Liputan6.com, Jakarta: Sejumlah anggota DPR diduga terlibat korupsi di Komisi Pemilihan Umum (KPU). Indikasi keterlibatan anggota Dewan itu pernah dikemukakan Ketua KPU Nazaruddin Sjamsuddin kepada anggota Komisi III DPR Patrialis Akbar.
"Pak Patrialis. Saya mohon maaf. Saya agak susah posisinya," kata Nazaruddin seperti ditirukan Patrialis kepada SCTV, Ahad (24/4).
"Kenapa, Pak?"
"Ya, terus terang saja kawan Bapak juga ada di KPU dari DPR."
"Siapa orangnya? Buka saja!" desak Patrialis.
"Saya sangat tidak etis membuka itu."
"Mudah-mudahan Pak Nazaruddin ingat itu," tutur Patrialis, "dia bilang itu pada saya."
Ketua Komisi III DPR Teras Narang menyatakan telah mendengar tuduhan ada indikasi anggota Dewan terlibat dalam penyimpangan dana di KPU. Anggota Dewan dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ini mempersilakan untuk mengusut anggota DPR. "Siapa pun anggota DPR yang menerima sesuatu secara langsung dari KPU atau dari manapun untuk diusut," kata Teras Narang.
Dari Rumah Tahanan Salemba Jakarta Pusat, Mulyana Wira Kusumah memprotes penilaian Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas temuan penyimpangan berdasarkan spesifikasi dalam proses pemenangan tender kotak suara. Menurut Mulyana, semua keputusan dalam tender adalah hasil keputusan rapat yang melibatkan tiga pejabat KPU berinisial CL, CH dan LM. Protes Mulyana itu disampaikan kuasa hukumnya, Sira Prayuna, yang menjenguknya siang tadi.
Menurut Mulyana, keputusan pemenangan tender kotak suara oleh PT Survindo Indah Prestasi merupakan keputusan kolektif dalam rapat KPU yang dipimpin CL, CH dan LM. Selain itu, spesifikasi ketebalan alumunium kotak suara dari PT Tjakra tidak bisa menjadi acuan untuk menyimpulkan ada penyimpangan. Sementara putra Mulyana, Deden Guevara, menyatakan ayahnya siap dikonfrontir oleh Komisi Pemberantasan Korupsi, besok [baca: Mulyana Meminta Interaksi KPU-Sekjen-Auditor BPK Dibuka].
Sejauh ini, Wakil Ketua DPR Muhaimin Iskandar mengaku belum mengecek kebenaran indikasi ini. "Saya melihat antisipasi kebutuhan, jadi enggak ada masalah" kata Muhaimin.(YYT/Tim Liputan 6 SCTV)
"Pak Patrialis. Saya mohon maaf. Saya agak susah posisinya," kata Nazaruddin seperti ditirukan Patrialis kepada SCTV, Ahad (24/4).
"Kenapa, Pak?"
"Ya, terus terang saja kawan Bapak juga ada di KPU dari DPR."
"Siapa orangnya? Buka saja!" desak Patrialis.
"Saya sangat tidak etis membuka itu."
"Mudah-mudahan Pak Nazaruddin ingat itu," tutur Patrialis, "dia bilang itu pada saya."
Ketua Komisi III DPR Teras Narang menyatakan telah mendengar tuduhan ada indikasi anggota Dewan terlibat dalam penyimpangan dana di KPU. Anggota Dewan dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ini mempersilakan untuk mengusut anggota DPR. "Siapa pun anggota DPR yang menerima sesuatu secara langsung dari KPU atau dari manapun untuk diusut," kata Teras Narang.
Dari Rumah Tahanan Salemba Jakarta Pusat, Mulyana Wira Kusumah memprotes penilaian Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas temuan penyimpangan berdasarkan spesifikasi dalam proses pemenangan tender kotak suara. Menurut Mulyana, semua keputusan dalam tender adalah hasil keputusan rapat yang melibatkan tiga pejabat KPU berinisial CL, CH dan LM. Protes Mulyana itu disampaikan kuasa hukumnya, Sira Prayuna, yang menjenguknya siang tadi.
Menurut Mulyana, keputusan pemenangan tender kotak suara oleh PT Survindo Indah Prestasi merupakan keputusan kolektif dalam rapat KPU yang dipimpin CL, CH dan LM. Selain itu, spesifikasi ketebalan alumunium kotak suara dari PT Tjakra tidak bisa menjadi acuan untuk menyimpulkan ada penyimpangan. Sementara putra Mulyana, Deden Guevara, menyatakan ayahnya siap dikonfrontir oleh Komisi Pemberantasan Korupsi, besok [baca: Mulyana Meminta Interaksi KPU-Sekjen-Auditor BPK Dibuka].
Sejauh ini, Wakil Ketua DPR Muhaimin Iskandar mengaku belum mengecek kebenaran indikasi ini. "Saya melihat antisipasi kebutuhan, jadi enggak ada masalah" kata Muhaimin.(YYT/Tim Liputan 6 SCTV)