Liputan6.com, Jakarta: Khitanan atau sunatan termasuk upacara adat yang penting dirayakan bagi warga Betawi. Upacara itu pun digelar dalam nuansa tradisional dengan menampilkan tata upacara dan kesenian khas Betawi. Di kawasan Rawa Belong, Jakarta Barat, baru-baru ini, salah satu warganya menggelar acara tersebut untuk melestarikan budaya Betawi.
Dua bocah yang baru tiga hari disunat terlihat menaiki seekor kuda dengan didampingi sejumlah punggawa yang mengusungnya. Dengan diiringi suara tabuhan gendang irama marawis mereka diperlakukan bak seorang pangeran berjalan mengelilingi kampung. Nuansa kesenian Betawi pun benar-benar terasa, ketika kesenian tanjidor ikut dipersembahkan ketika arak-arakan berlangsung.
Acara keliling kampung itu berakhir di rumah sang pengantin sunat. Di tempat tersebut, sejumlah pendekar cilik telah menunggu dan tidak langsung membiarkan sang pengatin sunat memasuki rumahnya. Sebab, rombongan pengantin harus melewati pendekar cilik dengan bertarung. Akhirnya, para pengawal sang pengantin sunat pun bertindak. Sebelum mereka berkelahi ala silat Betawi, kedua pendekar harus bersilat lidah dahulu melalui sejumlah pantun berbahasa Betawi.
Perkelahian pun terjadi setelah mereka berpantun dan sang pendekar yang menjaga rumah pengantin sunat akhirnya kalah. Kekalahan pendekar tuan rumah itu adalah simbol para tamu untuk dipersilahkan masuk. Selain musik dan tradisi lisan khas Betawi, upacara adat ini pun dilengkapi dengan penganan khas Betawi, seperti soto Betawi atau ketupat sayur.(ZIZ/Polmart Aritonang dan Bambang Purwanto)
Dua bocah yang baru tiga hari disunat terlihat menaiki seekor kuda dengan didampingi sejumlah punggawa yang mengusungnya. Dengan diiringi suara tabuhan gendang irama marawis mereka diperlakukan bak seorang pangeran berjalan mengelilingi kampung. Nuansa kesenian Betawi pun benar-benar terasa, ketika kesenian tanjidor ikut dipersembahkan ketika arak-arakan berlangsung.
Acara keliling kampung itu berakhir di rumah sang pengantin sunat. Di tempat tersebut, sejumlah pendekar cilik telah menunggu dan tidak langsung membiarkan sang pengatin sunat memasuki rumahnya. Sebab, rombongan pengantin harus melewati pendekar cilik dengan bertarung. Akhirnya, para pengawal sang pengantin sunat pun bertindak. Sebelum mereka berkelahi ala silat Betawi, kedua pendekar harus bersilat lidah dahulu melalui sejumlah pantun berbahasa Betawi.
Perkelahian pun terjadi setelah mereka berpantun dan sang pendekar yang menjaga rumah pengantin sunat akhirnya kalah. Kekalahan pendekar tuan rumah itu adalah simbol para tamu untuk dipersilahkan masuk. Selain musik dan tradisi lisan khas Betawi, upacara adat ini pun dilengkapi dengan penganan khas Betawi, seperti soto Betawi atau ketupat sayur.(ZIZ/Polmart Aritonang dan Bambang Purwanto)