Liputan6.com, Ambon: Menjelang ulang tahun gerakan Republik Maluku Selatan (RMS) Senin lusa, teror bom di Ambon terus terjadi. Setelah kemarin terjadi ledakan di perbatasan Batu Gantung-Waringin, Sabtu (23/4) siang tadi, pusat perbelanjaan Ambon Plaza mendapat ancaman bom. Namun ancaman ini tak terbukti.
Informasi adanya bom pertama kali disampaikan seorang pedagang di Blok C lantai I ke aparat keamanan Ambon Plaza. Pedagang itu mengatakan bahwa dirinya mendapat kabar tersebut dari seorang tukang ojek. Informasi ini lalu diteruskan ke Kepolisian Daerah Maluku yang segera menurunkan Tim Penjinak Bahan Peledak (Jihandak) ke lokasi. Tim Jihandak yang menyisir lokasi selama satu jam tak berhasil menemukan bom yang dimaksud. Untuk mengungkap teror bom ini, polisi membawa pedagang di Blok C yang menyebarkan informasi bom tersebut. Polisi juga tengah mengejar tukang ojek.
Sementara Kepolisian Resor Pulau Ambon dan Pulau-Pulau Lease kembali menetapkan satu tersangka dalam kasus ledakan di perbatasan Batu Gantung-Waringin, Jumat malam. Tersangka baru ini bernama Philipus Kastaya. Sebelumnya status tersangka sudah ditetapkan untuk Amos Kastaya dan Yohosoa Latusia. Ketiganya terbukti memiliki dua bahan peledak dan senjata tajam saat peristiwa terjadi. Sementara tiga orang lainnya masih menjalani pemeriksaan intensif [baca: Dua Orang Menjadi Tersangka Pengeboman di Ambon].
Kepala Polres Pulau Ambon dan Pulau-Pulau Lease Ajun Komisaris Besar Polisi Leonidas Braksan menyatakan, peledakan bom rakitan dan teror bom di Ambon Plaza itu merupakan upaya provokasi menjelang HUT RMS, 25 April mendatang. Karena itu, Leonidas meminta warga tetap tenang dan mewaspadai orang-orang yang mencurigakan.
Di bagian lain, kediaman tokoh Front Kedaulatan Maluku Alexander Hermanus Manuputty alias Alex Manuputty masih tetap sepi. Hampir dipastikan tak ada kegiatan untuk merayakan HUT ke-55 RMS. Situasi di rumah Manuputty di Jalan Lorong PMO kawasan Kudamati, Ambon, terlihat normal. Padahal di tahun-tahun sebelumnya, kawasan ini selalu ramai menjelang 25 April atau HUT RMS.
Di kawasan tersebut, warga sekitar beraktivitas seperti biasa. Warga Ambon yakin saat peringatan hari jadi RMS nanti tidak akan ada kerusuhan seperti tahun silam. Alasannya antisipasi aparat keamanan dengan warga selama ini telah berjalan baik. "Masyarakat di sini sudah tak terlalu waswas lagi," kata Irene Hayat, warga di sekitar kediaman Manuputty yang diamini penduduk lainnya [baca: Kediaman Alex Manuputty Sepi].
Aparat kepolisian memang terus secara rutin berpatroli di sekitar kediaman Manuputty. Bahkan sejak Maret silam polisi telah membuka Pos Koordinasi Siaga di dekat rumah tokoh FKM itu. Langkah ini dilakukan untuk mencegah FKM menggelar upacara peringatan HUT RMS. Tahun lalu di depan rumah inilah sempat terjadi kerusuhan setelah dilakukan pengibaran bendera RMS(DEN/Tim Liputan 6 SCTV)
Informasi adanya bom pertama kali disampaikan seorang pedagang di Blok C lantai I ke aparat keamanan Ambon Plaza. Pedagang itu mengatakan bahwa dirinya mendapat kabar tersebut dari seorang tukang ojek. Informasi ini lalu diteruskan ke Kepolisian Daerah Maluku yang segera menurunkan Tim Penjinak Bahan Peledak (Jihandak) ke lokasi. Tim Jihandak yang menyisir lokasi selama satu jam tak berhasil menemukan bom yang dimaksud. Untuk mengungkap teror bom ini, polisi membawa pedagang di Blok C yang menyebarkan informasi bom tersebut. Polisi juga tengah mengejar tukang ojek.
Sementara Kepolisian Resor Pulau Ambon dan Pulau-Pulau Lease kembali menetapkan satu tersangka dalam kasus ledakan di perbatasan Batu Gantung-Waringin, Jumat malam. Tersangka baru ini bernama Philipus Kastaya. Sebelumnya status tersangka sudah ditetapkan untuk Amos Kastaya dan Yohosoa Latusia. Ketiganya terbukti memiliki dua bahan peledak dan senjata tajam saat peristiwa terjadi. Sementara tiga orang lainnya masih menjalani pemeriksaan intensif [baca: Dua Orang Menjadi Tersangka Pengeboman di Ambon].
Kepala Polres Pulau Ambon dan Pulau-Pulau Lease Ajun Komisaris Besar Polisi Leonidas Braksan menyatakan, peledakan bom rakitan dan teror bom di Ambon Plaza itu merupakan upaya provokasi menjelang HUT RMS, 25 April mendatang. Karena itu, Leonidas meminta warga tetap tenang dan mewaspadai orang-orang yang mencurigakan.
Di bagian lain, kediaman tokoh Front Kedaulatan Maluku Alexander Hermanus Manuputty alias Alex Manuputty masih tetap sepi. Hampir dipastikan tak ada kegiatan untuk merayakan HUT ke-55 RMS. Situasi di rumah Manuputty di Jalan Lorong PMO kawasan Kudamati, Ambon, terlihat normal. Padahal di tahun-tahun sebelumnya, kawasan ini selalu ramai menjelang 25 April atau HUT RMS.
Di kawasan tersebut, warga sekitar beraktivitas seperti biasa. Warga Ambon yakin saat peringatan hari jadi RMS nanti tidak akan ada kerusuhan seperti tahun silam. Alasannya antisipasi aparat keamanan dengan warga selama ini telah berjalan baik. "Masyarakat di sini sudah tak terlalu waswas lagi," kata Irene Hayat, warga di sekitar kediaman Manuputty yang diamini penduduk lainnya [baca: Kediaman Alex Manuputty Sepi].
Aparat kepolisian memang terus secara rutin berpatroli di sekitar kediaman Manuputty. Bahkan sejak Maret silam polisi telah membuka Pos Koordinasi Siaga di dekat rumah tokoh FKM itu. Langkah ini dilakukan untuk mencegah FKM menggelar upacara peringatan HUT RMS. Tahun lalu di depan rumah inilah sempat terjadi kerusuhan setelah dilakukan pengibaran bendera RMS(DEN/Tim Liputan 6 SCTV)