Sukses

Bocah 8 Tahun Jadi Korban Tewas Pertama karena Serangan Israel di Gaza di Tahun 2025

Seorang remaja di Gaza yang berada di sisi bocah tersebut memegang tubuhnya yang sudah terbujur kaku. Ia tewas karena serangan Israel di hari pertama tanun 2025.

Liputan6.com, Jakarta - Genosida Israel ke Palestina, terutama Gaza seperti tak kenal hari dan tanggal. Di tengah momen kemeriahan Tahun Baru 2025, pasukan Israel menyerbut sejumlah daerah di Gaza yang menewaskan beberapa warga Palestina, termasuk seorang bocah berusia delapan tahun.

Melansir laman TRTWorld, Rabu (1/1/2025), Israel meluncurkan roket ke arah timur dan utara kamp Bureij dan Nuseirat. Keluarga Abu Dhaher jadi korban dalam serangan di dinihari tersebut.

Bocah bernama Adam Farhallah ikut menjadi korban tewas, menjadikannya warga sipil sekaligus anak-anak pertama yang tewas akibat serangan pasukan Israel di Gaza di tahun 2025.  Dalam sebuah video memilukan yang beredar di X (dulunya Twitter) seorang remaja yang berada di sisi Adam memegang tubuhnya yang sudah terbujur kaku.

"Anak ini sedang tidur, ia kelaparan dan kedingnan…in awal tahun 2205 dan itulah yang terjadi pada dirinya," ujar remaja dalam video tersebut. Serangan Israel juga dikabarkan menewaskan seorang pria Palestina berusia 27 tahun bernama Khuloud Abu Daher menurut laporan media lokal.

Di Gaza selatan, beberapa orang terluka dalam serangan udara Israel ke sebuah rumah di kawasan al-Fukhari, Khan Younis. Pasukan Israel terus melancarkan perang genosida di Gaza yang telah menewaskan lebih dari 45.500 warga Palestina, meski Dewan Keamanan PBB sudah mengeluarkan resolusi yang menyerukan gencatan senjata dengan segera.

Pada November 2024r, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk pemimpin Israel Benjamin Netanyahu dan mantan menteri pertahanannya, Yoav Gallant, atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas perangnya di wilayah kantong Palestina itu.

 

2 dari 4 halaman

Puluhan Staf Medis Ditahan Israel

Menjelang akhir tahun 2024, usai menyerbu Rumah Sakit Kamal Adwan di Beit Lahiya pada Jumat (27/12/2024), pasukan Israel dilaporkan menahan puluhan staf medis dari rumah sakit di Gaza utara tersebut. Militer Israel sebelumnya dilaporkan memerintahkan puluhan pasien dan ratusan orang untuk mengungsi serta menahan staf medis, termasuk kepala rumah sakit, Hussam Abu Safiya.

Laporan VOA Indonesia yang dikutip Minggu (29/12/2024) menyebut Kementerian Kesehatan Gaza belum tahu kondisi Abu Safiya. Namun mereka khawatir setelah beberapa staf yang dibebaskan pada Jumat malam, 27 Desember 2024, melaporkan bahwa tentara memukulinya.

Sejauh ini pihak militer Israel belum memberikan komentar tentang para nasib tahanan itu.Serangan terhadap rumah sakit tersebut, salah satu dari tiga fasilitas medis di tepi utara Gaza, membuat fasilitas kesehatan utama terakhir di Gaza utara lumpuh, kata Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO dalam sebuah unggahan di X.

Kementerian Kesehatan mengatakan beberapa pasien dievakuasi ke Rumah Sakit Indonesia yang tidak beroperasi, dan petugas medis dicegah untuk bergabung dengan mereka di sana. Beberapa pasien lainnya dipindahkan ke rumah sakit lain di selatan Jalur Gaza.

Sementara itu, beberapa staf medis yang dibebaskan tiba di Rumah Sakit Baptis Arab Al-Ahly di Kota Gaza.Militer Israel mengatakan pada Jumat, 27 Desember 2024. bahwa pasukan Hamas beroperasi dari Rumah Sakit Kamal Adwan selama perang yang telah berlangsung selama 15 bulan, menyebut tempat tersebut sebagai benteng utama.

3 dari 4 halaman

Palestina Tuduh Israel Lakukan Pembersihan Etnis

Hamas menepis klaim tersebut, menyebutnya sebagai "kebohongan" dan menyatakan tidak ada pasukannya yang berada di rumah sakit tersebut.Kementerian Kesehatan Gaza juga melaporkan bahwa serangan Israel di seluruh wilayah kantong itu menewaskan 18 warga Palestina pada Sabtu (28/12/2024). Sedikitnya sembilan di antaranya berada di sebuah rumah di Kamp Maghazi, Jalur Gaza tengah.

Militer Israel mengatakan pada Sabtu, 28 Desember 2024, bahwa mereka mulai melancarkan operasi semalam terhadap target-target di daerah Beit Hanoun, Gaza utara. "Pasukan Israel mengizinkan warga sipil yang masih berada di daerah itu untuk pindah demi keselamatan mereka sendiri," katanya.

Dalam beberapa bulan terakhir pasukan Israel kerap mengusir orang-orang dan menghancurkan sebagian besar wilayah di sekitar kota-kota utara Jabalia, Beit Hanoun, dan Beit Lahiya. Warga Palestina menuduh Israel melakukan pembersihan etnis dengan mengosongkan wilayah-wilayah tersebut untuk menciptakan zona penyangga. Israel membantah tuduhan tersebut dan menyebut tindakannya adalah untuk mencegah Hamas kembali di wilayah-wilayah tersebut.

Sebelumnya, pada pekan lalu Kabar pilu disampaikan Direktur Bangsal Anak-Anak RS Nasser, Ahmed Al-Farra, kepada Associated Press, setelah menerima jasad ketiga bayi dalam waktu 48 jam terakhir. Ketiganya meninggal karena hipotermia, atau kondisi ketika suhu tubuh turun drastis di bawah 35 derajat Celsius.

 

4 dari 4 halaman

Kisah Pilu Bayi Meninggal

Mengutip kanal Global Liputan6.com, ketiga bayi itu adalah Sila Mahmoud Al-Faseeh yang berusia 21 hari, seorang bayi berusia satu bulan, dan seorang bayi lainnya yang baru berusia tiga hari.Al Farra mengatakan saat dilahirkan ketiganya tidak memiliki masalah kesehatan.

Kisah pilu bayi meninggal kedinginan diceritakan oleh anggota keluarga Al-Faseeh yang tinggal di sebuah tenda pengungsian di daerah pesisir Muwasi, Khan Younis, setelah mengungsi dari Kota Gaza.  Dalam laporan yang dikutip dari VOA Indonesia, Jumat (27/12/2024), ayah Sila, Mahmoud Al Faseeh mengatakan telah membungkus bayi Sila dengan selimut.

Meski begitu, selimut ternyata tak cukup untuk membuatnya hangat di dalam tenda yang tidak tertutup rapat, senantiasa diterpa udara dingin, dengan lantai tanah yang juga dingin.

"Malam itu sangat dingin dan sebagai orang dewasa kami bahkan tidak tahan. Kami tidak bisa menghangatkan diri," ucapnya. "Ketika kami bangun, kami menemukan Sila menggigit lidahnya dan tubuhnya seperti kayu."

Sebuah video viral yang dibagikan oleh Muneer Al-Boursh menunjukkan tubuh Sila yang terbungkus selimut bayi dengan wajah pucat membiru dan bibir membeku.Sehari-hari bayi itu berjuang hidup dengan susu formula yang hampir tidak mencukupi, karena ibunya mengalami kekurangan gizi dan tidak dapat menyusuinya.

 

Video Terkini