Liputan6.com, Jakarta - Pembatalan tiket massal terjadi menyusul kasus kecelakaan pesawat Jeju Air yang menewaskan 179 orang, terdiri dari 175 penumpang dan empat awak kabin itu. Menurut pihak maskapai, pembatalan tiket mencapai sekitar 68.000 tiket, antara pukul 12 malam, waktu Korea, pada Minggu, 29 Desember 2024, hingga pukul 1 siang KST pada Senin, 30 Desember 2024.
Sebagian besar pembatalan massal terjadi setelah pukul 9 pagi KST, waktu terjadinya kecelakaan fatal. Mengutip Koreaboo, Senin (30/12/2024), dari 68.000 pembatalan tersebut, sekitar 33.000 tiket untuk penerbangan domestik, dan 34.000 tiket untuk penerbangan internasional (dengan selisih pembulatan).
Baca Juga
Tak lama setelah kejadian tersebut, Jeju Air menutup halaman reservasi di situs web mereka. Mereka juga menghapus seluruh konten di media sosial Instagram dan hanya menyisakan satu unggahan yang berisi permintaan maaf dari CEO Jeju Air, Kim I Bae.
Advertisement
Saham maskapai penerbangan bujet Korea Selatan itu mencapai rekor terendah pada Senin (30/12/2024). Mengutip Channel News Asia, saham Jeju Air diperdagangkan turun 8,4 persen setelah turun 15,7 persen pada awal sesi perdagangan menjadi 6.929 won Korea Selatan, terendah sejak tercatat di bursa saham pada 2015.
Saham AK Holdings, perusahaan induk Jeju Air turun 12 persen dan mencapai level terendah dalam 16 tahun. Kecelakaan pada Minggu, 29 Desember 2024, di Bandara Internasional Muan menjadi penerbangan fatal pertama bagi Jeju Air sejak didirikan pada 2005.
Di antara maskapai murah lainnya, Air Busan naik lebih dari 15 persen. Saham Jin Air dan T’way Air anjlok setelah masing-masing naik 5,4 persen dan 7,3 persen. Saham maskapai besar Korea Selatan, Korean Air Lines merosot 1,3 persen dan Asiana Airlines tersungkur 0,8 persen.
Terlibat 2 Kecelakaan Pesawat dalam 24 Jam
Maskapai Jeju Air ternyata tak hanya terlibat dalam satu insiden kecelakaan pesawat dalam 24 jam terakhir. Pada Senin (30/12/2024), sekitar pukul 07.25, waktu Korea Selatan, sebuah pesawat dilaporkan terpaksa kembali ke bandara keberangkatan.
Mengutip Koreaboo, media lokal menyebut pesawat Jeju Air 7C101 terpaksa mendarat darurat karena masalah roda pendaratan. Pesawat yang mengangkut 161 penumpang itu berhasil kembali ke Bandara Gimpo pada pukul 07.25 waktu Korea setelah maskapai mengumumkan terjadi kerusakan mekanis pada pesawat itu.
Itu hanya berselang sekitar 22 jam dari kecelakaan pesawat yang menimpa penerbangan Jeju Air 2216 pada Minggu pagi, 29 Desember 2024. Pesawat tersebut jatuh saat berusaha mendarat darurat di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan, setelah berangkat dari Bangkok, Thailand.Â
Dalam pesan teks yang dikirimkan seorang penumpang kepada anggota keluarganya, disebutkan bahwa pesawat menabrak burung. Beberapa jam setelah kejadian tersebut, Kementerian Perhubungan, Infrastruktur dan Transportasi Korea Selatan mengonfirmasi bahwa, "Menara pengawas mengirimkan peringatan tabrakan burung sebelum pendaratan. Pilot menyatakan Mayday satu menit kemudian."
Â
Advertisement
Kotak Hitam Rusak Sebagian
'Mayday' adalah sinyal bahaya yang digunakan saat menghadapi keadaan darurat yang mengancam jiwa. Pesawat yang telah menyatakan Mayday menerima bantuan segera dan prioritas dibandingkan dengan pesawat biasa lainnya.
Kementerian lebih lanjut memperkirakan waktu antara sinyal bahaya dan pendaratan sekitar dua menit, meski angka pastinya masih harus dikonfirmasi melalui investigasi. Pihak berwenang telah mengamankan perekam data penerbangan untuk penyelidikan. Â
Menurut laporan Yonhap News, kotak hitam alias perekam data penerbangan Penerbangan Jeju Air 2216 ditemukan rusak sebagian, sehingga memperpanjang waktu yang diperlukan untuk menganalisis data. Pihak berwenang memulihkan perekam data penerbangan dan perekam suara kokpit yang sangat penting untuk menemukan apa sebenarnya yang terjadi pada penerbangan nahas itu.
Meskipun perekam suara kokpit ditemukan utuh, perekam data penerbangan dikatakan mengalami kerusakan, menurut Dewan Investigasi Kecelakaan Penerbangan dan Kereta Api di Korea Selatan. Karena kerusakannya, seorang pejabat dari dewan investigasi menyatakan bahwa mungkin diperlukan waktu setidaknya satu bulan untuk memecahkan kode data penerbangan.
Hanya 2 Awak Kabin yang Selamat
Jika perekam ditemukan utuh, prosesnya biasanya memakan waktu satu minggu untuk diselesaikan. Pejabat lain menyatakan bahwa jika sulit untuk menganalisis perekam di Korea Selatan, benda itu akan dikirim ke Amerika Serikat untuk diperiksa oleh Dewan Keselamatan Transportasi Nasional (juga dikenal sebagai NTSB). Ini akan memperpanjang prosesnya karena NTSB menangani kasus dari seluruh dunia.
"Bahkan setelah perekam diperiksa, keluasan dan kerumitan investigasi kecelakaan pesawat dapat berarti bahwa akan memakan waktu bertahun-tahun sebelum kita mengetahui persis apa yang terjadi di dalam Penerbangan Jeju Air 2216," katanya.
Dalam insiden kecelakaan pesawat Jeju Air 2216, 179 penumpang dan awak dinyatakan meninggal. Hanya ada dua orang yang selamat, yang duduk di bagian paling belakang pesawat.
Dikutip dari laman Chanel News Asia, sebanyak 179 orang tewas ketika sebuah pesawat mendarat tanpa roda, keluar dari landasan pacu dan meledak menjadi bola api saat menabrak dinding di Bandara Internasional Muan Korea Selatan pada Minggu, 29 Desember 2024.
Sementara, dua awak kabin, seorang pria dan seorang wanita, berhasil diselamatkan dari bagian ekor pesawat yang terbakar, kata kepala pemadam kebakaran Muan Lee Jung-hyun dalam sebuah pengarahan. Kedua awak kapal tersebut dirawat di rumah sakit dengan luka sedang hingga parah, kata kepala pusat kesehatan masyarakat setempat.Â
Â
Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence
Advertisement