Sukses

Korban Tewas Kecelakaan Jeju Air di Korea Selatan Jadi 120 Orang, Baru 2 Orang Dikabarkan Selamat

Seorang penumpang dan seorang awak ditemukan selamat di bagian ekor pesawat Jeju Air, Praktis baru dua orang tersebut yang dikabarkan selamat dari kecelakan.

Liputan6.com, Jakarta - Jumlah korban jiwa dalam kecelakaan pesawat Jeju Air di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan, pada Minggu (29/12/2024) terus bertambah. Kabar terbaru, korban tewas dalam insiden itu menjadi 120 orang, Yonhap melaporkan.

Mengutip tim pemadam kebakaran setempat, kantor berita itu melaporkan bahwa upaya untuk memastikan angka kematian dalam insiden itu masih terus berlangsung. Sebelumnya dilaporkan bahwa pesawat nahas yang membawa 181 orang itu, termasuk enam awak, keluar dari landasan pacu saat mendarat dan menabrak pagar bandara itu sehingga pesawat terbakar.

Pesawat tersebut diduga menabrak kawanan burung ketika mendarat. Sementara itu, Kementerian Luar Negeri RI mengatakan bahwa sejauh ini, tidak ada penumpang WNI dalam pesawat Jeju Air yang mengalami kecelakaan tersebut.

Melansir Antara, Minggu, Pemerintah dan Kedutaan Besar RI di Seoul terus memantau perkembangan terkait musibah itu, kata Judha Nugraha, Direktur Jenderal Perlindungan Warga Negara Indonesia (PWNI) Kemlu. Terkait dengan kejadian naas itu, rekaman media lokal menunjukkan pesawat tergelincir di landasan pacu, dilalap api dan berhamburan puing-puing.

Seorang penumpang dan seorang awak ditemukan selamat di bagian ekor pesawat, sementara upaya penyelamatan terus dilakukan. Praktis baru dua orang tersebut yang dikabarkan selamat.

Namun, otoritas setempat menyatakan jumlah korban kemungkinan besar akan terus bertambah. Mayoritas penumpang adalah warga Korea Selatan, dengan tambahan dua warga negara Thailand. Seorang pejabat bandara mengatakan bahwa prioritas utama otoritas adalah menyelamatkan mereka yang masih terjebak di reruntuhan pesawat.

 

2 dari 4 halaman

Pesawat Gagal Mendarat

Kecelakaan tersebut melibatkan penerbangan Jeju Air 7C2216, sebuah Boeing 737-800, yang membawa 181 penumpang dan awak pesawat dari Bangkok ke bandara di wilayah barat daya negara tersebut.

Pesawat Jeju Air tersebut jatuh tak lama setelah mendarat sekitar pukul 9:00 pagi waktu setempat pada hari Minggu, dengan pesawat tergelincir dari landasan pacu dan menghantam penghalang beton, menyebabkan kebakaran besar.

Dihimpun dari MBC, seorang saksi yang melihat kejadian tersebut menceritakan kejadiannya lewat sambungan telepon. Menurut saksi bernama Yoo Jung-pil, ia sedang berada di toko dan tidak tahu ada pesawat gagal mendarat.

Namun begitu mendengar suara dentuman, ia bergegas keluar untuk mencari sumber suara. "Ada ledakan merah di sisi kanan sayap. Saya menuju bandara setelah melihat hal itu. Saya khawatir dengan cara pesawat itu mendarat, tapi saya harus menyetir sampai ke sisi lain landasan pacu," katanya.

Pria yang mengaku tinggal tak jauh dari bandara itu kemudian membawa kendaraannya ke ujung landasan. Selama perjalanan yang singkat tersebut, menurutnya pesawat itu tak kunjung berhenti. Ia melihat Pesawat Jeju Air yang terus melaju dan terjadilah tabrakan dengan dinding beton pembatas hingga terjadi ledakan besar.

3 dari 4 halaman

Penyebab Kecelakan Jeju Air

Sementara itu, kepala pemadam kebakaran Korea Selatan, Lee Jeong-hyun, berbicara dalam sebuah pengarahan dan menyatakan bahwa penyebab awal kecelakaan tersebut diyakini sebagai tabrakan burung, dikombinasikan dengan kondisi cuaca buruk, yang menyebabkan kerusakan pada roda pendaratan pesawat.

Ia berkata, melansir kanal Citizen6 Liputan6.com, "penyebab kecelakaan tersebut diduga sebagai tabrakan burung yang dikombinasikan dengan kondisi cuaca buruk. Namun, penyebab pastinya akan diumumkan setelah investigasi bersama."

Pihak berwenang terus menyelidiki rangkaian kejadian yang menyebabkan kecelakaan tersebut, tetapi fokusnya tetap pada roda pendaratan yang tidak berfungsi, yang tampaknya rusak saat pesawat mendekati bandara. Tabrakan dengan burung diyakini menjadi faktor penyebab kerusakan roda pesawat.

Kecelakaan terjadi tepat setelah pesawat mendarat, dan rekaman visual dari tempat kejadian menunjukkan pesawat tergelincir di landasan pacu dengan roda pendaratannya yang tampaknya masih ditarik sebelum menabrak dinding. Pesawat langsung terbakar, dan asap hitam terlihat mengepul dari reruntuhan. Saat itu setidaknya 85 orang, termasuk 37 wanita dan 25 pria, dipastikan tewas, dan jumlah tersebut diperkirakan akan bertambah seiring pencarian yang terus dilakukan. 

4 dari 4 halaman

Kecelakaan di Tengah Krisis Politik di Korea Selatan

Badan Pemadam Kebakaran Nasional mengerahkan tim tanggap darurat, termasuk 32 mobil pemadam kebakaran dan beberapa helikopter, untuk memadamkan api dan membantu upaya penyelamatan. Dua orang, termasuk seorang penumpang dan seorang awak pesawat, berhasil diselamatkan dari reruntuhan. Tim penyelamat masih berupaya mengevakuasi orang lain dari pesawat.

Kecelakaan itu terjadi di tengah krisis politik di Korea Selatan, di mana penjabat Presiden Han Duck-soo dimakzulkan beberapa hari sebelumnya. Negara itu sekarang berada di bawah kepemimpinan Wakil Perdana Menteri Choi Sang-mok, yang telah dipercaya untuk mengelola respons negara terhadap krisis tersebut.

Choi memerintahkan operasi penyelamatan skala penuh, menginstruksikan para pejabat untuk "menggunakan semua sumber daya yang tersedia untuk menyelamatkan penumpang dan awak." Kantornya juga mengadakan rapat darurat pada hari Minggu untuk membahas respons terhadap kecelakaan itu.

Tindakan Choi sangat penting dalam memastikan mobilisasi sumber daya untuk membantu peristiwa tragis itu. Meskipun ketidakpastian politik yang sedang berlangsung, pemerintah Korea Selatan telah memprioritaskan upaya penyelamatan dan pemulihan.

 

Video Terkini