Liputan6.com, Jakarta - Tahun 2025 diprediksi akan menjadi era baru bagi dunia estetika. Tren operasi plastik, seperti invisilift dan implan dagu, semakin diminati.Â
Dikutip dari NY Post pada Jumat, 27 Desember 2024, sejumlah ahli menyebut bahwa 2025 akan menjadi tahun karya mutakhir, seperti perawatan kulit zaman baru dan operasi plastik yang nyaris tak terlihat. Hal yang dimaksud adalah "invisilift" yang sedang naik daun.
Baca Juga
Invisilift adalah istilah untuk prosedur pengencangan wajah dengan teknik minimal invasif yang dirancang memberikan hasil alami tanpa terlihat jelas menjalani operasi plastik. Dokter bedah plastik wajah bersertifikat ganda, dr. Anil Shah, yang berpraktik di Chicago, mengatakan bahwa melakukan operasi pengencangan wajah sebelum terlihat terlalu tua adalah kunci untuk memperlambat proses penuaan wajah.
Advertisement
"Perawatan wajah benar-benar merupakan prosedur yang paling banyak diminta oleh pasien berusia 40-an dan 50-an," jelas Shah kepada Salon Today. "Jika dilakukan sejak dini seperti ini, tindakan ini bersifat pencegahan, bukan pemulihan. Tindakan ini tidak hanya menghasilkan hasil yang sangat alami, tetapi juga memungkinkan pasien untuk menghentikan waktu, bisa dibilang, selama 10 hingga 15 tahun," tambahnya.
Perawatan ini juga disebut 'operasi pengencangan wajah dengan intervensi dini'. dr. Sean Alemi, ahli bedah plastik bersertifikat ganda, mengatakan kepada Forbes bahwa calon pasien yang lebih muda sering kali mendapatkan hasil yang lebih tahan lama.
"Generasi milenial yang menginjak usia 40 tahun dan mencari solusi baru untuk penuaan wajah dan kulit kendur yang tidak memerlukan filler," kata Sean.
Peralihan ke Penampilan Alami
Perubahan preferensi tersebut menandakan peralihan kembali ke estetika yang terlihat lebih alami, yang sebelumnya disebut sebagai De-Kardashian-ification. Istilah itu merujuk pada tren penurunan minat operasi plastik yang terinspirasi oleh penampilan khas keluarga Kardashian.
Dr. Cat Chang, dokter bedah plastik bersertifikat di Beverly Hills, menyampaikan kepada Forbes, "Implan dagu juga diperkirakan benar-benar marak pada tahun 2025."
Ia juga menjelaskan bahwa pasien-pasiennya khususnya, mengeluhkan memiliki dagu yang lemah. "Meskipun harganya lebih mahal, prosedur ini memiliki waktu pemulihan yang minimal, memperbaiki bentuk wajah, dan juga menegaskan garis rahang," ungkap Chang kepada Marie Claire.
Tak sampai di situ saja, perawatan non-invasif untuk kerutan dan pengencangan juga diperkirakan akan meningkat popularitasnya. Contohnya seperti Sofwave, yang menggunakan teknologi ultrasound untuk meningkatkan produksi kolagen. Para ahli di industri ini juga memperkirakan bahwa perawatan kulit regeneratif, seperti produk yang mengandung defensin yang merupakan molekul regeneratif, atau terapi eksosom akan mendapatkan daya tarik di tahun baru.
Advertisement
Perawatan Kulit untuk Melawan Peradangan Juga Meningkat
Selanjutnya, eksosom, bersama dengan terapi cahaya merah, juga telah digunakan dalam perawatan pemulihan rambut pada orang dengan kerontokan rambut akibat menopause. Sementara, dr. Shah menyebut kombinasi perawatan tersebut sebagai "pengubah permainan" untuk merangsang pertumbuhan rambut.
Demikian pula, perawatan kulit untuk melawan peradangan, atau penuaan yang disebabkan oleh peradangan, juga bisa menjadi pengaruh besar berikutnya dalam estetika. "Saya mengantisipasi bahwa perawatan eksosom dan sel punca akan meningkat pada tahun mendatang dan seterusnya,"kata Chang.
"Sulit untuk mengatakan seperti apa bentuknya nanti, tetapi kini semakin banyak orang yang tertarik untuk memanen sel punca mereka sendiri dan menyuntikkannya kembali ke dalam kulit, dibandingkan dengan zat asing," tambahnya.
Para ahli di industri ini percaya bahwa pengembangan AI juga akan berperan dalam teknik zaman baru untuk peremajaan dan estetika. "Kecerdasan buatan akan mengubah dunia kedokteran estetika," kata dr. Patrick Byrne, seorang ahli bedah plastik dan rekonstruksi wajah serta presiden American Academy of Facial Plastic and Reconstructive Surgery.
Fungsi AI dalam Operasi Plastik
"Dengan menggunakan AI untuk menganalisis fitur wajah, memandu prosedur kosmetik dan rekonstruksi, serta memprediksi evolusi intervensi dari waktu ke waktu, dokter bedah akan dapat memberikan hasil yang lebih bernuansa dan tepat daripada sebelumnya,"Â kata dr. Byrne.
Sementara, dokter spesialis bedah plastik, rekonstruksi, dan estetika dari D’Elegance Surgery Clinic, jakarta, dr. Arif Rahmat Muharram menjelaskan prosedur sebelum hingga pasca-operasi yang dijalankan. Ia menyebut, "Selesai operasi biasanya, tergantung operasi, kalau operasi hidung dan mata hari ke-7 hari ke-10 kita lepas jahitan, tapi biasanya pasien takut-takut bersihkan luka, hari ke-2 hari ke-3 kita minta kontrol untuk dokter yang bersihkan."
Ia menyarankan pasiennya untuk tidak berolahraga selama enam pekan setelah operasi. "Karena akan meningkatkan radang, lukanya enggak sembuh-sembuh mending bedrest,"ungkapnya.
Bicara soal hasil, dr. Arif menyebut, setiap orang akan berbeda-beda. Namun untuk operasi mata, biasanya lepas jahitan hari ke-7 sampai ke-10. Selama satu bulan bengkak-bengkak masih ada dengan biru-biru dekat area operasi.
"Mata sangat variatif, biasanya enam bulan sudah kelihatan hasil. Ada beberapa pasien yang agak bandel baru kelihatan di bulan ke-7 dan 9. Kalau butuh revisi, saya sarankan paling cepat satu tahun memerhatikan untuk penyembuhan luka," lanjutnya.
Advertisement