Liputan6.com, Tasikmalaya: Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, ternyata tak hanya terkenal dengan kerajinan. Tasikmalaya juga melambung dengan produksi buah manggis. Tak tanggung-tanggung, buah manggis Tasikmalaya sudah menembus pasar internasional. Para penggemar manggis di luar negeri menyukai buah berwarna ungu dari Tasikmalaya karena rasa manis, berkulit mulus, dan tahan lama.
Kecamatan Puspahiang adalah salah satu sentra manggis di Kabupaten Tasikmalaya. Lebih dari sepuluh pengusaha menggeluti bisnis buah manggis di lokasi ini. Satu di antaranya Haji Ene. Lelaki setengah baya itu dianggap berjasa mengenalkan manggis Puspahiang ke pasaran internasional. Selain Cina, Hongkong, dan Taiwan, manggis Tasikmalaya ini juga diekspor sampai ke Timur Tengah dan Eropa.
Menurut Ene, tak mudah mengekspor manggis ke luar negeri. Pasalnya, pasar luar negeri menerapkan standar yang ketat. Karena itu, Ene sendiri yang menyortir manggis yang akan diekspor. Manggis yang kurang memenuhi kualitas ekspor dipasarkan di dalam negeri. Biasanya pada musim panen, Ene mengaku, mampu menghasilkan 25 ton manggis tiap hari.
Lelaki yang hanya lulusan sekolah lanjutan tingkat pertama ini memulai usahanya sejak 1977. Namun, mulai menembus pasar internasional sembilan tahun kemudian. Dengan modal awal sebesar Rp 10 juta, kini, Ene sudah memiliki omzet hingga ratusan juta rupiah.(ORS/Wendy Surya)
Kecamatan Puspahiang adalah salah satu sentra manggis di Kabupaten Tasikmalaya. Lebih dari sepuluh pengusaha menggeluti bisnis buah manggis di lokasi ini. Satu di antaranya Haji Ene. Lelaki setengah baya itu dianggap berjasa mengenalkan manggis Puspahiang ke pasaran internasional. Selain Cina, Hongkong, dan Taiwan, manggis Tasikmalaya ini juga diekspor sampai ke Timur Tengah dan Eropa.
Menurut Ene, tak mudah mengekspor manggis ke luar negeri. Pasalnya, pasar luar negeri menerapkan standar yang ketat. Karena itu, Ene sendiri yang menyortir manggis yang akan diekspor. Manggis yang kurang memenuhi kualitas ekspor dipasarkan di dalam negeri. Biasanya pada musim panen, Ene mengaku, mampu menghasilkan 25 ton manggis tiap hari.
Lelaki yang hanya lulusan sekolah lanjutan tingkat pertama ini memulai usahanya sejak 1977. Namun, mulai menembus pasar internasional sembilan tahun kemudian. Dengan modal awal sebesar Rp 10 juta, kini, Ene sudah memiliki omzet hingga ratusan juta rupiah.(ORS/Wendy Surya)