Â
Liputan6.com, Jakarta - Selubung kabut asap tebal menyelimuti Hanoi pada Jumat, 3 Januari 2024, yang mengaburkan jarak pandang dan membuat sembilan juta penduduknya terancam kesehatannya karena menghirup udara beracun. Kota itu menduduki peringkat teratas dalam daftar kota besar terpolusi udara di dunia.
Baca Juga
Mengutip AFP, Sabtu (4/1/2024), otoritas setempat mengimbau warganya untuk mengenakan masker dan membatasi waktu di luar ruangan. Para komuter yang terpaksa beraktivitas di luar ruang mengaku kesulitas bernapas karena kabut asap yang menjadi pemandangan umum selama bulan-bulan musim dingin di kota itu.
Advertisement
Menurut IQAir, tingkat polutan PM2.5 -- mikropartikel penyebab kanker yang cukup kecil untuk memasuki aliran darah melalui paru-paru -- mencapai 227 mikrogram per meter kubik, 15 kali lipat dari rata-rata harian maksimum yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Hanoi menduduki puncak peringkat perusahaan pemantauan Swiss untuk kota besar paling tercemar di dunia pada Jumat pagi, sebelum kemudian turun. Kota itu juga pernah masuk dalam daftar 10 besar ibu kota paling tercemar di dunia versi IQAir pada 2023.
Tran Quynh Lan, seorang pekerja kantoran, mengatakan kepada AFP bahwa kesulitannya bernapas melalui kabut berbahaya saat berkendara dengan sepeda motor memaksanya beralih ke bus dan taksi, meskipun biayanya lebih mahal. "Kualitas udara sangat buruk sehingga saya benar-benar tidak merasa bisa bernapas dengan mudah di udara terbuka. Saya harus memakai masker sepanjang waktu," katanya.
Penyebab Polusi Udara Parah di Hanoi
WHO menyatakan bahwa polusi udara meningkatkan risiko masalah kesehatan serius, termasuk stroke, penyakit jantung, dan kanker paru-paru. Para ahli mengatakan bahwa polusi di Hanoi adalah akibat dari pembangunan yang meluas, serta emisi dari banyaknya sepeda motor dan mobil yang melintasi ibukota setiap hari.
Emisi karbon dari pembangkit listrik batubara di utara dan pembakaran lahan pertanian memperburuk masalah ini. "Sumber emisi polusi berubah sedikit setiap hari," kata ahli iklim Huy Nguyen.
"Karena kondisi cuaca yang tidak menguntungkan saat ini, polutan tampaknya terkunci dalam sangkar kaca atmosfer raksasa yang tidak dapat mereka lepaskan dan mereka menumpuk setiap hari," imbuhnya.
Dia mengatakan bahwa warga Hanoi perlu menunggu angin muson timur laut yang kuat dengan hujan dan konveksi yang kuat agar situasi polusi membaik. Hujan biasanya tidak turun di kota hingga Maret.
Selain Hanoi, Jakarta juga kerap masuk dalam daftar ibu kota dengan polusi udara terburuk di dunia. Kondisi lingkungan yang buruk itu juga dinilai membahayakan kesehatan, dengan berbagai titik di Jakarta mencapai level merah.
Advertisement
Desakan Batalkan Event Lari
Kondisi itu disoroti akun Twitter @piotrj . Ia menyerukan pembatalan festival atau event lari di Jakarta karena kondisi polusi yang disebut jauh di atas batas aman.
"BATALKAN FESTIVAL LARI," tulisnya di akun X (dulunya Twitte), Senin, 18 November 2024. Dia mengingatkan bahwa aktivitas fisik seperti lari di tengah polusi tinggi dapat berdampak buruk pada kesehatan, terutama bagi paru-paru dan sistem kardiovaskular.
Risiko ini juga sangat mengancam anak-anak dan kelompok rentan. "Lari di saat polusi tinggi merugikan kesehatan. Membahayakan paru-paru, membahayakan sistem kardiovaskular. Apalagi untuk anak2 dan kelompok rentan," tambah akun tersebut.
Pemilik akun itu diketahui bernama Piotr Jakubowski dan merupakan co-founder Nafas Indonesia. sebuah startup yang menyediakan alat pengukur kualitas udara secara real-time dan terlokalisasi. Melansir kanal Tekno Liputan6.com, Jakubowski adalah pria asal Polandia yang lahir di Jakarta dan pernah bekerja di beberapa negara seperti Amerika Serikat dan Jepang.
Di Indonesia, pria ekspatriat ini juga pernah menjabat sebagai Chief Marketing Officer (CMO) GoJek pada 2016-2018 dan kemudian bekerja di berbagai perusahaan sebelum mendirikan Nafas Indonesia bersama Nathan Roestandy pada 2020. Cuitan Piotr pun menuai banyak perhatian dan komentar dari warganet yang membagikan pengalaman tak menyenangkan dengan polusi udara Jakarta.
Tiadakan Lari di Hari Tinggi Polusi
"Saya orang Surabaya, seminggu dinas di Jakarta langsung tenggorokan nggak enak dan batuk. Begitu pulang, kondisi saya kembali fit. Memang beda banget udaranya," komentar seorang warganet.
Komentar senada datang dari warga Jakarta sendiri yang merasa khawatir untuk berolahraga di luar ruangan. "Tadinya mau lari sore di GBK, tapi setelah lihat angka PM 2.5 sampai 186, saya langsung batal. Ngeri banget,"Â tulis warganet lain.
Fenomena ini juga dirasakan oleh warga yang tinggal di apartemen. "Tinggal di lantai 17, beberapa hari terakhir langit terlihat butek. Awalnya saya kira ini karena mendung, tapi ternyata polusi. Langit tetap buram walau hujan," kata warganet yang lain.
Namun, ada juga yang protes kalau lomba lari ditiadakan karena minat masyarakat terutama di Jakarta sedang sangat tinggi dan itu merupakan hal positif. "Malahan event lari mendorong orang buat olahraga lagi. Menghentikan trend lari malah membawa petaka yang lain," ujar seorang warganet.
Cuitan itu langsung ditanggapi oleh Piotr. Ia menuliskan bukan menyerukan untuk menghentikan semua lomba lari. "Jangan menghentikan. Tapi ditidak-adakan di hari yang polusinya tinggi. Pemerintahan Korea sudah secara rutin batalkan aktivitas olahraga kalo polusinya terlalu tinggi," jawabnya pada Minggu, 17 November 2024.
Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence
Advertisement