Salma Aulia

Beredarnya informasi palsu, seperti hoaks, misinformasi, disinformasi dan malinformasi sering terjadi di internet maupun media sosial.

Pada era digital, alat bantu kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) digunakan oleh peretas untuk melakukan phishing.

Saat ini kepopuleran artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan makin meningkat.

Fenomena hoaks yang disebarkan oleh akun-akun palsu (fake account) dapat menimbulkan dampak yang cukup besar bagi masyarakat.

Kementerian Komunikasi dan Informatika mengingatkan para aparatur sipil negara (ASN) untuk memperhatikan jejak digitalnya. Mengapa demikian? Simak artikel berikut ini.

Maraknya fake news atau hoaks tak jauh dari pengaruh kecanggihan teknologi saat ini.

Bersamaan dengan berkembangnya internet dan media sosial, misinformasi dan klaim-klaim salah juga ikut semakin banyak menyebar. Dalam proses pemeriksaan fakta terdapat istilah debunking dan prebunking. Apa itu debunking dan prebunking? Yuk simak ulasan berikut ini.

Praktik jurnalisme cek fakta semakin berkembang di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir sebagai respons terhadap maraknya penyebaran informasi palsu atau hoaks di media sosial.

Media kerap kali menyoroti sasaran utama dari literasi digital adalah masyarakat.

Kesadaran bermedia sosial sangat penting jelang pemilu 2024 karena media sosial telah menjadi platform yang sangat berpengaruh dalam menyebarkan informasi, termasuk informasi politik