Novia Harlina

Anggota Komisi III DPR RI, M. Nasir Djamil, memandang tragedi polisi menembak polisi di Solok Selatan, Sumatera Barat, sebagai momentum penting untuk mengevaluasi penggunaan senjata api

Bagi pihak yang kalah, biasanya kuasa hukum mereka akan panik di persidangan Mahkamah Konstitusi (MK). Bahkan, terkadang mereka menghadirkan gosip sebagai alat bukti. Padahal, namanya juga gosip, bagaimana bisa dibuktikan.

Kasus Polisi Tembak Polisi di Solok Selatan ini diduga terkait dugaan backing tambang ilegal yang melibatkan oknum kepolisian.

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo memerintahkan Polda Sumatera Barat (Sumbar) untuk menindak tegas pelanggaran hukum pidana dan etik di kasus polisi tembak polisi yang terjadi di Polres Solok Selatan.

Pihak keluarga tidak menyangka AKP Ulil Riyanto meninggal dengan cara tragis

AK Ryanto ditembak oleh Kabag Ops Polres Solok Selatan, AKP Dadang Iskandar (57) pada Jumat (22/11/2024) dini hari di area parkir Polres Solok Selatan.

Selain mendatangi Polda Sumbar, Komisi III DPR juga akan memanggil Kapolda Sumbar Irjen Suharyono buntut kasus polisi tembak mati polisi di Polres Solok Selatan. Diketahui, Kabag Ops Polres Solok Selatan menembak mati rekan sejawatnya Kasat Reskrim Polres Solok Selatan saat tengah menangani kasus tambang ilegal.

Insiden polisi tembak polisi kembali terjadi di institusi Polri. Kali ini terjadi di Solok Selatan yang diduga kuat karena persoalan tambang ilegal.

Kasat Reskrim Polres Solok Selatan, AKP Ryanto Ulil Anshar tewas ditembak Kabag Ops Polres Solok Selatan, AKP Dadang Iskandar, pada Jumat dini hari (22/11/2024).

Seorang perwira polisi menembak rekan perwiranya sendiri menggunakan senjata api pada Jumat dini hari, (22/11/2024).