--Menyusun Cerita di Tengah Bising Zaman--
Menjadi jurnalis, bagi saya bukan sekadar pekerjaan. Ia semacam takdir yang dipilih dengan sadar seperti laku hidup yang menaruh percaya pada kata, gambar, suara dan makna. Sebab kata-kata bukan sekadar alat, melainkan jalan pulang menuju apa yang kita sebut dengan kebenaran, meski samar dan tak selalu pasti.
Saya memulainya pada 1998, sebelum internet menjelma hutan belantara berita, ketika suara mesin cetak masih menjadi jantung pagi para pembaca. Saat itu media online masih meraba bentuk. Saya masuk ke media online bernama ASIA 100 (salah satu yang masih mengandalkan modem dan kesabaran).
Setahun kemudian, saya menjejakkan kaki ke dunia cetak, ke Majalah Otomotif. Dunia mesin, kecepatan, dan aroma bensin. Tapi saya tak menetap lama. Akhir 1999, saya berpindah ke Liputan6.com milik SCTV, media yang saat itu mulai meraba-raba masa depan berita digital.
Dari SCTV ke SCM, kemudian KMK dan sekarang di KapanLagi Youniverse (KLY) bersama Liputan6.com, saya tetap bergulat dengan detik, gambar, suara dan kalimat. Kini, saya menjabat sebagai Wakil Redaktur Pelaksana Multimedia, di produksi konten video baik live maupun kreative. bisa dibilang menjembatani suara dengan rupa, kata dengan visual, dan menakar kecepatan tanpa kehilangan kedalaman.
Barangkali, jika ditanya apa yang membuat saya bertahan lebih dari dua dekade di dunia yang keras ini, saya akan menjawab dengan kalimat yang sederhana: karena saya percaya, jurnalisme masih punya arti.