Sukses

Pramugari Maskapai Swiss Meninggal Setelah Asap di Kabin Memaksa Pesawat Mendarat Darurat

Perawat maskapai Swiss International Air Lines itu sempat menjalani perawatan instensif sebelum dikonfirmasi meninggal dunia.

Liputan6.com, Jakarta - Semula berada dalam perawatan intens, seorang pramugari di pesawat Swiss International Air Lines yang terpaksa mendarat darurat karena asap di dalam pesawat dikonfirmasi meninggal dunia pada Senin, 30 Desember 2024. Saat kejadian, pesawat Airbus A220-300 itu membawa 74 penumpang dan lima awak di dalamnya.

Melansir CNA, Selasa (31/12/2024), pesawat maskapai Swiss itu terbang dari Bukares ke Zurich pada Senin, 23 Desember 2024, ketika harus mendarat di Graz, Austria setelah terjadi masalah mesin dan asap memenuhi kokpit dan kabin. Pesawat mendarat dengan selamat.

"Kami harus melaporkan, dengan kesedihan dan penyesalan yang mendalam, bahwa rekan kami meninggal di rumah sakit di Graz pada Senin," kata Swiss dalam sebuah pernyataan. Kepala Eksekutif Swiss Jens Fehlinger menyebut, kehilangan tersebut  membuat maskapai penerbangan yang merupakan anak perusahaan Lufthansa Jerman itu terkejut dan berduka.

"Kami sangat terpukul atas kepergian rekan kami yang terkasih," ujar dia. "Pikiran kami bersama keluarganya, yang kesedihannya tidak dapat kami bayangkan. Saya menyampaikan belasungkawa yang tulus atas nama kami semua di Swiss."

Maskapai itu mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa "demi menghormati orang yang dia cintai, kami tidak akan memberi informasi terperinci tentang karyawan kami atau penyebab kematiannya."  Setelah pesawat mendarat darurat, seorang awak kabin diterbangkan dengan helikopter ke sebuah rumah sakit di Graz dan dirawat intensif.

Awak kabin lainnya juga dibawa ke rumah sakit. Semua penumpang dievakuasi dan 12 orang menerima perawatan medis. Swiss pada Selasa, 24 Desember 2024, mengatakan bahwa semua penumpang yang dirawat telah meninggalkan rumah sakit.

 

2 dari 4 halaman

Hari Paling Menyedihkan

Kepala Bagian Operasi Swiss, Oliver Buchhofer, mengucapkan terima kasih pada layanan darurat di Graz yang telah membantu penumpang dan awak kabin pesawat tersebut. "Ini adalah hari yang paling menyedihkan bagi kita semua," katanya.

"Kehilangan kolega dan sesama anggota tim Swiss membuat saya putus asa dan kecewa," imbuhnya. Buchhofer mengatakan, Swiss akan bekerja sama "dengan otoritas terkait untuk menentukan penyebab yang terlibat."

Swiss mengatakan, fokus penyelidikannya adalah pada bagian mekanis pesawat, seperti mesin, selain pada penggunaan peralatan pelindung pernapasan untuk awak kabin.

Kejadian ini menambah panjang daftar penerbangan nahas di akhir tahun 2024. Sebagaimana diketahui, pesawat Jeju Air mengalami kecelakaan di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan, Minggu, 29 Desember 2024.

Seorang awak kabin berusia 33 tahun jadi salah satu dari dua korban selamat kecelakaan yang menewaskan 179 orang. Ia dilaporkan sudah sadar dan berbicara dengan staf medis, menurut seorang pejabat rumah sakit.

Korban selamat, yang hanya diidentifikasi dengan nama belakang Lee, mengatakan pada dokter bahwa ia "sudah diselamatkan" ketika sadar dari kecelakaan nahas di Bandara Internasional Muan pada Minggu, 29 Desember 2024, kata Direktur Rumah Sakit Universitas Wanita Ewha Seoul, Ju Woong, seperti dikutip dari ABC News, Selasa (31/12/2024).

3 dari 4 halaman

Tragedi Jeju Air

Lee dan pramugari lain di penerbangan Jeju Air 7C2216, yang diidentifikasi dengan nama belakang Koo, adalah dua orang yang selamat dari "kecelakaan pesawat paling mematikan di Korea Selatan dalam beberapa dekade dan salah satu yang terburuk dalam sejarah penerbangan," menurut pihak berwenang setempat.

Koo yang berusia 25 tahun dilaporkan dalam kondisi stabil di rumah sakit yang berbeda dari rumah sakit tempat Lee dirawat. Koo menderita cedera pada pergelangan kaki dan kepalanya, kata staf medis di rumah sakit tersebut pada Yonhap. Staf medis yang merawatnya menolak menjawab pertanyaan lebih lanjut tentang kondisinya.

Ju menyebut, Lee dirawat di unit perawatan intensif karena mengalami beberapa patah tulang, namun dia "sepenuhnya mampu berkomunikasi." "Belum ada indikasi kehilangan ingatan atau semacamnya," kata Ju.

Direktur rumah sakit itu mengatakan bahwa Lee sedang dalam perawatan khusus karena kemungkinan mengalami kelumpuhan total. Ju mengaku tidak menanyai Lee tentang detail kecelakaan pesawat Jeju Air, karena dia tidak yakin hal itu akan membantu pemulihan pasien.

4 dari 4 halaman

Kecelakaan Pesawat Azerbaijan Airlines

Sebelumnya, seorang korban selamat kecelakaan pesawat Azerbaijan Airlines bersaksi bahwa pilot mencoba mendarat di Grozny, Chechnya, sebanyak tiga kali. Upaya itu, menurut dia, diikuti ledakan di luar pesawat, menurut rekaman audio yang dibagikan saluran TV Rusia, RT, melansir Anadolu Agency, Jumat, 27 Desember 2024.

Subkhankul Rahimov mengatakan bahwa ada "sesuatu yang meledak" pada upaya pendaratan ketiga dan ketika ia meraih jaket pelampungnya, ia menemukan lubang yang disebabkan pecahan peluru. Ia juga mengaku terkena pecahan peluru setelah ledakan tersebut.

Teori penyebab kecelakaan pesawat mengerikan di Kazakhstan, yang menewaskan 38 dari 69 orang di dalamnya, telah bermunculan. Pesawat Azerbaijan Airlines terbang dari ibu kota Azerbaijan, Baku, ke Grozny di Chechnya, Rusia, ketika pesawat itu berbelok dari rutenya dan mencoba melakukan pendaratan darurat di dekat Aktau, di barat daya Kazakhstan.

Namun, pesawat itu jatuh, hancur berkeping-keping, dan terbakar. Melansir news.com.au, Kamis, belum ada penjelasan pasti tentang apa yang sebenarnya terjadi atau mengapa pesawat itu berbalik dan menyeberangi Laut Kaspia, menuju Aktau, sementara Grozny lebih dekat.

 

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Video Terkini