Liputan6.com, Jakarta: Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika 2005 resmi ditutup, Sabtu (23/4). Tak sedikit kalangan yang pesimistis akan hasil KAA kali ini. Salah satunya adalah Des Alwi, saksi sejarah KAA 1955 di Bandung, Jawa Barat. Bagi Des Alwi, KAA kali ini tak akan mungkin mengulang keberhasilan konferensi yang sama 50 tahun silam. Des meyakini antusiasme para kepala negara dan kepala pemerintahan memenuhi undangan 50 tahun KAA tak lebih dari sekadar romantisme dan nostalgia.
Sedikit mengulang pada KAA di Bandung, Des Alwi menceritakan, persiapan KAA ketika itu sangatlah rumit. Ini terutama karena Indonesia, apalagi Bandung yang menjadi tempat penyelenggaraan konferensi belum dikenal. "Orang tahu revolusi kita [Indonesia], makanya saya bawa film-film tentang Bandung dari PFN [Pusat Film Nasional]," ujar Des yang kala itu menjadi atase Indonesia Bidang Media Massa di Markas Perserikatan Bangsa-Bangsa di Jenewa, Swiss.
Des Alwi menambahkan, tiga bulan dibutuhkan untuk promosi KAA yang semuanya dipusatkan di Jenewa [Markas Besar PBB]. Tak diduga, hasilnya ternyata positif. Beberapa negara Asia dan Afrika, seperti Kenya, Tanzania, bahkan Malaysia, merdeka setelah KAA pada 1955. Tak hanya itu, peranan KAA saat itu juga besar untuk menyatukan bangsa-bangsa Asia dan Afrika. "Orang Barat juga insyaf," ujar tokoh Maluku itu.(ORS/Anastasya Andriarti dan Eko Saktia)
Sedikit mengulang pada KAA di Bandung, Des Alwi menceritakan, persiapan KAA ketika itu sangatlah rumit. Ini terutama karena Indonesia, apalagi Bandung yang menjadi tempat penyelenggaraan konferensi belum dikenal. "Orang tahu revolusi kita [Indonesia], makanya saya bawa film-film tentang Bandung dari PFN [Pusat Film Nasional]," ujar Des yang kala itu menjadi atase Indonesia Bidang Media Massa di Markas Perserikatan Bangsa-Bangsa di Jenewa, Swiss.
Des Alwi menambahkan, tiga bulan dibutuhkan untuk promosi KAA yang semuanya dipusatkan di Jenewa [Markas Besar PBB]. Tak diduga, hasilnya ternyata positif. Beberapa negara Asia dan Afrika, seperti Kenya, Tanzania, bahkan Malaysia, merdeka setelah KAA pada 1955. Tak hanya itu, peranan KAA saat itu juga besar untuk menyatukan bangsa-bangsa Asia dan Afrika. "Orang Barat juga insyaf," ujar tokoh Maluku itu.(ORS/Anastasya Andriarti dan Eko Saktia)