan pencarian intensif dengan berkoordinasi bersama Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali dan BPBD Gianyar, serta melibatkan masyarakat lokal. Pencarian dilakukan dengan menyusuri aliran sungai dan area sekitarnya secara manual Selasa pagi sekitar pukul 06.30 WITA.
Advertisement
Gajah Mati di Taman Nasional Way Kambas
Sementara itu, sepanjang tahun 2024, empat gajah ditemukan mati di kawasan Taman Nasional Way Kambas (TNWK), Lampung Timur, Lampung. Kasus kematian ini melibatkan tiga gajah liar dan satu gajah binaan dari Pusat Latihan Gajah (PLG).
Humas Balai TNWK, Sukatmoko, mengatakan bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan, kematian empat gajah itu disebabkan berbagai penyakit. "Tiga gajah yang ditemukan mati merupakan gajah liar. Sementara, satu gajah bernama Rubado merupakan gajah jinak. Sudah ada hasil pemeriksaan laboratorium dari Balai Veteriner Bandar Lampung," kata Sukat, Jumat, 6 Desember 2024, lapor kanal Regional Liputan6.com.
Gajah betina bernama Bunga, penghuni Pusat Latihan Gajah, mati pada 29 Agustus 2024. Menurut pemeriksaan laboratorium patologi BVET Bandar Lampung, Bunga didiagnosis mengalami suspect hepatitis dan fibroma (tumor jaringan ikat).
Secara makroskopis, ditemukan penumpukan cairan di perut, yang mengindikasikan gangguan pada hati (pra-hepatik, hepatik, atau post-hepatik). Organ hati Bunga menunjukkan adanya pigmen empedu dalam sitoplasma hepatosit.
Rentetan Kejadian Gajah Mati
Kemudian, seekor gajah liar ditemukan mati pada 31 Agustus 2024 di Resort Susukan Baru, Seksi PTN Wilayah I Way Kanan. Jenis kelamin tidak dapat diidentifikasi karena kondisi tubuh yang sudah membusuk selama 2–3 minggu.
Berdasarkan struktur gigi dan kerangka, diperkirakan gajah tersebut berusia 10–15 tahun, karena jaringan tubuh rusak parah. Namun, penyebab kematian tidak bisa diidentifikasi.
Ketiga, ada seekor gajah betina liar ditemukan mati pada 6 Oktober 2024 di Resort Toto Projo, Seksi PTN Wilayah II Bungur. Hasil pemeriksaan histopatologi menunjukkan autolisis (kerusakan jaringan akibat enzim internal) hampir di seluruh organ.Â
Organ yang terdampak meliputi liver, lambung, jantung, usus halus, paru-paru, dan limpa. Meski demikian, ditemukan proliferasi jaringan ikat pada limpa dan infiltrasi sel radang pada paru-paru gajah tersebut.
Terakhir, ada anak gajah jantan bernama Rubado yang ditemukan mati pada 1 Desember 2024 di Elephant Response Unit (ERU) Braja Harjosari. Hasil nekropsi menunjukkan pendarahan di anus dan kemerahan pada konjungtiva.
Kemudian, ada krepitasi pada paru-paru, disertai warna kehitaman. Juga, terdapat cairan kemerahan pada abdomen. Dugaan kematian karena shock hipovolemik akibat kecacingan (Paramphistomum dan Hookworm). Setelah kematian diperkirakan 3–5 jam sebelum ditemukan.
Advertisement