Liputan6.com, Jakarta: Sedikitnya seribu orang yang tergabung dalam Forum Umat Islam berdemonstrasi di depan Kantor Kedutaan Besar Amerika Serikat, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Ahad (22/5) pagi. Mereka memprotes tindakan tentara AS terhadap tawanan Penjara Guantanamo, Teluk Guantanamo, Kuba, yang dianggap telah melecehkan umat Islam.
Aksi kelompok berbasis Islam seperti Partai Keadilan Sejahtera, Front Pembela Islam, Hizbut Tahrir Indonesia, Persatuan Islam dan kelompok lainnya ini diawali dari Bundaran Hotel Indonesia, Jalan M.H. Thamrin, Jakpus. Mereka kemudian berjalan kaki menuju Kantor Kedubes AS. Dalam orasinya mereka meneriakkan yel-yel anti-AS.
Pengunjuk rasa menyampaikan empat tuntutan pada pemerintah Gedung Putih. Di antaranya menuntut Presiden AS George Walker Bush untuk meminta maaf kepada umat Islam seluruh dunia. Mereka juga meminta Uncle Sam menarik mundur pasukannya dari pendudukan di negara-negara Islam seperti Irak dan Palestina.
Demonstrasi ini sebagai protes terhadap pelecehan Alquran oleh penyidik pemerintah Negeri Adidaya di Penjara Guantanamo seperti yang telah diberitakan Majalah Newsweek. Para penyidik AS itu memasukkan kitab suci umat Islam ke dalam toilet demi mengorek informasi tawanan yang sebagian besar muslim tersebut.
Belakangan, majalah terkemuka yang terbit di AS itu menyampaikan permintaan maaf dan menarik laporan tersebut [baca: Newsweek Meminta Maaf]. Namun, penarikan laporan itu tak mampu meredakan kemarahan umat Islam. Justru semakin meyakinkan umat Islam ini akan kebenaran dari kasus di Guantanamo itu.
Berita ini kemudian menyulut reaksi keras dari negara-negara Islam di antaranya Pakistan, Iran, dan Afghanistan. Di Iran, ribuan orang menggelar unjuk rasa di Teheran seusai menunaikan salat Jumat. Sambil memegang Alquran, demonstran meneriakkan slogan anti-AS dan Israel [baca: Protes Terhadap Pelecehan Alquran Terus Berlanjut].
Menanggapi hal ini, pihak Washington DC berjanji akan menyelidiki kasus ini dan menindak tegas para pelakunya. Belakangan dari hasil investigasi pemerintah AS diketahui tak ditemukan perlakuan yang melecehkan kitab suci umat Islam seperti yang ditulis Newsweek.(JUM/Fira Abdurachman dan Daeng Tanto)
Aksi kelompok berbasis Islam seperti Partai Keadilan Sejahtera, Front Pembela Islam, Hizbut Tahrir Indonesia, Persatuan Islam dan kelompok lainnya ini diawali dari Bundaran Hotel Indonesia, Jalan M.H. Thamrin, Jakpus. Mereka kemudian berjalan kaki menuju Kantor Kedubes AS. Dalam orasinya mereka meneriakkan yel-yel anti-AS.
Pengunjuk rasa menyampaikan empat tuntutan pada pemerintah Gedung Putih. Di antaranya menuntut Presiden AS George Walker Bush untuk meminta maaf kepada umat Islam seluruh dunia. Mereka juga meminta Uncle Sam menarik mundur pasukannya dari pendudukan di negara-negara Islam seperti Irak dan Palestina.
Demonstrasi ini sebagai protes terhadap pelecehan Alquran oleh penyidik pemerintah Negeri Adidaya di Penjara Guantanamo seperti yang telah diberitakan Majalah Newsweek. Para penyidik AS itu memasukkan kitab suci umat Islam ke dalam toilet demi mengorek informasi tawanan yang sebagian besar muslim tersebut.
Belakangan, majalah terkemuka yang terbit di AS itu menyampaikan permintaan maaf dan menarik laporan tersebut [baca: Newsweek Meminta Maaf]. Namun, penarikan laporan itu tak mampu meredakan kemarahan umat Islam. Justru semakin meyakinkan umat Islam ini akan kebenaran dari kasus di Guantanamo itu.
Berita ini kemudian menyulut reaksi keras dari negara-negara Islam di antaranya Pakistan, Iran, dan Afghanistan. Di Iran, ribuan orang menggelar unjuk rasa di Teheran seusai menunaikan salat Jumat. Sambil memegang Alquran, demonstran meneriakkan slogan anti-AS dan Israel [baca: Protes Terhadap Pelecehan Alquran Terus Berlanjut].
Menanggapi hal ini, pihak Washington DC berjanji akan menyelidiki kasus ini dan menindak tegas para pelakunya. Belakangan dari hasil investigasi pemerintah AS diketahui tak ditemukan perlakuan yang melecehkan kitab suci umat Islam seperti yang ditulis Newsweek.(JUM/Fira Abdurachman dan Daeng Tanto)