Sukses

Minyak Tanah Masih Langka di Sejumlah Daerah

Warga di dua wilayah di Kabupaten Gowa, Sulsel, harus antre hingga berjam-jam untuk mendapatkan beberapa liter minyak tanah. Kelangkaan minyak tanah juga masih berlangsung di Kota Namlea, Kabupaten Buru, Maluku.

Liputan6.com, Jakarta: Antrean panjang warga untuk mendapatkan minyak tanah, kini sering ditemukan di sejumlah daerah dalam sebulan terakhir. Di sisi lain, kenaikan harga jenis bahan bakar minyak ini pun kian tak terkontrol. Situasi tersebut, contohnya masih terjadi di beberapa wilayah di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan dan Kota Namlea, Maluku.

Di Kecamatan Palangga dan Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Sabtu (2/7), warga rela antre hingga berjam-jam untuk mendapatkan beberapa liter minyak tanah. Padahal kelangkaan minyak tanah sudah berlangsung sejak Mei silam [baca: Sejumlah Daerah Masih Krisis BBM].

Menurut seorang pemilik pangkalan di Kelurahan Tompobalang, Somba Opu, sejak dua bulan terakhir suplai minyak tanah dari agen sangat terbatas. Biasanya, ia memperoleh dua mobil tangki setiap minggunya. Kini, pasokan minyak datang tiga kali dalam sebulan. Jumlah pasokan pun dikurangi. Akibatnya, dia harus membatasi penjualan kepada setiap pengecernya, yakni 15 liter. Padahal dalam kondisi normal, setiap pengecer dapat membeli 20 hingga 30 liter setiap harinya.

Kelangkaan minyak tanah juga terjadi di Kota Namlea, Kabupaten Buru, Maluku, sejak sebulan terakhir. Kondisi ini membuat harga minyak tanah melonjak tinggi. Harga minyak mencapai Rp 2.000 per liter dari harga eceran tertinggi (HET) yang sebesar Rp 900 per liter.

Sementara pihak Pertamina Kabupaten Buru membantah jika kelangkaan minyak tanah tersebut akibat pengurangan pasokan. Mereka mengaku pasokan berjalan seperti biasa, yakni 400 ribu kiloliter per bulan untuk tiga agen.(DEN/Tim Liputan 6 SCTV)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini