Liputan6.com, Jakarta - Berbicara tentang rangkaian agenda kontes kecantikan, daftarnya tidak akan genap tanpa kompetisi kostum nasional. Sesi ini biasanya terlihat lebih festive dengan desain-desain busana tidak biasa dan sarat makna. Bagaimana sebenarnya proses pembuatan di baliknya?
Menurut Annisa Febby, salah satu desainer langganan pembuat kostum nasional, busana tersebut adalah salah satu cara mempresentasikan dan mengenalkan identitas bangsa, budaya, serta ciri khas sebuah negara pada dunia internasional melalui kostum. "(Ini) baik berupa kostum asli maupun yang sudah dimodifikasi jadi lebih modern," kata dia melalui pesan teks pada Lifestyle Liputan6.com, Rabu, 18 Desember 2024.
Baca Juga
Melati Tedja Bawa Kostum Nasional Sang Pembatik ke Miss Charm 2024, Dirancang Jebolan Jember Fashion Carnival
Kostum Nasional Miss Universe Indonesia Clara Shafira Krebs Bertema Malaikat Pelindung Nusantara, Desainnya bak Ksatria Saint Seiya
Kostum Nasional Sophie Kirana Bertema Ratu Karo di Ajang Miss International 2024 Dikritik Warganet, Apa Alasannya?
Sementara itu, perancang mode Inggi Kendran memaknai kostum nasional sebagai "salah satu panggung utamanya setiap tahun." "Saya yakin, hal ini juga dilakukan desainer-desainer lain yang berkecimpung di dunia perkostuman dan kontes kecantikan," ujar dia lewat pesan suara, Sabtu, 21 Desember 2024.
Advertisement
Desainer asal Bali itu menyambung, "Desain kostum nasional adalah salah satu jalan cepat mem-branding diri sambil berkontribusi pada negara dan daerah yang saya angkat melalui judul kostum nasional. Saya harap, banyak desainer indonesia lebih berbangga hati menampilkan karya mereka di panggung-panggug internasional."
Terkait proses pembuatan national costume, Inggi menyebut bahwa itu kembali pada apa yang ingin disampaikan. "Sepengalaman saya," tuturnya. "Di jejak pertama saya, saya lebih fokus mengangkat provinsi asal saya, yaitu Bali, sebagai inspirasi kostum nasional."
Proses Pembuatan Kostum Nasional
Inggi bercerita bahwa ia merasa lebih leluasa mengeksporasi budaya daerahnya sendiri. Namun seiring waktu, ketika kostumnya jadi representasi wakil Indonesia di ajang internasional, ia harus mengangkat budaya daerah lain. "Dari sana, saya brainstorming lagi, riset lagi untuk menemukan budaya lokal yang bisa dimanifestasikan dalam busana."
Dalam proses ini, ia mengaku jadi tidak sengaja belajar banyak budaya-budaya Indonesia dan bagaimana menerjemahkannya dalam desain busana. Tahap ini disebut sebagai tantangan, sekaligus kebanggaan tersendiri baginya.
Di sisi lain, Annisa bercerita bahwa proses pembuatan kostum nasional rancangannya dimulai dengan riset tema yang diinginkan pelanggan, baik dari buku, internet, atau narasumber yang memahami secara mendalam tentang tema itu. Ia kemudian menggambar beberapa alternatif ide desain.
"Desain dipilih satu oleh klien, dan setelahnya, saya membeli bahan-bahan, seperti kain, permata, dan aksesori lain yang dibutuhkan," bebernya. Proses pembuatan kostum nasional, ia menyambung, biasanya memakan waktu 1--3 minggu, tergantung kerumitannya.
"Setelahnya, saya akan kirim foto hasil kostum sebelum akhirnya dikirim ke klien," imbuhnya. Ketika ditanya apakah ia lebih dulu merencanakan desain atau storytelling, Annisa menjawab, dua-duanya berjalan bersamaan. "Kadang ada yang desain dulu, ada juga yang storytelling dulu," kata perancang mode berbasis di Banyuwangi, Jawa Timur tersebut.
Pertanyaan yang sama dijawab Inggi, menyebut, "Biasanya saya memulainya dengan daerah atau budaya apa yang ingin saya angkat. Storytelling bisa belakangan, karena saya merasa mudah menciptakan sebuah karya bila berfokus dulu pada visual yang ingin dimunculkan."
Advertisement
Rancangan Kostum Nasional Paling Berkesan
"Dari situ," Inggi melanjutkan. "Barulah saya selipkan makna-makna tersirat yang jadi filosofi dari sebuah budaya yang saya angkat. Secara tidak langsung, itu akan ketemu benang merahnya, karena dalam pembuatan kostum nasional, butuh faktor X untuk membuatnya jadi ikonis, butuh element of surprise yang harus dipikirkan secara mendalam."
Inggi pun mengungkap desain kostum nasional yang paling berkesan. Ia memilih "The Endless Stream of Saraswati Goddess" yang dikenakan Puteri Indonesia Pariwisata, Ketut Permata Juliastrid, ke Miss Cosmo 2024. "Alasannya, kostum ini saya putuskan sesuai keinginan saya, sesuai karakter si pemakai," kata dia.
Inggi menyambung, "Ini berhubungan dengan keyakinan saya dan Tata, sesama orang Bali. Kostum ini juga jadi berkesan, karena dibuat dengan singkat. Kami puas dengan hasilnya, prosesnya penuh perjuangan, di tengah kesibukan yang lain. Saya rasa, ini adalah karya yang membuat saya bahagia tahun ini."
Sementara itu, Annisa berbagi, "Masing-masing kostum memiliki kesan dan pengalaman tersendiri. Misalnya, kostum 'Mbok Jamu and The Ancient secret Potion' yang dipakai Kevin Lilliana di Miss International 2017 di Jepang, itu pertama kalinya saya diamanahi Yayasan Puteri Indonesia."
"Lalu, kostum 'The Royal Flavors of Payakumbuah' yang diboyong Nova Liana ke Miss Grand International 2024 di Thailand, itu pertama kalinya saya diamanahi Yayasan Dunia Mega Bintang di bawah kepemimpinan Kak Ivan Gunawan," imbuhnya.
Ke depan, Annisa menyebut bahwa ia masih punya banyak sekali ide dalam pembuatan kostum nasional. Secara khusus, ia bakal mengeksplorasi banyak bahan dan teknik baru untuk diaplikasikan dengan tema yang cocok.
Eksplorasi Ide Kostum Nasional
Sementara itu, Inggi bercita-cita mengangkat gaya busana di masa kerajaan, khususnya kerajaan Hindu Buddha, di Indonesia. Menurut dia, gaya busana yang dimiliki di zaman itu agak jarang dan langka ditemukan di era sekarang.
"Saya sempat beberapa kali mencoba membuat busana yang terinspirasi bentuk arca dan relief yang kita punya, tapi ternyata banyak orang yang mengira itu kostum Thailand. Dari sana saya paham, banyak orang kita yang sudah melupakan gaya busana nenek moyang kita di zaman kerajaaan," bebernya.
Ia menyebut bahwa rekonstruksi busana dari era itu akan memantik keingintahuan publik tentang kesinambungan antara gaya busana Indonesia dengan negara-negara lain. Terkait tren, Inggi mengatakan bahwa ketika ia mulai berkecimpung di bidang ini pada 2014, kostum nasional kebanyakan besar dan grande.
"Seiring waktu, jadi diminimaliskan, lebih kecil, tapi memiliki detail yang rumit. Bergeser lagi ke tahun-tahun berikutnya, busananya tetap meminimalis, tapi makin detail dan mengedepankan filososi dan atraksi," ungkapnya. "Sekarang sebenarnya mulai ada lagi yang national custome-nya grande, tapi yang minimalis berdetail rumit juga tetap banyak."
Sebagai penutup, Annisa menuturkan bahwa kostum nasional tidak sekadar jadi medium kompetisi kreativitas, tapi juga ajang mengenalkan ciri khas sebuah negara. "Setiap kostum nasional pasti memiliki makna dan pesan tertentu, seperti pengenalan budaya, misi perdamaian, pemberdayaan, maupun wisata setempat," tandasnya.
Advertisement