Liputan6.com, Jakarta: Indonesia yang berumur 60 tahun ini sebenarnya memiliki banyak anak bangsa yang andal. Namun sayangnya, transfer ilmu terhambat dengan masalah dana. Demikian disampaikan Nelson Tansu dalam perbincangan di studio Voice of Amerika di Washington D.C., Amerika Serikat dan disiarkan langsung SCTV, Rabu (17/8).
Jika yang mengeluarkan pendapat seperti itu adalah "orang biasa", tentu terkesan basi. Namun jika yang menyampaikan adalah seorang Nelson Tansu, tentu menarik untuk disimak. Nelson adalah profesor termuda di Lehigh University, Bethlehem, Pennsylvania 18015, AS. Dia juga tercatat sebagai pakar bidang fotonik elektronik dan nano teknologi yang telah menulis sekitar 85 publikasi ilmiah.
Yang mengagumkan, sudah tiga penemuan ilmiahnya yang dipatenkan di AS. Yakni, bidang semiconductor nanostructure, optoelectronics devices, dan high power semiconductor lasers. Di tengah kesibukannya melakukan riset-riset lainnya, dua buku Nelson sedang dalam proses penerbitan. Bukan main. Kedua buku tersebut merupakan buku pegangan wajib bagi mahasiswa strata satu di Amerika Serikat.
Di sejumlah kesempatan, banyak yang menganggap Nelson ada hubungan darah dengan mantan Perdana Menteri Turki Tansu Ciller. Ada pula yang menyangka pria berambut lurus ini orang Asia Timur seperti Jepang atau Tiongkok. Namun dengan tegas, penggemar buah-buahan dan masakan Padang ini mengaku sebagai orang Indonesia.
Nasionalisme pria kelahiran Medan, Sumatra Utara, 1977 itu memang tak diragukan lagi. Kendati telah berhasil menggapai sejumlah prestasi, pria yang bisa berbicara lima bahasa itu tak melupakan kampung halaman. Ada sejumlah rencana yang dia agendakan untuk membangun Indonesia. "Merekrut banyak orang Indonesia untuk melanjutkan Phd mereka di universitas Amerika sehingga waktu negara membutuhkan di kemudian hari, bakal banyak sumber daya manusia yang mampu dalam bidang iptek," tandas Assistant Professor Electrical and Computer Engineering Lehigh University itu.
"Visi untuk Indonesia di masa depan adalah universitas di Indonesia menjadi salah satu universitas yang terbaik di Asia. Sehingga, mengundang talenta-talenta muda untuk berkembang," lanjut Nelson. Untuk itu, Nelson menyarankan merekrut profesor asal Indonesia yang telah memahami cara operasi universitas berkualitas di luar negeri untuk menjadi rektor atau dekan di Indonesia.
Anak kedua dari pasangan Iskandar Tansu dan Lily Auw yang berdomisili di Medan itu juga menyoroti minimnya dana yang dimiliki Indonesia untuk kepentingan penelitian terutama bidang teknologi. Yang dia sarankan adalah, mengoptimalkan dana terbatas itu di riset tertentu yang bisa menjadikan Indonesia sebagai pionir dalam bidang tersebut. "Salah satu teknologi yang terkait dengan bidang saya ini misalnya nano teknologi," kata lelaki yang masih memegang paspor hijau berlambang Garuda itu.(YAN/Tim Liputan 6 SCTV)
Jika yang mengeluarkan pendapat seperti itu adalah "orang biasa", tentu terkesan basi. Namun jika yang menyampaikan adalah seorang Nelson Tansu, tentu menarik untuk disimak. Nelson adalah profesor termuda di Lehigh University, Bethlehem, Pennsylvania 18015, AS. Dia juga tercatat sebagai pakar bidang fotonik elektronik dan nano teknologi yang telah menulis sekitar 85 publikasi ilmiah.
Yang mengagumkan, sudah tiga penemuan ilmiahnya yang dipatenkan di AS. Yakni, bidang semiconductor nanostructure, optoelectronics devices, dan high power semiconductor lasers. Di tengah kesibukannya melakukan riset-riset lainnya, dua buku Nelson sedang dalam proses penerbitan. Bukan main. Kedua buku tersebut merupakan buku pegangan wajib bagi mahasiswa strata satu di Amerika Serikat.
Di sejumlah kesempatan, banyak yang menganggap Nelson ada hubungan darah dengan mantan Perdana Menteri Turki Tansu Ciller. Ada pula yang menyangka pria berambut lurus ini orang Asia Timur seperti Jepang atau Tiongkok. Namun dengan tegas, penggemar buah-buahan dan masakan Padang ini mengaku sebagai orang Indonesia.
Nasionalisme pria kelahiran Medan, Sumatra Utara, 1977 itu memang tak diragukan lagi. Kendati telah berhasil menggapai sejumlah prestasi, pria yang bisa berbicara lima bahasa itu tak melupakan kampung halaman. Ada sejumlah rencana yang dia agendakan untuk membangun Indonesia. "Merekrut banyak orang Indonesia untuk melanjutkan Phd mereka di universitas Amerika sehingga waktu negara membutuhkan di kemudian hari, bakal banyak sumber daya manusia yang mampu dalam bidang iptek," tandas Assistant Professor Electrical and Computer Engineering Lehigh University itu.
"Visi untuk Indonesia di masa depan adalah universitas di Indonesia menjadi salah satu universitas yang terbaik di Asia. Sehingga, mengundang talenta-talenta muda untuk berkembang," lanjut Nelson. Untuk itu, Nelson menyarankan merekrut profesor asal Indonesia yang telah memahami cara operasi universitas berkualitas di luar negeri untuk menjadi rektor atau dekan di Indonesia.
Anak kedua dari pasangan Iskandar Tansu dan Lily Auw yang berdomisili di Medan itu juga menyoroti minimnya dana yang dimiliki Indonesia untuk kepentingan penelitian terutama bidang teknologi. Yang dia sarankan adalah, mengoptimalkan dana terbatas itu di riset tertentu yang bisa menjadikan Indonesia sebagai pionir dalam bidang tersebut. "Salah satu teknologi yang terkait dengan bidang saya ini misalnya nano teknologi," kata lelaki yang masih memegang paspor hijau berlambang Garuda itu.(YAN/Tim Liputan 6 SCTV)