Liputan6.com, Jakarta - Masjid Agung Keraton Buton, atau yang lebih dikenal dengan nama Masjid Agung Wolio adalah salah satu situs bersejarah yang terletak di Kota Bau-Bau, Sulawesi Tenggara. Masjid ini memiliki sejarah panjang yang menarik untuk diulik.
Mengutip laman Dunia Masjid, Jumat, 14 Maret 2025, masjid ini didirikan pada 1712 oleh Sultan Zakiyuddin Durul Alam. Disebutkan bahwa masjid ini menggantikan bangunan sebelumnya yang hancur akibat perang saudara.
Pembangunan masjid ini banyak diwarnai mitos. Namun, cerita mitos tersebut boleh jadi mengandung kebenaran apabila dikaitkan dengan mukjizat para nabi dan waliyullah di masa lalu. Atas izin Allah, mereka bisa berbuat sesuatu di luar jangkauan akal manusia.
Advertisement
Selain sejarahnya yang kaya, masjid ini juga memiliki berbagai mitos dan tradisi unik yang menjadikannya tempat yang wajib dikunjungi. Berikut adalah enam fakta menarik Masjid Agung Keraton Buton yang bisa menambah wawasan Anda, dirangkum Tim Lifestyle Liputan6.com dari berbagai sumber.
1. Sejarah dan Pembangunan Masjid
Masjid Agung Keraton Buton memiliki sejarah yang sangat panjang. Meskipun bangunan masjid yang ada saat ini dibangun pada 1712, sebuah masjid sebelumnya telah ada di lokasi yang sama sejak 1538.
Sayangnya, masjid itu hancur akibat perang saudara yang berkecamuk. Bangunan masjid yang sekarang ini menggantikan masjid yang terbakar tersebut dan menjadi saksi bisu perjalanan sejarah Kerajaan Buton di abad ke-15.
2. Lokasi Strategis
Masjid ini terletak di puncak bukit batu, di dalam kompleks Keraton dan Benteng Kesultanan Buton. Lokasi yang tinggi ini memberikan pemandangan yang sangat indah, memungkinkan pengunjung untuk menikmati keindahan alam sekitar.
Dengan letaknya yang strategis, masjid ini menjadi salah satu landmark penting di Kota Bau-Bau. Bukan sekadar tempat ibadah, bentuk bangunannya yang menarik karena merepresentasikan gaya arsitektur masa lampau kerap jadi latar foto yang Instagramable.
3. Mitos dan Legenda
Masjid Agung Keraton Buton juga kaya akan mitos dan legenda. Salah satu yang paling terkenal adalah keberadaan sebuah lubang dekat mihrab yang konon merupakan pintu masuk ke gua bawah tanah.
Legenda mengatakan bahwa lubang ini terhubung ke Mekkah dan memungkinkan pendengarnya untuk mendengar azan dari sana. Ada juga kepercayaan bahwa melihat ke dalam lubang tersebut dapat mempertemukan seseorang dengan kerabat yang telah meninggal. Meskipun cerita ini menarik, kebenarannya masih menjadi bahan perdebatan.
Advertisement
4. Arsitektur dan Desain yang Unik
Masjid ini memiliki ukuran 20,6 x 19,4 meter dan meskipun tidak memiliki menara, terdapat tiang bendera tinggi (Kasulaana Tombi) yang menjulang lebih tinggi dari bangunan masjid itu sendiri. Tiang ini dulunya digunakan untuk mengibarkan bendera Kesultanan Buton.
Selain itu, masjid ini memiliki 12 pintu masuk, dengan salah satunya berfungsi sebagai pintu utama. Di bagian dalam, terdapat mihrab dan mimbar yang terbuat dari batu bata, dengan hiasan ukiran kayu bercorak tumbuhan yang mirip dengan ukiran Arab.
5. Ritual Salat Jumat yang Unik
Salat Jumat di Masjid Agung Keraton Buton memiliki tradisi dan ritual yang unik. Salah satunya adalah pemukulan bedug dengan jumlah dan irama tertentu oleh petugas khusus (Tungguna Ganda).
Selain itu, tata cara berpakaian yang khusus untuk para pengurus masjid dan imam juga menjadi bagian dari tradisi tersebut. Penggunaan tongkat dalam pelantikan dan pelaksanaan sholat Jumat juga merupakan bagian dari tradisi yang tidak biasa, menjadikan pengalaman beribadah di sini semakin istimewa.
6. Jumlah Pegawai Masjid yang Besar
Masjid Agung Keraton Buton bukan hanya sekadar tempat ibadah, tetapi juga merupakan situs bersejarah dan wisata religi yang penting di Sulawesi Tenggara. Keunikan arsitektur, sejarah, mitos, dan ritualnya menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung.
Meskipun beberapa informasi yang disampaikan di sini merupakan cerita rakyat dan legenda, kebenarannya masih perlu diverifikasi. Namun, hal ini justru menambah daya tarik dan misteri dari Masjid Agung Keraton Buton yang patut untuk dijelajahi.
Masjid Agung Keraton Buton memiliki jumlah perangkat syara' yang cukup besar, mencapai 60 orang. Jumlah ini termasuk seorang qadhi (hakim), seorang imam, empat khatib, 12 muazin, dua tungguna ganda, dan 40 jamaah tetap.
Jumlah pegawai ini jauh lebih besar dibandingkan dengan masjid-masjid bersejarah lainnya di Indonesia. Hal ini ikut menunjukkan betapa pentingnya masjid ini dalam kehidupan masyarakat setempat yang merupakan tonggak keberadaan Islam di Pulau Bau-Bau.
Advertisement