Sukses

Wabah Demam Berdarah Masih Harus Diwaspadai

Departemen Kesehatan memperkirakan kasus demam berdarah di Tanah Air akan meningkat di awal musim penghujan pada September ini. Puncak penyebaran demam berdarah diprediksi terjadi Januari dan Februari.

Liputan6.com, Jakarta: Jumlah penderita demam berdarah secara nasional mencapai sekitar 700 orang pada Agustus ini. Berdasarkan data Departemen Kesehatan, Senin (22/8), jumlah penderita demam berdarah itu jauh lebih kecil dari Juni silam yang mencapai sekitar 4.000 orang dan Juli sekitar 3.000. Namun, memasuki September, yang juga awal musim penghujan, kasus demam berdarah diperkirakan meningkat hingga mencapai puncaknya pada Januari dan Februari tahun depan.

Jakarta selalu menjadi daerah dengan jumlah pasien demam berdarah terbanyak dan Sulawesi tercatat paling sedikit merawat pasien penyakit yang ditularkan gigitan nyamuk Aedes aegypti ini. Sementara, Kota Palu, Sulawesi Tengah, dan Surabaya, Jawa Timur, masih tercatat sebagai daerah wabah demam berdarah dengan kondisi luar biasa [baca: KLB Demam Berdarah di Palu].

Lonjakan jumlah penderita demam berdarah di Jakarta mendorong sekelompok orang berunjuk rasa di depan Gedung Balai Kota DKI Jakarta. Sekitar 60 demonstran mengusung pocong tiruan yang melambangkan jumlah korban tewas akibat demam berdarah di Jakarta.

Unjuk rasa digelar untuk memprotes langkah Pemerintah Provinsi DKI yang dinilai kurang serius menangani penularan wabah demam berdarah. Protes keras juga diteriakkan pada Kepala Dinas Kesehatan DKI Abdul Chalik Masulili yang dianggap tidak becus menjalankan tugasnya. Mereka meminta Gubernur DKI Sutiyoso segera memecat Kepala Dinkes Jakarta.

Aksi yang dimotori sebuah lembaga swadaya masyarakat ini juga menuntut pemerintah memberikan keringanan biaya bagi penderita dari kalangan ekonomi lemah. Sementara itu, bagi rumah sakit yang menolak melayani pasien harus dikenai sanksi berat.(ZIZ/Tim Liputan 6 SCTV)
    Video Terkini