Liputan6.com, Jakarta - Tradisi tahunan naik gunung di pagi Natal di Camlough, Irlandia telah digambarkan sebagai kesempatan untuk menunjukkan solidaritas pada rakyat Palestina. Anggota Dewan Sinn Féin Declan Murphy telah menyebar undangan publik untuk ikut serta dalam pendakian tersebut, yang sekaligus akan mengumpulkan donasi bagi masyarakat Gaza.
Melansir Armaghi, Selasa, 24 Desember 2024, para pendaki meninggalkan desa tersebut pada Rabu (25/12/2024) pukul 9 pagi. Murphy berkata, "Kita tidak boleh berhenti berbicara tentang Palestina. Serangan Israel di Gaza telah menewaskan hampir 45 ribu warga Palestina dan melukai lebih dari 106 ribu orang, sementara lebih dari 10 ribu orang dilaporkan hilang dan kemungkinan terkubur di bawah reruntuhan."
Baca Juga
"Sekitar 80 persen wilayah Gaza masih berada di bawah perintah pemindahan paksa oleh pasukan Israel, dengan 1,9 juta orang, atau 90 persen dari total populasi, telah mengungsi secara internal beberapa kali selama tahun lalu," imbuhnya.Â
Advertisement
Ia menyambung, "Hari Natal sayangnya tidak akan menjadi hari yang menyenangkan bagi warga Gaza, tapi akan jadi hari lain yang dipenuhi pengeboman, kematian, cedera, dan ketakutan oleh Israel."
"Kami akan mendaki Gunung Camlough (Sliabh gCuircin) pada pagi Natal sambil membawa serta rakyat Palestina dalam hati kami dan sebagai bentuk solidaritas dengan mereka. Genosida yang sedang berlangsung di Gaza oleh Israel harus segera dihentikan," tegasnya.
Saat para pendaki kembali ke desa, Café Mon Abri di jalan utama akan dibuka untuk menawarkan makanan ringan gratis. Ini bukan satu-satunya cara publik dunia menyatakan dukungan pada warga Palestina di momen Natal 2024.
Lirik Lagu Natal Diubah
Baru-baru ini, ada konten viral di dunia maya yang memperdengarkan lirik lagu Natal diubah jadi pesan dukungan untuk warga Palestina. Pesan itu terungkap lewat sederet unggahan, salah satunya di akun Threads @didien.azhar yang diunggah pada Jumat, 20 Desember 2024.
Lirik lagu "We Wish You Merry Christmast" diubah jadi, "We wish for the Liberation of the Palestian Nation. And end to the occupation and a happy New Year, these tidings we bring to our X, R and Y. We don't want to our tax dollars to find genocide."
Yang artinya, "Kami mendoakan pembebasan bangsa Palestina, dan berakhirnya pendudukan (Israel), serta Tahun Baru yang bahagia. Kabar ini kami bawa kepada X, R, dan Y kami. Kami tidak ingin uang pajak kami digunakan untuk melakukan genosida."
Sementara itu, puluhan jemaah dilaporkan berkumpul di Gereja Keluarga Kudus di Kota Gaza saat Kardinal Pierbattista Pizzaballa dan pendeta lain menggelar misa. Pohon Natal yang berkelap-kelip tampak berhias ornamen emas nan menawan.
"Saya ingin memberi tahu Anda bahwa seluruh dunia, bukan hanya umat Kristiani, seluruh dunia bersama kalian (warga Gaza). Jadi perang akan berakhir dan kita akan membangun kembali," kata kardinal itu, mendesak orang-orang di Gaza untuk tidak pernah takut, lapor Al Jazeera.
Advertisement
Kekejaman, Bukan Perang
Misa tersebut dilakukan saat Paus Fransiskus kembali mengkritik serangan Israel di Gaza. Ia mengatakan pada Sabtu, 21 Desember 2024, bahwa utusannya tidak dapat memasuki wilayah itu karena pemboman Israel.
"Kemarin, anak-anak telah dibom. Ini kekejaman, ini bukan perang," kata Fransiskus dalam pidatonya. Pada Minggu, 22 Desember 2024, ia menyerukan gencatan senjata.
Paus baru-baru ini menyerukan penyelidikan untuk menentukan apakah tindakan Israel di Gaza merupakan genosida, sebuah kesimpulan yang dicapai Amnesty International dan Human Rights Watch. Mahkamah Internasional sedang menyelidiki tuduhan genosida yang diajukan terhadap Israel oleh Afrika Selatan.
Israel menolak tuduhan tersebut, mengatakan bahwa mereka hanya berperang dengan Hamas. Tapi, para pegiat mengatakan, mayoritas dari lebih dari 45 ribu orang yang tewas adalah warga sipil. Sejak 2013, Vatikan telah mengakui negara Palestina, menjalin hubungan diplomatik dengan negara itu, dan mendukung solusi dua negara.
Di sisi lain, Bethlehem bersiap merayakan Natal kedua di bawah bayang-bayang perang di Gaza, menurut Business Standard. Selama dua tahun berturut-turut, perayaan Natal di Bethlehem akan suram dan sunyi sebagai bentuk penghormatan terhadap genosida yang sedang berlangsung di Gaza.Â
Natal yang Suram nan Sunyi
Tidak akan ada pohon Natal raksasa di Manger Square, tidak ada pawai pramuka yang riuh, tidak ada lampu-lampu publik yang berkelap-kelip, dan sangat sedikit dekorasi atau pajangan publik. "Tahun lalu sebelum Natal, kami punya lebih banyak harapan, tapi sekarang Natal sudah dekat dan kami tidak punya apa-apa," kata Rony Tabash, pemilik Nativity Store generasi ketiga.
Perang Israel melawan Hamas telah berkecamuk selama hampir 15 bulan, dan masih belum terlihat tanda-tanda akan berakhir. Upaya gencatan senjata telah terhenti berulang kali.
Perayaan Natal tahunan di Betlehem yang diikuti penganut agama Armenia, Katolik, dan Ortodoks biasanya jadi berkah besar bagi kota itu, yang pendapatan tahunannya berasal dari pariwisata. Namun, jalanan kosong pada musim ini.
Tabash mengatakan, dia terus membuka tokonya setiap hari, tapi sering kali seminggu penuh berlalu tanpa penjualan. Ia bekerja sama dengan lebih dari 25 keluarga lokal yang membuat barang-barang keagamaan yang diukir dengan tangan dari kayu zaitun yang terkenal di wilayah tersebut. Namun tanpa pembeli, pekerjaan bagi keluarga-keluarga ini pun terhenti.
Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence
Advertisement