Sukses

Ratusan Ribu Pasang Sepatu Donasi Menumpuk di Singapura karena Proyek Daur Ulang Mandek

Lebih dari 400 ribu pasang sepatu sudah dikumpulkan selama empat tahun belakangan di Singapura. Namun, hanya sekitar 70 ribu pasang sepatu yang sudah didaur ulang.

Liputan6.com, Jakarta - Ribuan pasang sepatu, termasuk sneaker dan sandal, hasil donasi menumpuk di sebuah gudang di kawasan Tuas, Singapura. Sepatu-sepatu yang dikumpulkan dari warga negara tersebut awalnya akan diproses jadi cacahan dan digunakan untuk berbagai proyek, seperti lintasan lari dan taman bermain.

Namun, para pengelola proyek kesulitan menemukan tempat-tempat yang ingin menggunakan hasil daur ulang sepatu donasi tersebut. Melansir CNA, Senin, 17 Maret 2025, program ini merupakan kolaborasi agensi olahraga nasional Singapura (SportSG) dan Dow, sebuah perusahaan ilmu pengetahuan material.

Proyek ini dimulai sekitar empat tahun lalu dengan misi mendaur ulang 170 ribu pasang sepatu olahraga bekas setiap tahunnya. Lebih dari 400 ribu pasang sepatu sudah dikumpulkan, namun hanya sekitar 70 ribu pasang sepatu yang sudah didaur ulang untuk 18 proyek, termasuk trek lari di atap sebuah apartemen.

Menurut Paul Fong selaku Country Director dari Dow Singapore dan Malaysia, sepatu-sepatu yang masih tersisa tidak akan didonasikan kembali atau dijual ke tempat lain. "Kami benar-benar ingin mempergunakan sepatu-sepatu ini daripada membuangnya atau menimbunnya hingga jadi sampah. Hal itu sesuai tujuan utama proyek ini adalah mendaur ulang sepatu dan kami berharap akan lebih banyak pihak yang mau berkolaborasi dengan kami," terangnya.

Proyek tersebut saat ini sudah menggandeng empat partneryaitu B T Sports, Alba WH, Decathlon, dan Standard Chartered Bank. Direktur B T Sports, Hayden Hoon, mencatat, ada sekitar 22 juta pasang sepatu dibeli di Singpura setiap tahunnya.

Artinya, jumlah sepatu yang dikumpulkan sejak program daur ulang imi dimulai pada Juli 2021 itu masih sangat kecil dibanding sepatu yang beredar. Hoon mengatakan, untuk mengumpulkan sepatu dalam jumlah banyak, tentunya butuh gudang penyimpanan yang besar.

"Kami mencoba melihat gambaran yang lebih besar, yaitu sepatu-sepatu ini bisa saja memenuhi Pulau Semakau jika kami tidak menyimpannya dalam gudang," ujar Hoon.

Promosi 1
2 dari 4 halaman

Biaya Mahal Daur Ulang

Mengenai tumpukan sepatu hasil donasi yang kini berada di gudang di kawasan Gul Drive, menurut Hoon, pihaknya berusaha mengatur pemakaiannya semaksimal mungkin, terutama untuk fasilitas olahraga. "Kami tetap melangkah maju, kami ingin sepatu-sepatu itu digunakan untuk berbagai proyek," harap Hoon.

Sementara itu, Paul Fong mengatakan, hasil analisa laboratorium menunjukkan bahwa material hasil sepatu daur ulang punya faktor keamanan lebih baik, sekaligus memgurangi jejak karbon dari remah-remah ban impor.

Singapura merupakan negara pengimpor serpihan karet ban yang biasanya digunakan untuk membuat permukaan taman bermain dan jalur sepeda. "Kami juga meminta bantuan sejumlah universitas maupun politeknik untuk menelusuri kemungkinan hasil daur ulang sepatu bisa dipakai di dalam ruangan," jelas Fong.

Namun, menurut seorang pakar, Duong Hai Minh dari National University of Singapore’s (NUS) Jurusan Teknik Mesin, sangat sulit mengontrol kualitas produk yang dihasilkan dari daur ulang sepatu bekas. Dong mengatakan, ban yang kuat dibuat dari satu bahan utama saja. Sedangkan yang dibuat dengan campuran bahan sepatu juga akan membuatnya lebih mahal karena mendaur ulang sepatu butuh biaya cukup mahal.

3 dari 4 halaman

Cara yang Murah Lebih Diminati

"Dalam hal performa, jika Anda membangun lintasan lari dan taman bermain dari ban mobil bekas, hasilnya akan lebih konsisten dan tahan lama," ungkap Dong. Hoon juga menyetujui hal tersebut dan mengakui proses daur ulang selalu butuh banyak biaya.

"Melakukan cara yang sudah biasa kita lakukan sejak lama memang jadi cara yang lebih murah. Cara seperti itulah yang membuat bisnis bisa berjalan," pungkasnya.

Sementara itu di Indonesia pada 2023 lalu, Menteri Perindustrian (Menperin) saat itu, Agus Gumiwang Kartasasmita, menegaskan bahwa praktik impor ilegal sepatu bekas harus dihentikan karena berdampak buruk bagi industri alas kaki dalam negeri.

"Seperti yang bisa dilihat pada video hasil investigasi salah satu jurnalis di Singapura, terungkap bahwa sepatu-sepatu bekas dari negara tersebut yang disumbangkan pemiliknya untuk proyek sustainability ternyata berakhir di pasar-pasar loak di Indonesia. Praktik impor ilegal sepatu bekas ini harus dihentikan karena berdampak buruk bagi industri alas kaki dalam negeri," kata dia di Jakarta, Senin, 6 Maret 2023, dikutip dari kanal Bisnis Liputan6.com.

Dikatakan, industri alas kaki dalam negeri masih mengalami kontraksi. Hal ini merupakan hasil survei Indeks Kepercayaan Industri (IKI) pada Februari 2023.

4 dari 4 halaman

Sepatu Donasi di Singapura Dijual di Indonesia

Kondisi ini terpengaruh penurunan ekspor sebagai dampak dari permintaan global yang belum juga membaik karena pengaruh inflasi dan resesi. Pasar domestik diharapkan mampu mendongkrak pembelian sepatu dari industri alas kaki lokal. Namun, masih maraknya impor ilegal sepatu bekas jadi kendala subsektor industri alaskaki untuk tumbuh optimal.

Video yang dimaksud Menperin menyebutkan bahwa semula, masyarakat Singapura mendonasikan sepatu olahraga bekas pakai mereka melalui boks-boks donasi di tempat umum. Disebutkan bahwa sepatu-sepatu tersebut akan didaur ulang jadi alas taman bermain dan trek lari.

Seorang jurnalis memasang alat pelacak di beberapa sepatu yang disumbangkannya. Namun, hasil pelacakannnya menunjukkan bahwa sepatu-sepatu tersebut dijual di pusat-pusat penjualan sepatu bekas di Batam maupun Jakarta.

"Kejadian ini menunjukkan bahwa impor ilegal sepatu bekas dilakukan secara terorganisasi dan menyalahgunakan proyek sosial. Kemenperin tidak bisa sendirian bertindak memerangi aktivitas impor ilegal ini. Perlu dukungan dari pihak-pihak yang memiliki kewenangan untuk menerapkan aturan dengan tegas," ujar Menperin Agus.

Dia menjelaskan, Kemenperin telah melakukan koordinasi lebih lanjut dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian terkait masalah impor ilegal dan peningkatan pengawasan barang impor sampai ke pelabuhan terkecil.

 

Selanjutnya: Biaya Mahal Daur Ulang