Sukses

Hari Kelabu di Tanah Baduy

Sadim mengamuk dan melabrak Yadi dengan golok terhunus dan membantai Kamsinah, ibunda Yadi, yang tengah tidur. Warga Baduy Dalam ini melihat para korban itu harimau dan sempat mencicipi darah di goloknya.

Liputan6.com, Lebak: Hari kelabu mewarnai Yadi sekeluarga saat perayaan ke-60 RI, 17 Agustus silam. Hari yang biasanya disambut dengan berbagai aneka perayaan yang menggembirakan hati menjadi mimpi buruk bagi keluarga yang tinggal Kampung Cilebang di lereng Gunung Larango Congo, Kecamatan Sobang, Lebak, Banten.

Syahdan, Yadi masih tidur namun Aisyah, istrinya, telah bangun. Aisyah kemudian mengguncang-guncang tubuh suaminya agar bangun. Aisyah bercerita sedari tadi Sadim, orang yang disewa mereka untuk bekerja di ladang, terus melihat ke arah Yadi. Mendengar itu, Yadi menghampiri Sadim untuk menanyakan alasan dia terus memperhatikannya.

Sadim tak menjawab. Tiba-tiba, tanpa ba bi bu dia menusuk tubuh Yadi dengan golok. Yadi yang kaget berusaha lari dari amukan Sadim. Namun, perutnya sempat tertusuk tiga kali. Sadim terus mengikuti Yadi yang berusaha menyelamatkan diri bersama istrinya ke luar rumah. Sedangkan Sadim tetap tinggal di dalam rumah. Aisyah yang panik berteriak minta tolong. &quotTapi gak ada yang mendengar karena saat itu suasana desa sedang gaduh dan ramai,&quot cerita perempuan ini dalam bahasa Sunda. Belakangan ketahuan Sadim membantai Kamsinah, ibu Yadi, yang masih terlelap dalam tidurnya. Nenek berusia lanjut ini tewas dengan kondisi luka mengenaskan.

Beberapa saat kemudian terlihat Sadim lari ke luar rumah. Warga yang telah mendengar teriakan minta tolong, segera menangkap lelaki separuh baya ini berikut golok di tangannya. Menurut Kardi, warga setempat, waktu diringkus Sadim tak berbicara apa-apa. &quotTapi tangannya tetap saya pegangin karena dia masih megang golok,&quot ujar Kardi dalam bahasa Sunda. Warga lalu membawa Sadim ke rumah kepala desa setempat.

Sadim selanjutnya ditahan di Markas Kepolisian Sektor Muncang, Lebak. Polisi juga menyita golok dan beberapa pakaian yang dipakai Kamsinah sebagai barang bukti. Demi alasan keamanan, polisi lantas memindahkan Sadim ke Kepolisian Resor Lebak. Sejauh ini, polisi masih memeriksa Sadim. Tak banyak yang bisa dikorek dari mulut pria itu.

Sadim hanya mengatakan, di pagi nahas itu, dia melihat para korban itu harimau. &quotMereka itu terlihat seperti bukan manusia sehingga saya takut,&quot celoteh Sadim dalam bahasa setempat. Ajun Inspektur Dua Polisi Syarif Efendi, personel Polsek Muncang, mengatakan tersangka sempat mencicipi darah yang ada di golok. Menurut Syarif Efendi, tersangka melakukan hal itu karena melihat segarnya darah sehingga menerbitkan seleranya.

Yadi sendiri mengaku tak mengetahui alasan Sadim mengamuk. Menurut dia, saat pergi ke ladang bersama Sadim, tak ada hal aneh yang terjadi. &quotSehari-hari juga gak ada masalah,&quot ujar dia dalam bahasa Sunda. Lelaki ini menepis kemungkinan mengamuknya Sadim karena masalah upah yang belum dibayar. Soalnya, Sadim yang selama bekerja di ladang menginap di rumah korban ini memang tak meminta.

Pembunuhan yang dilakukan Sadim mengguncangkan masyarakat adat Baduy yang tinggal di kawasan lereng Gunung Kendeng, Banten. Sadim memang termasuk warga Baduy Dalam, Desa Kanekes. Buat masyarakat Baduy, peristiwa ini telah mengoyak rasa keagamaan, kemanusiaan, dan kekeluargaan yang selama ini dijaga dalam batin mereka. Apalagi Sadim bagian dari komunitas Baduy Dalam yang bertugas menjaga keaslian ajaran leluhur. Dia bukan bagian dari Baduy Luar yang lebih bertugas menangani urusan kemasyarakatan dengan masyarakat di luar suku ini.

Para tetua adat lalu mengadakan rembug kakolot atau rapat ketua adat untuk menjatuhkan sanksi kepada Sadim. &quotKarena itu sudah pelanggaran secara adat, secara negara,&quot Jaro Daina, Kepala Desa Kanekes, menerangkan. Mereka kemudian sepakat mengeluarkan Sadim dan istri beserta seluruh anaknya dari Baduy Dalam.

Namun putusan itu belakangan diubah. Sadim tak selamanya dikeluarkan dari Baduy Dalam. Dia akan kembali diterima seusai menjalani hukuman penjara. Keputusan ini dilatarbelakangi kesimpulan tetua adat. Menurut mereka, Sadim membunuh karena kesurupan. Keyakinan ini dibangun selain dari pengakuan Sadim, juga cara masyarakat Baduy memandang Gunung Loloro Congo sebagai tempat keramat. Sadim diketahui sebelum membunuh sempat mendatangi kawasan keramat ini.

Sehabis putusan dijatuhkan, beberapa warga menggelar kesenian adat anglung buhun sebagai tanda melupakan kesedihan yang selama ini menyelimuti benak warga. Sementara itu, polisi masih terus mencari fakta untuk menyeret Sadim ke meja hijau.(MAK/Erlangga Wisnuaji dan Arry Trisna)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini