Liputan6.com, Jakarta: Sinyal tanda kereta api akan lewat nyaring berbunyi. Pintu perlintasan telah ditutup. Meski begitu, pengguna jalan terutama pemakai sepeda motor nekat menerobos. Sejumlah pejalan kaki pun mengikuti tanpa peduli bahaya menghadang. Pemandangan tersebut terekam di perlintasan kereta di kawasan Bintaro, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, baru-baru ini.
Buat Sukarwo, petugas kereta di Bintaro, Pesanggrahan, hal tersebut lumrah terjadi. Padahal kenekatan para penerobos pintu perlintasan dinilai berbahaya [baca: RS Fatmawati Nyaris Memulangkan Korban Tabrakan Bintaro]. Padahal, jika kecelakaan akibat kelalaian masyarakat, petugas kerap menjadi kambing hitam. "Lebih mudah ngatur bebek daripada manusia, karena lebih galak mereka [manusia]," kata Sukarwo.
Banyaknya kecelakaan kereta akibat tabrakan sesama sepur atau dengan kendaraan lain diakui Suwarko membebani dirinya. Termasuk kecelakaan antarkereta rangkaian listrik di kawasan Pasarminggu, Jaksel, Kamis pekan silam [baca: Tabrakan Kereta Listrik di Pasarminggu, Satu Tewas]. Sukarwo cuma berharap, masyarakat lebih bijaksana dengan tidak sembarangan menerobos pintu kereta. Dengan begitu tingkat kecelakaan bisa diminimalkan.(KEN/Heru Budi dan Amulher)
Buat Sukarwo, petugas kereta di Bintaro, Pesanggrahan, hal tersebut lumrah terjadi. Padahal kenekatan para penerobos pintu perlintasan dinilai berbahaya [baca: RS Fatmawati Nyaris Memulangkan Korban Tabrakan Bintaro]. Padahal, jika kecelakaan akibat kelalaian masyarakat, petugas kerap menjadi kambing hitam. "Lebih mudah ngatur bebek daripada manusia, karena lebih galak mereka [manusia]," kata Sukarwo.
Banyaknya kecelakaan kereta akibat tabrakan sesama sepur atau dengan kendaraan lain diakui Suwarko membebani dirinya. Termasuk kecelakaan antarkereta rangkaian listrik di kawasan Pasarminggu, Jaksel, Kamis pekan silam [baca: Tabrakan Kereta Listrik di Pasarminggu, Satu Tewas]. Sukarwo cuma berharap, masyarakat lebih bijaksana dengan tidak sembarangan menerobos pintu kereta. Dengan begitu tingkat kecelakaan bisa diminimalkan.(KEN/Heru Budi dan Amulher)